17: Sesuatu hal yang sulit di katakan.

3K 527 90
                                    

⚠️ Vote & Comment

~OoO~

Di balik kaca tebal itu. Yuta dapat melihat bagaimana suasana kota Seoul menuju senja. Ketika langit biru mulai di hiasi oleh guratan-guratan orange keemasan, warna-warni dari lampu-lampu gedung dan juga videotron mengusik sanubari laki-laki itu. Dia hanya termangu, pikirannya mencoba menelaah sesuatu hal yang sedang terasa dalam hatinya.

"Apa kau pernah merasakan hal aneh, Jaehyun?" Bayangan laki-laki lain yang terpantul dalam kaca sedang bertumpang kaki di sofa sambil memperhatikan IPadnya, di lirik sekilas oleh Yuta. Lalu pria keturunan jepang itu kembali menatap pemandangan sore yang nampak sangat indah jika di perhatikan dari lantai sepuluh.

"Hal aneh seperti apa?" Nada bicara Jaehyun seolah orang yang tidak minat mendengarkan.

"Seperti saat kau bertemu orang baru tapi orang baru itu mirip dengan seseorang di masa lalu mu." Yuta menjelaskan.

Akhirnya setelah menit-menit berlalu kedua lelaki itu berada di ruangan yang sama. Mata Jaehyun yang sejak tadi sibuk pada pekerjaannya mulai menatap punggung sahabatnya itu. Jaehyun baru sadar jika Yuta hari ini nampak lebih murung. Dia tidak seperti Yuta yang selalu memulai segala sesuatunya dengan membahas hal-hal tidak penting lalu selalu di akhiri oleh sesi menawarkan seorang pelacur cantik padanya.

"Tidak pernah." sangkal Jaehyun dan kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tsk," Yuta menoleh sambil mendengus ke arah lelaki itu. "Ternyata curhat dengan tembok jauh lebih baik ketimbang denganmu, Jaehyun."

"Lalu aku harus menjawab apa? Memang aku tidak pernah mengalami hal itu." Alis Jaehyun menekuk kurang senang.

"Ya, ya, ya.. Kau urusi saja pekerjaanmu." Yuta memakai mantel di gantungan kayu. "Aku mau pergi saja."

"Kemana?"

"Mencari tembok yang bisa di ajak curhat!"

"Tapi Johnny belum juga datang."

"Kau berkencan saja berdua dengannya, Brengsek!"

Brak!

Pintu ruangan yang di tutup kasar oleh Yuta menyisakan Jung Jaehyun yang tersenyum kecil lalu menoleh ke arah langit senja. Jika Jaehyun boleh jujur tanpa mengaitkan bahwa Yuta adalah teman dekat istrinya. Dia terduduk di sana tidak melulu memikirkan pekerjaannya. Melainkan, lelaki itu sesekali teringat pada sosok di masa lalu yang sangat sekali Jaehyun rindukan. Tapi Jaehyun lebih pengecut untuk mengungkapkan itu semua pada teman dekat istrinya itu.

Yuta turun dari gedung itu membawa Rolls Royce menuju insa-dong. Sekedar duduk menikmati secangkir kopi di sisi sungai jauh lebih baik dari pada berduaan di ruangan tertutup dengan manusia sekaku Jaehyun. Jalanan hari ini cukup padat, hal itu sedikit merayap sampai ke jembatan sungai Han. Yuta menghilangkan rasa bosan itu dengan menyanyi sekeras-kerasnya di dalam mobil namun arah pandangnya tiba-tiba berhenti pada sosok kecil yang sedang memperhatikan bawah sungai di antara garis-garis besi jembatan. Entah kemana kedua orang tua anak itu sehingga membiarkan anak mereka sendirian di tempat berbahaya.

"Shit!" Bersikap tidak ingin peduli. Pria itu malah menepikan mobil. Dia melompati besi pembatas dan langsung menarik kerah belakang bajunya.

Dari sana mata penasaran bertemu pandang dengan mata penuh amarah.

"Apa kau tidak tahu bahwa yang kau lakukan disini itu berbahaya?!"

"Kau siapa kakek gondrong?"

"Apa?" Dari sekian banyak panggilan yang bisa di sebut. Kenapa anak ini memanggil Yuta, kakek? Apa dia setua itu? Ppffft. "Apa yang kau lakukan disini? Dimana orang tuamu?"

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang