8.

121 20 2
                                    

Setelahnya Alaska pergi bersama Alesya meninggalkan Devin yang terkapar tak berdaya.

Sebenarnya Alesya tak begitu tega, meninggalkan begitu saja Devin di sana. Tapi, tadi Alaska bilang 'Preman dia banyak, nanti juga di tolongin'.

Alesya pun hanya menurut saja. Dan sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan menggunakan motor Alaska.

Alesya sedari tadi hanya terdiam. Ia masih takut kalau emosi Alaska akan meluap lagi, karena ia melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana Alaska menghajar cowok bernama Devin tadi.

Hingga beberapa saat kemudian, motor sport hitam Alaska berhenti di sebuah tempat.

'Pemakaman?' batin Alesya.

"Turun". Titah Alaska, yang langsung di turuti oleh Alesya.

Alaska pun ikut turun dari motornya lalu melepas helm full face nya. Tak lupa menyugarkan rambutnya kebelakang.

"Kita, mau ngapain di sini?" Tanya Alesya.

"Nguburin lo". Ujar Alaska singkat lalu berjalan memasuki pemakaman meninggalkan Alesya yang mematung.

"Hah? Di kubur hidup hidup gitu?, ih gak gak gak! Al, tunggu!". Kata Alesya, lalu ikut menyusul langkah Alaska.

Hanya perlu berjalan beberapa langkah, Alaska berhenti di samping dua makam seseorang dengan batu nisan yang bertuliskan 'Mr. Rion Nalendra'. Dan, 'Mrs. Ziraya Nalendra'.

Alesya ikut berhenti ketika melihat Alaska berhenti. Kemudian cowok itu berjongkok, di ikuti oleh Alesya.

Alesya bisa melihat Alaska yang sedang komat kamit membacakan sebuah doa.

Entah apa yang di baca oleh Alaska, Alesya hanya mengadahkan tangannya seraya terus mengucap 'Aamiin' berulang kali.

Setelah beberapa menit membacakan doa. Tangan Alaska terulur untuk mengusap kedua nisan tersebut.

"Lo tau kenapa gue ajak lo ke sini?" Ujar Alaska tanpa menatap gadis di sampingnya.

Mendengar pertanyaan Alaska, Alesya hanya menggelengkan kepalanya tanda tak tau.

"Dia". Ujar Alaska seraya mengelus dan menatap nisan bertuliskan 'Mrs. Ziraya Nalendra'.

"Dia salah satu alasan, untuk jadiin lo sebagai pacar pura pura gue". Lanjutnya.

"Dia ibu kandung gue, dan dia meninggal karena kasus tabrak lari".

"Pelakunya belum di temukan sampai sekarang".

"Dan gue perlu bantuan lo". Ujarnya lalu beralih menatap Alesya.

"Emang, apa yang harus aku lakuin biar bisa bantu kamu?" Tanya Alesya.

"Lo tinggal acting jadi pacar gue untuk buat Devin lengah. Sisanya biar gue yang urus".

"Cuma itu?".

Alaska tersenyum tipis, sangatlah tipis hingga tak pantas di sebut sebuah senyuman.

"Masih ada lagi, tapi gue gak mau ngelibatin lo lebih jauh".

"Aku nggak keberatan kok, beneran deh. Jadi, aku bisa bantu apalagi?" Ujar Alesya tulus.

"Lo, bisa beladiri?"

Senyuman Alesya yang tadinya ia tunjukkan begitu lebar, kini kian memudar. Berganti menjadi raut wajah cemberut.

"Nggak sih. Emang harus pake beladiri ya?".

"Hm".

Alesya merenung dengan wajah cemberut. Seakan memikirkan sesuatu.

Lalu beberapa detik kemudian ia kembali mendongak dengan wajah berbinar.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang