11 : Takdir yang kurang ajar.

3.3K 661 134
                                    

UDAH DI BILANG ENYAH KALO ENGGA NGEVOTE MASIH AJA BATU!

...

Setelah di sambut oleh kejadian yang membuat darah Jaehyun seolah mendidih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah di sambut oleh kejadian yang membuat darah Jaehyun seolah mendidih. Pria itu maupun anggota keluarga Jung yang lain kembali dengan aktivitasnya di ruangan masing-masing. Tiffany di antar oleh Doyoung ke kamarnya sementara Jaehyun tidak terlalu ingin menambah pikiran dengan mengajak Ibunya mengobrol sebentar. Dia memilih masuk ke kamar lalu menenangkan otaknya beberapa saat dengan merendamkan diri di bathtub air hangat.

Pria itu keluar dari kamar mandi mengenakan piyama yang di lapisi lagi oleh mantel. Gosokan di rambut setengah basahnya berhenti ketika Jaehyun tak menemukan sosok Winwin -yang tadi sedang menunggu giliran mandi. Di kamar mereka.

"Apa dia mandi di kamar Chenle?" tanyanya dengan alis mengerut ketika melihat di ranjang istrinya tak ada siapapun.

Di kamar yang Jaehyun tempati dengan Winwin memang terdapat dua ranjang dan itu sudah terjadi bertahun-tahun.

Pernikahan Jaehyun dengan wanita pilihan Tiffany tidak sebahagia yang orang lain lihat. Mereka seolah pasangan yang di satukan hanya untuk status sebagai orang tua anak-anaknya tanpa menjalankan peran orang tua atau suami istri itu seperti apa? Sehingga hubungan keduanya sangat monoton dan mereka masih bertahan hingga detik ini dengan alasan usia Chenle belum legal untuk mengerti yang namanya perceraian.

"Sepertinya aku harus mendoping otak ini dengan kafein." Jaehyun tak meminta seorang pekerja Jung membuatkannya. Cangkir berisi kopi setengah pahit itu langsung di bawanya dari dapur.

Iapun memutuskan pergi ke ruang kerja. Berada di rumah bukan berarti pekerjaan lelaki itu telah selesai. Jaehyun biasanya pulang hanya untuk menghindari pertanyaan putri bungsunya lantaran anaknya itu mudah sekali curiga jika kedua orang tuanya tidak pulang bersamaan dan mau tidak mau Jaehyun pun harus membawa pekerjaan yang belum selesai itu ketika mendengar Winwin memutuskan kembali dari Jepang malam ini.

Padahal mereka berdua tidak sedang berada di negara yang sama.

"Hei, Jacob! Apa yang kau lakukan di sana?" Jaehyun mendekati anjing siberian husky milik Jeno. Anjing itu sedang diam di teras luar menghadap ke sebuah paviliun.

"Guk, guk! Auuuuu!" Jacob menggonggong dan juga melolong keras seolah memberitahu Jaehyun tentang seseorang yang ada di ruangan itu.

"Kau melihat apa, Jacob?" mata Jaehyun sedikit menyipit. Lelaki itu perlu sebuah kacamata untuk memastikan. Dia menemukan adanya perapian yang menyala, lampu yang di biarkan padam, suara musik relaksasi dari sebuah piringan hitam terdengar samar-samar ke telinganya dan seorang wanita tua yang baru pria itu sadari sedang duduk sendirian sambil melamun.

"Huh," Jaehyun menarik napas panjang. "Kurasa di kehidupan selanjutnya kita perlu bertemu lagi agar aku bisa berterimakasih padamu."

Kepala anjing itu di elus sebentar sebelum pada akhirnya Jaehyun menginjakkan sandal tidurnya di rerumputan yang dingin. Dia masuk ke dalam paviliun. Hati laki-laki itu langsung di datangi perasaan tidak enak. Jaehyun memang tipikal Ayah yang selalu memandang sepele masalah Jeno. Dia berprinsip bisa mendidik anak laki-laki dengan caranya sendiri namun didikannya itu selalu membuat beban untuk Ibunya.

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang