01 : Pewaris Jung.

6.4K 617 13
                                        

"Jaemin tolong antarkan pesanan bunga itu ke alamat yang sudah aku simpan di atas meja ya." Haechan sedang kesusahan memakai satu sepatunya menyuruh Jaemin untuk melihat kartu alamat seseorang.

Gadis itu sudah berpenampilan cantik memakai outfit musim dingin andalannya dan seperti akan pergi ke sebuah acara.

"Jaemin baru saja datang Haechan." Renjun muncul dari arah dapur dengan segelas kopi panas di tangannya.

"Tapi dia tidak akan menolak apapun yang aku suruh, iyakan, Nana?" nada suara Haechan terdengar lembut namun sedikit ada paksaan.

Renjun mengepalkan satu tangannya. Jika gadis berkulit tan itu bukanlah atasan mereka. Renjun sudah pasti akan menyiram wajah Haechan oleh minuman panas di tangannya.

Semalam salju turun cukup lebat dan hari ini jalanan sangat licin. Renjun hanya terlalu mengkhawatirkan Jaemin lantaran gadis itu memiliki jadwal kerja lebih banyak ketimbang dirinya. Hari ini saja Jaemin harus jadi kurir bunga dadakan gara-gara Lucas terkena cedera. Apalagi wanita itu memakai sepeda untuk mengantarkan semua pesanan-pesanan bunga mereka.

"Aku mengantarnya ke perusahaan?" tanya Jaemin.

Dia baru hari ini menjadi kurir bunga dan beberapa pesanan yang berhasil gadis itu kirim rata-rata adalah ke sebuah rumah. Ia hanya perlu meyakinkan jika tidak mau Haechan mengeluarkan tanduk iblis andaikata bunganya salah alamat.

"Ya, itu untuk Nenek sahabatku. Kemarin dia masuk rumah sakit dan aku belum sempat menjenguknya karena sibuk dengan urusan kampus." Haechan menghampiri Jaemin sambil memberikan mata anak anjing yang memohon. "Tolong kirim bunga itu dengan selamat dan sampaikan salam dariku untuknya ya."

Gadis berpipi gembil itu kemudian mengambil tas selempangnya, "Aku mengandalkamu, dah semua.. semoga pekerjaan kalian hari ini lancar." lalu pergi terburu-buru ke luar toko sambil melambaikan tangan.

"Dasar tidak tahu diri." sungut Renjun.

"Jangan seperti itu, kau bisa kuliah berkat siapa? Bagaimanapun juga dia tetap atasan kita." Jaemin mengambil mantelnya di ruang ganti.

"Tapi dia menyebalkan, Jaemin. Apa dia tidak bisa menghentikan sistem pesan antar sampai kondisi jalanan membaik? Kemarin Lucas cedera gara-gara jatuh dari motor dan apa yang dia berikan untuknya? Hanya libur tiga hari. Tsk, pantas saja dia lama menjomblo, mana mau lelaki berkencan dengan gadis yang sifatnya otoriter." Emosi Renjun meledak-ledak.

"Kau juga jomblo, Renjun." balas Jaemin.

"Kau juga ya!"

"Hahaha." Jaemin tertawa melihat wajah Renjun yang seperti terbakar amarah. "Ya kita semua jomblo." Lanjutnya.

Tapi Jaemin sama sekali tidak peduli dengan statusnya sebagai single.

Sendirian bukan berarti tidak bisa hidup bahagia. Dia bisa bahagia hingga detik ini. Walaupun harus mengurus seorang batita yang nakalnya terkadang minta ampun tanpa pernah berharap dapat berbagi beban hidup dengan seseorang dan Jaemin tidak pernah mengeluhkan kehidupannya yang luar biasa itu.

"Aku mungkin akan langsung pergi ke ¹masaji jangso setelah mengantarkan bunga itu." Jaemin bersiap-siap dia mengambil bunga yang di rangkai oleh Haechan secara hati-hati.

"Apa tidak aku saja yang mengantarkan itu?" Renjun menawarkan.

"Tidak perlu, arahnya sama dengan sekolah Jisung. Dia sudah waktunya pulang." Jaemin mengecek jam tangannya. "Jaga toko dengan baik ya, jangan kebanyakan nonton film Yaoi sendirian, ingat. Hehehe."

"Tsk," dengus Renjun sambil tersenyum.

Sahabatnya tahu saja kebiasaan dia ketika sedang tak punya kegiatan.

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang