14 : Garis takdir yang terputus.

5.5K 727 151
                                    

SAMPE DI CHAPTER INI GAK BERHENTI NGINGETIN

KALO KALIAN BACA TOLONG VOTENYA!

KALO KALIAN BACA TOLONG VOTENYA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Setelah ini temui Appa di ruang kerja, Jeno. Appa ingin berbicara empat mata denganmu."

Hembusan nafas dari lelaki berkaca mata itu terdengar sampai ke telinga wanita di sampingnya. Jeno beranjak malas-malasan mengikuti Ayahnya ke ruangan di lantai atas. Hal itu tidak luput dari perhatian Jaemin yang masih duduk di kursinya.

Jaemin sama sekali tidak menceritakan kelakuan cabul Jeno pada keluarga Jung -dari pertemuan pertama sampai pada kejadian tadi pagi- lelaki itu terus-menerus melakukan hal yang di rasa pelecehan pada Jaemin. Entah dia yang hampir memperkosanya di tempat pijat, kejadian di mobil saat di Jirisan yang membuat Jaemin seketika merasa terbodohi lantaran merah-merah di seluruh badannya dia anggap alergi dan kejadian di toilet barusan yang ternyata Jeno mengintip lewat video call seharusnya bisa membawa emosi Jaemin pecah seperti biasanya.

Tapi wanita itu masih memiliki hati nurani dengan memilih merahasiakannya lantaran dia tidak ingin melihat Jaehyun yang katanya agak sedikit tempramen itu malah menyiksa Jeno di hadapan semua orang, apalagi dengan kondisi Jeno yang katanya adalah seorang impoten. Mereka semua pasti akan menganggap Jeno mungkin telah berbohong mengenai penyakitnya selama ini.

Lantas apa alasan mertua Jaemin mengajak Jeno mengobrol hanya berdua di ruangannya? Apa karena kejadian Jeno yang menampar Aeri tadi?

Message; Adik menyebalkan ❤️

Jaemin, kau tidak ingin memberiku hadiah?

Me; Dalam rangka apa?

Aku lulus masuk, UNS.

Me; serius?

Hmm, ayo kasih aku sesuatu. Hehehe aku ingin hadiah yang bagus ya karena kau sudah kaya 🤪

Jaemin terkekeh membaca balasan terakhir dari adiknya. Seketika pesan itu sedikit menghilangkan rasa penasaran Jaemin tentang pembicaraan Jeno dan Ayahnya.

"Jaemin ada kegiatan lagi setelah ini?" Tiffany bertanya di kursi sebrang. Seorang pria berpakaian formal yang sempat Jaemin lihat di kantor Jung waktu itu memperlihatkan sesuatu hal di iPad yang ia bawa pada Tiffany.

"Sepertinya aku akan pergi ke suatu tempat membeli hadiah untuk seseorang." Jaemin memasukan ponselnya ke dalam saku sweater. Ia melirik jam. Masih siang hari untuk pergi jalan-jalan ke mall bersama Jisung lalu setelah itu mungkin akan datang dulu sebentar ke toko bunga dan pulangnya mampir ke rumah bibi Theresia.

"Ya~ padahal Bibi ingin mengajak Jaemin mengunjungi salah satu toko Djung." Yeeun menampilkan raut pura-pura kecewa. Sebuah majalah dan kudapan kering di atas meja dia sambar lalu Yeeun pindah duduk ke samping Jaemin. "Dari pada Jaemin kerja di tempatnya Haechan lebih baik mengelola salah satu toko Bibi. Disini.. tadinya Bibi akan membangun cabang baru di distrik jamsil , tapi belum ada orang yang bisa di percaya untuk bisa mengelolanya. Mark, Jeno maupun Aeri kerjaannya hanya menghambur-hamburkan uang."

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang