1

11.6K 371 33
                                    

"Halo, nama gue Camelia, biasa dipanggil Amel. Tapi terserah sih mau panggil gue apa. Gue pindah karena bokap gue meninggal satu bulan yang lalu jadi gue tinggal disini ngikut nyokap gue biar mudah cari kerja. No i don't need any of your judgement, and yes i got in here because of the scholarship. So, gue harapkan kerja sama nya dari kalian. Thanks, good morning."
Aku menyelesaikan perkenalanku dengan singkat padat dan jelas. Aku tidak mau bertele-tele dengan perkenalanku disekolahan yang tergolong elit ini.

"Baiklah, ada yang ingin bertanya anak-anak?" Guru yang kutebak wali kelasku ini memberi tawaran kepada murid-murid kelasku.

Seorang bocah yang kuduga sedikit 'melambai' mengacungkan tangannya,
"Iya, Stefano kamu ingin bertanya apa?"

"Uhmm.. Itu mel gue mau nanya, lo boleh duduk disamping gue.."

"Wooooooooooooo"
"Ya elaaah itu mah bukan pertanyaan bloon banget sih"
Seisi kelas menyoraki anak yang bernama Stefano itu. Aku hanya tersenyum geli melihat tingkah kelasku ini. New class? Not so bad.

"Sudah tenang tenang, karena tidak ada yang ingin ditanyakan, Camelia kamu silahkan duduk disamping Stefano."

Akupun berjalan ketempat dudukku yang ada disamping Stefano.
"Haiii nama gue Stefano tapi kalo lagi sama kawan-kawan gue jadi Stefani huuuueeehahahhahaha." Stefano yang tadinya bisik-bisik seketika meledak tawanya. Astaga, aku memilih teman sebangku yang salah.

"Stefano! Diam! Jangan membuat murid baru itu takut! Kalau kamu masih berisik, keluar saja dari pelajaran ibu."

"Ya maaf bu..." Stefano menunduk malu.

"Guru ini namanya siapa?" Aku bertanya kepada stefano.

"Bu Tuti, ngajar pelajaran Bahasa Indonesia. Dia juga wali kelas kita." Stefano berkata dengan santai sambil memainkan ponselnya, sementara bu Tuti sudah mulai menulis materi di papan tulis.

"Eh gue jadi manggil lo apa ya?" Aku berbisik sekecil mungkin.

"Stef! Gue suka dipanggil stef, okay babe?"

"Uh..uhm okay okay.." Aku menganggukkan kepalaku dengan canggung. Ada-ada saja punya teman unik bin ajaib ini.

**

Bel istirahat kedua berbunyi, aku berjalan berdua dengan Stef ke kantin karena aku masih buta dengan letak-letak ruangan sekolah ini.
Sesampainya di cafetaria, aku terpana dengan apa yang aku lihat. Ini seperti cafetaria yang ada di film-film barat itu. Meja bundar semua yang langsung menyambung dengan kursinya.

Aku dan Stef duduk berdua, tak lama seorang perempuan yang berdandan heboh dengan suara cemprengnya memanggil Stef, "bebeeebbb akoooooooohhhhhh"

Setengah dari isi cafetaria ini menatap kearah kami sekarang. Memalukan.

"Helloooww babbyyyy guurrrlll.."

Lalu mereka berdua cipika-cipika. What the...

"Heh heh kenalin nih kawan sebangku gue yang baru? Sip kan? Uhuyyy"
Stef memperkenalkan aku kepada perempuan itu.

"Haii.. Gue Melody. Lo?" Gadis yang bernama Melody itu duduk disampingku.

"Camelia, panggil aja Amel, hehe" aku tersenyum canggung. Perempuan ini sangat girly. Berbeda denganku. Aku menatap diriku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Sepatu converse hitam butut, jam tangan laki-laki, rambut tidak terurus, bedak pun tidak aku gunakan.

"Eurgh.. You know what babe?" Stef melirik kearah Melody dengan tatapan semacam kode rahasia. Aku tidak mengerti.

"I'm thinking about a total make over."

Dilemma With The Twins (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang