21

3.3K 241 6
                                    

Waktu berjalan dan senin besok sudah ujian semester, hubunganku dan Revandi semakin renggang.

Sebenarnya, dia mencoba untuk tetap peduli dan mendekatiku, tapi sepertinya aku masih tidak bisa menerima keberadaannya yang belum sedikitpun jujur kepadaku.

Kegiatan belajar mengajar sudah tidak terlalu aktif lagi karena materi sudah pada selesai, sekarang waktunya bagi mereka yang kurang nilai untuk kewalahan menemui guru dan meminta tugas tambahan ataupun perbaikan nilai. Untungnya semua nilaiku tidak ada masalah, sudah beres.

Namun berbeda dengan Stef, aku hanya bertemu dengannya sekali hari ini, dia terlalu sibuk meminta tugas tambahan kesana-sini. Hahaha kasian sekali.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 10, sepertinya siswa siswi yang sudah tidak mengerjakan apa-apa lagi boleh pergi. Ah aku pulang saja lah.

Kulangkahkan kakiku ke lobby sekolah menuji parkiran, "Hoy! Mau kemane lu?" Tanya Stef sambil menyusulku.

"Pulang lah, gak ada kerjaan gue," jawabku.

"Aih enak amat! Gue masih ada tuhas geografi lagi huhu.. Suram!" Balas Stef.

"Mending suram sekarang daripada nanti madesu," ledekku sambil terkekeh.

"Apaan madesu?" Ujar Stef.

"Masa Depan Suram!" Aku kembali terkekeh melihat ekspresinya.

"Doa lo yaampun! Amit-amit deh jangan sampe !" Balas Stef.

"Yaudah gue pulang duluan ya!" Ucapku.

"Lo pulang naek apa?"

"Naek bus kayaknya, gue gak bawa motor hari ini. Bensinnya belum gue isi, lupa." Jawabku.

"Bukannya sama pacar lo aja!" Usul Stef yang seketika bikin badmood.

"Ck, kayak lo gatau aja. Gue kan punya pacar tapi kayak gapunya, gue aja gatau orangnya dimana. Ah! Tau lah pusing gue !" Ujarku. Serius badmood banget seketika. Tapi kangen.

"Aku disini kok, pulang sama aku aja ya?" Revandi. Tiba-tiba dia muncul diantara aku dan Stef.

"Nah! Ini orangnya muncul hahaha, yaudah baek-baek ya lorang berdua. Gausah sedieman terus, byebyee b!tch3ss!" Stefpun pergi ntah kemana.

"Mau apa kamu?" Tanyaku langsung SOK jutek. Aslinya mah kangen.

"Kamu pulang sama aku aja," jawab Revandi dengan senyuman yang kurindukan belakangan ini.

"Gak!" Ucapku dengan ketus.

"Aku gak terima penolakkan!" Revandi langsung menarik tanganku.

"LEPASIN GAK LEPASIN GAK!" Perintahlu dengan suara yang cukup kuat.

"Gak nurut, mau jadi tontonan orang-orang ?" Kini Revandi berhasil membuatku terdiam dan menurut.

Karena sekarang orang-orang sudah mulai melihati kami berdua. Ah aku benci jadi pusat perhatian.

Didalam mobil Revandi aku hanya diam saja. Aku benar-benar males berbicara dengan pembohong seperti dirinya. Hah.

"Kamu udah sarapan belum tadi?" Tanya Revandi kepadaku yang dari tadi menatap keluar jendela, mencoba menghindari kontak mata.

"Udah," jawabku, berbohong. Aku belum sarapan dan aku kelaparan. Tapi aku tau kalo aku jawab jujur dia akan membawaku ke tempat makan, sedangkan aku TIDAK MAU lama-lama berduaan dengan seorang pembohong.

"Yaudah kalo gitu, kamu kenapa? Aku bosen sama jawaban kamu yang 'gak kenapa-kenapa' itu," ucap Revandi.

Hah? Udah sinting mungkin dia ini? Bisa-bisanya dia bilang bosen dengan jawabanku yang seperti itu?

Dilemma With The Twins (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang