04: Bebek salju.

3.7K 678 56
                                    

Yaampun jadi banyak sidersnya ternyata 😭

Nyesel saya kasih tau cerita ini di akun sebelah.

Apa bedanya dengan saya nulis di sana ya?

Kalian kalo emang engga niat nge vote dan cerita saya ngebosenin yaudah ga usah lanjut baca aja atau emang sengaja engga mau nge vote. 😭

...

Jam rolex terpasang di sebelah tangan, laki-laki itu memakai jas hitamnya yang masih terbungkus rapi sebuah cover baju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam rolex terpasang di sebelah tangan, laki-laki itu memakai jas hitamnya yang masih terbungkus rapi sebuah cover baju.

Cermin yang sekarang tengah ia pandangi sebenarnya masih menampakkan wajah yang sama. Wajah seseorang yang beberapa hari lalu sempat marah pada dunia dan kemarahannya hampir membuat cermin itu hancur berkeping-keping.

Jadi seorang pewaris di keluarga kaya tidak semuanya menyenangkan. Pemuda itu memang bisa membeli segala apapun yang ia mau, pergi keliling dunia kapanpun dan menghamburkan uang tanpa ada yang melarang. Tetapi hal itu juga seimbang dengan beban berat yang di berikan sang Nenek dan Ayahnya.

Ia terus di tuntut harus memberikan calon penerus laki-laki saat nanti dirinya sudah menikah, di tengah lelaki itu yang seolah mendapatkan kutukan; gangguan hasrat seksual, dalam kehidupannya.

Tapi pagi ini ada yang berubah dari hidup Jung Jeno meskipun Jeno sedikit tidak yakin, jika dirinya bertemu sekali lagi dengan gadis itu, apa tubuhnya akan beraksi seperti tadi malam? Atau malah kembali biasa saja? Namun hal itu tidak akan membuat Jeno berhenti sampai di sana. Ia akan mencoba mendekati gadis itu lagi secara baik-baik. Walaupun dia berstatus istri orang sekalipun.

"Ohayou gozaimasu."

"Good morning."

"Zao shang hao."

"Annyeong Hasimnika."

Tiga cucu Jung termasuk penghuni meja yang lain dengan kompaknya menoleh pada laki-laki yang mengisi kursi di dekat Neneknya.

Memang sangat langka, Jung Jeno tidak pernah sekalipun —kecuali hari ini— mengucapkan selamat pagi di meja makan.

Apalagi sambil tersenyum.

"Luar biasa." Bibinya yang berambut pendek syok, "Aku seperti makan bersama orang-orang luar negeri. Tidak ada  hal seperti ini di keluarga lain, hanya Jung yang punya keturunan dari berbagai macam negara."

"Memangnya kau yakin jika Ibunya Jeno orang korea?" tanya wanita yang baru selesai berolah raga. Ia mengambil buah apel lalu tidak lupa mengecup pipi putranya sebentar.

"Oh my.. Mom! Im not a baby!" Mark protes dan langsung mengelap pipinya.

"Orang korea atau bukan, jika aku bertemu dengannya sekali saja. Aku akan berterimakasih pada wanita itu." Tiffany memegang tangan di dekatnya, "Kau kemarin bertemu dengan Dokter Sooyoung, Jeno?"

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang