03: Hadiah dari santa.

4K 573 22
                                    

Pukul delapan malam Jaemin memang memiliki jeda waktu rehat satu jam. Gadis itu nampak sedang menscroll ponsel di ruang istirahat sambil mengunyah kimbab. Beberapa menit lalu Jaemin pergi ke luar dan berhasil membawa dua gingerbread pesanan anaknya.

Letak tokonya ternyata tidak terlalu jauh dari tempat dia bekerja sehingga gadis itu bisa kembali ke tempat kerja dengan cepat namun harga kue di toko itu membuat Jaemin geleng-geleng kepala apalagi saat di bandingkan dengan gingerbread yang ada di aplikasi pesan antar harganya bisa berbeda tiga kali lipat.

"Apa yang membuat kue di toko ini sangat mahal?" Jaemin menggoyangkan paper bag di tangannya.

Ia di kagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba masuk sambil membanting pintu.

"Astaga.. Aku rasanya ingin mati." Orang itu duduk di sebelah Jaemin dan tanpa izin langsung mengambil minuman di tangannya.

"Kau sudah selesai?" tanya Jaemin saat melihat Jeon Somi nampak benar-benar kelelahan.

"Hmm," Somi melemaskan otot-otot kakinya. "Aku ingin mati Na Jaemin, tempat terkutuk ini rasanya ingin sekali ku hancurkan."

"Tsk, kau yang memilih hal itu dari awal."

"Aku menyesal." Somi menyandarkan kepalanya di bahu Jaemin, "Tolong selamatkan aku."

"Perkataanmu akan berubah lagi saat sudah gajian." Jaemin berusaha beranjak dari tempatnya. "Awas, aku akan membersihkan ruangan yang sudah kau pakai."

"Siyeon sudah membersihkannya."

"Siyeon? Park Siyeon?" Jaemin merasa hal itu sangat mustahil.

"Hmm," Somi menghabiskan minuman Jaemin tanpa tahu malu. "Tadi ada laki-laki tampan memesan paket candle light, karena ruangannya sedang penuh jadi Siyeon memakai ruangan bekasku. Kalau aku tidak lelah pria itu sudah jadi pelangganku malam ini. Mana wajahnya mirip dewa yunani lagi." lanjut Somi menyesal.

"Mau wajahnya mirip Wonbin sekalipun kalau dia datang kesini memesan paket plus-plus. Itu tidak ada artinya."

"Hahaha, kau benar." tawa Somi terdengar lemas.

Berteman dengan Jaemin selama bekerja di tempat ini membuat gadis itu tahu bagaimana tabiat Jaemin yang anti sekali terhadap laki-laki hidung belang. Walaupun pekerjaan mereka sama-sama bekerja di tempat pijat yang sebagian orang menilai sedikit negatif.

Namun pekerjaan mereka berdua sangat berbeda.

Jaemin tidak terjun ke servis tambahan seperti Somi, gadis itu juga lebih pilih-pilih pelanggan, tidak seperti teman setengah bulenya yang malah tergiur dengan uang besar.

"Apa ini?" Somi melihat paper bag di tangan temannya itu.

"Kue boneka jahe pesanan anakku."

"Kalau punya anak mungkin aku akan berhenti dari pekerjaan kotor ini. Tapi aku ingin menikah dengan orang kaya, Jaemin." ucap Somi, lagi-lagi curhat dan seolah menganggap bahwa temannya itu bisa mengabulkan harapannya.

"Kalau begitu menikah saja dengan sajangnim." usul Jaemin asal.

"Yang ada aku di pekerjakan disini seumur hidup."

Gadis bermata rusa itu tertawa. Entah kenapa dia merasa sedikit hambar mendengar curhatan Somi yang ingin menikah dengan orang kaya. Walaupun segalanya bisa terjamin tapi semua itu tidak bisa menjamin kebahagiaan dan tekanan batinnya. Banyak istri orang kaya yang terlihat bahagia di luar padahal kenyataannya mereka menangis hampir setiap malam.

Pintu ruangan istirahat untuk kedua kalinya di banting kali ini yang datang adalah Siyeon dengan Kim Jongin, laki-laki berkulit tan, pemilik tempat pijat paling terkenal di kawasan gangnam ini.

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang