11

4.1K 250 14
                                    

Amel's POV

Hari rabu ini aku kebanyakan membantu Revandi untuk mengerjakan tugas bahasa indonesia, susah sekali membuat Vandi mengerti penggunaan imbuhan pada kata-kata bahasa indonesia.

Saat ini aku sedang berjalan bersama Vandi untuk menuju ke perpustakaan, eh tapi sepertinya aku meninggalkan KBBI milikku didalam loker.

"Van ke loker dulu dehhh," aku menarik tangan Vandi.

"Eh eh iya," Vandi mengikutiku dari belakang.

Sesampainya di lorong loker, aku membuka lokerku dan terkejut ketika begitu banyak uang koin berjatuhan dan meluncur bebas dari dalam lokerku, membuat suara gemerincing yang menarik perhatian seluruh siswa siswa sekitar, aku bahkan tercengang dengan apa yang terjadi, sepucuk surat ikut jatuh dan aku langsung mengambilnya.

'Ini duit buat lo pergi daftarin diri lo dari sekolah ini. Get your ass out of this school and stop seeking for the twin's attention! Lo gak pantes puas Revando ataupun Revandi!'

Kuremas kertas itu namun tiba-tiba sebuah tangan mengambilnya secara paksa dariku, Revandi

Kulihat ia membaca isi surat ini dan rahangnya mengeras, jelas sekali ia tidak suka dengan apa yang baru saja ia baca.

"Sudah dari kapan?" Tanya Vandi.

Aku berlagak tidak tau, "apanya?"

"Teror gak jelas ini," ujar Vandi mencoba setenang mungkin menahan emosinya, tangannya sudah kembali meremas kertas tersebut dengan penuh emosi.

"Gatau," aku menjawab setenang mungkin.

"Jangan bohongin gue Mel! Gue gak suka di bohongin!" Vandi kini sedikit membentak Aku.

Aku terkejut dengan Vandi yang nada bicaranya kini sedikit mengeras, aku tidak percaya bahwa datang juga saatnya aku melihat sisi gelap Revandi, sisi yang tak aku sangka akan keluar dari seorang Revandi yang sangat baik menutupkan segala macam perasaan yang ia rasakan.

"Udah lumayan lama, dari sebelum lo dateng kesini, awalnya cuma Revando," aku membuang muka menahan rasa tak enak karena sekarang aku merasa seperti pengadu yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Revandi menutup matanya sebentar lalu membukanya kembali dan menghelakan napas berat, "iyaudah, lo balik aja ke kelas, biar ini gue suruh janitor beresin sama tugas gue juga besok-besok aja. Gak enak aja center of attention sekarang."

Aku hanya mengangguk pelan dan kembali berjalan kearah kelasku sementara anak-anak yang tadi melihat kejadian itu menatapku dengan penuh rasa penasaran, ada juga yang menatap iba, namun ada juga yang tersenyum sinis.

Aku hanya menunduk malu.

**

AUTHOR's POV

Setelah kepergian Amel, seorang gadis menatap kejadian tersebut dengan kesal, dia menghentakkan kakinya lalu berjalan menjauh dengan perasaan tidak puas, rencananya gagal lagi. Setiap terror yang ia coba kirim, selalu berujung dengan lebih mendekatnya Amel kepada si kembar.

Gadis itu membenci Amel yang dengan mudah mendapat perhatian si kembar, setahun yang lalu ia mati-matian mencoba mendekati Revando, hasilnya nihil. Ia hanya dianggao angin lewat oleh Revando, dan sudah jelas tidak ada lagi harapan baginya untuk mendekati Revandi, karena Revandi jauh lebih tertutup kepada orang-orang disekitarnya, Revandi hanya berbicara seadanya.

Revandi seperti memiliki dunia sendiri, tapi ada Amel yang menjadi pengecualian.

Fakta tersebut membuat gadis itu semakin kesal dengan Amel, setiap hari sekolah rasanya ada saja pemandangan tidak mengenakan dari Amel-Revando ataupun Amel-Revandi.

Dilemma With The Twins (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang