tujuh belas

2.8K 337 109
                                    



* karena lagi mumet mencari nafkah jadi bolehlah ya update biar melepas stres~~ *

SEBASTIAN

Sebastian melangkah keluar dari Rolls Royce-nya dan disambut udara segar. Pria itu menarik napas dalam-dalam, menikmati terik matahari di kulitnya. Meskipun ia lebih sering menghabiskan sorenya dengan keluarga atau kekasihnya, mau tak mau ia mengakui bahwa cukup menyenangkan berada jauh dari hiruk pikuk kantor untuk sementara waktu dan hanya pergi seorang sendiri. Sebastian berjalan menuju kedai kopi tidak jauh dari gedung kantornya. Kafe itu terletak di sudut jalan. Dahulu kala, ketika Sebastian baru saja lulus dari universitas dan sedang mengerjakan pekerjaan tingkat manajerial, dirinya sering pergi ke sana. Untungnya saat ini kafe itu sedang tidak begitu banyak pelanggan.

"Sebastian!" Crystal Jones, seorang wanita kecil dengan tubuh gemuk tengah berdiri di belakang counter. Crystal adalah pemilik kafe ini. Sebastian terkejut Crystal masih mengenali dirinya dan bahkan mengingat namanya. "Lama tidak bertemu. Apa kabar?"

"Aku baik-baik saja, terima kasih," jawab Sebastian dengan senyum simpul. "Aku sibuk jadi tidak sempat kemari. Jadi, menu spesial apa yang lezat yang kau miliki hari ini?"

"Yah, si kembar kembali dari perkemahan musim panas mereka dan Roddy telah mengajari mereka cara membuat kue," kata Crystal, mengangguk ke belakang tempat dapur berada. "Jadi saat ini kami menjual kue cheese tarts yang mereka buat. Kuenya cukup lezat. Apakah kau ingin mencoba?"

"Sure," kata Sebastian dengan anggukan lalu mendadak teringat bahwa Andin punya kebiasaan lupa makan. Sebastian telah mengingatkannya tiga kali dan ketika Andin masih saja melakukannya, akhirnya Sebastian pun bungkam. Ia belum pernah melakukan apa pun tentang kebiasaan buruk Andin itu tetapi saat ini pria itu bertanya-tanya mengapa ia tidak melakukan sesuatu untuk menghentikan kebiasaan buruk Andin. Andin telah melakukan begitu banyak membantunya, paling tidak yang bisa Sebastian lakukan adalah membantu memastikan Andin makan dengan teratur. "Make it two, please."

"Oke. Apakah kau membutuhkan yang lain?" Crystal bertanya sambil mengantongi dua kue pesanan Sebastian. "Mungkin kekasihmu butuh secangkir kopi atau teh untuk menemani kue cheese tart-nya?"

"Tidak, aku tidak akan pergi berkencan. Sekretarisku cenderung bekerja selama jam makan siang, jadi aku akan membawakan ini untuknya."

"That is sweet," ucap Crystal sambil tersenyum. "Tetap saja, itu tidak menjawab pertanyaanku. Apakah kau ingin kopi atau teh untuknya juga?"

"Mocha latte untuknya tapi tolong satu shot saja," jawab Sebastian, mengingat bagaimana Andin pernah sambil lalu mengatakan kepadanya, sekali atau dua kali, bagaimana gadis itu meminum kopinya. Tidak seperti dirinya, Andin tidak bisa minum terlalu banyak kafein karena akan membuatnya sakit kepala. "Dan aku minta kopi hitam saya. Tanpa susu, tanpa gula."

Crystal tersenyum lagi dan bergegas ke mesin kopi, mengambil dua cangkir saat ia pergi.

Sebastian menunggu di kasir sambil melihat sekeliling dengan malas. Ada keranjang kecil yang diletakkan di atas meja kasir, dan karena penasaran, ia mencondongkan tubuh ke depan untuk mengintip ke dalamnya dengan rasa ingin tahu. Ada beberapa gelang yang dikepang di dalamnya, semuanya terbuat dari tali dengan warna berbeda. "Ah, itu untuk amal," kata Crystal, memperhatikan Sebastian yang tengah melihat isi keranjang itu. "Mereka menjual gelang-gelang itu untuk mencoba mengumpulkan uang bagi para tunawisma."

Salah satu gelang dengan benang coklat tua dan sebuah moonstone yang melekat pada gelang itu menarik perhatian Sebastian dan ia pun mengeluarkannya dari keranjang. Andin mengenakan gelang yang berbeda setiap hari, sepertinya gadis itu punya koleksi di rumah. Mungkin Andin akan menyukai satu gelang lagi untuk menambah koleksinya. Saat Sebastian hendak meletakkan gelang yang dipilihnya di atas meja, tiba tiba pria itu berpikir, apakah membelikan gelang akan dianggap terlalu lancang? Tidak terpikir olehnya bahwa ia bisa dianggap menggunakan pembelian ini untuk membuat dirinya terlihat lebih bagus di mata Andin, Sebastian hanya ingin melakukan sesuatu yang manis untuk gadis itu. Tapi apakah Andin akan beranggapan bahwa Sebastian sedang mencoba merayunya?

"That is a cute one," kata Crystal sambil membawa dua cup kopi dengan hati-hati. "Apakah kau suka yang itu?"

Sebastian membuat keputusan sepersekian detik dan menyerahkan gelang itu kepada Crystal untuk dimasukkan ke tagihannya. Semoga Andin menyukainya. Sebastian hanya bisa mengatakan pada Anddin bahwa pria itu menghargai apa yang telah Andin lakukan untuknya dan ingin Andin memiliki gelang itu hanya untuk alasan itu saja. Gelang itu bisa menjadi hadiah perpisahan meskipun Sebastian harus mengakui bahwa ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Andin akan pergi dalam waktu tiga bulan. Sebastian hanya memastikan untuk tidak mengatakan 'gelang ini membuatku memikirkanmu', yang, lucunya, kurang lebih adalah kenyataan sesungguhnya. Tapi tidak diragukan lagi, Andin pasti akan berprasangka buruk jika Sebastian sungguh-sungguh mengatakan kalimat itu.

Crystal memasukkan gelang itu ke dalam kotak kecil lalu menyerahkan kotak itu dan dua minuman serta sekantong camilan. "Ini dia."

"Terima kasih, Crystal." Sebastian menyerahkan kartunya dan setelah pembayaran dilakukan, ia membawa semuanya ke dalam kantong kertas lalu berjalan menuju pintu.

Andin mungkin akan terkejut jika gadis itu tahu bahwa Sebastian telah melakukan sesuatu yang begitu manis untuknya, tetapi itu hanya berarti Sebastian perlu melakukan lebih banyak hal baik. Andin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan Summers Entertainment sejak Sebastian mempekerjakan gadis itu, dan baru saja terpikirkan oleh pria itu bahwa dirinya benar-benar menerima begitu saja semua yang telah Andin lakukan sejauh ini. Andin pantas mendapatkan pengakuan atas jerih payah dan kerja kerasnya dan mungkin itulah alasan sebenarnya mengapa gadis itu memutuskan untuk mengundurkan diri.

"Tidak, aku tidak bisa melakukan ini lagi, Leroy. Aku minta maaf tapi hatiku memang telah menjadi milik orang lain."

Sebastian berhenti berjalan dan berkedip. Siapa pun yang baru saja berbicara terdengar seperti suara Andin. Tapi itu tidak mungkin mengingat Andin pasti sedang berada di kantor saat ini. Sekretarisnya itu jarang meninggalkan kantor bahkan saat jam makan siang. Terkadang Andin membawa makanan siangnya sendiri dan memakannya di kantor.

"Dengar, aku mencoba bersikap baik di sini. Tetapi jika kau tidak bisa diajak bicara baik-baik, maka aku tidak punya pilihan selain membawa masalah ini ke polisi."

Itu pasti suara Andin. Sebastian berbalik dan mengamati sekelilingnya dan dalam hitungan detik, matanya menemukan sosok Andin. Sekretarisnya itu tengah duduk di meja di samping jendela. Ada seorang pria yang duduk di hadapannya tetapi Sebastian tidak bisa melihat wajah pria itu karena punggungnya membelakanginya. Namun, ia bisa mengatakan bahwa pria ini jelas-jelas bukan Dylan atau Damon atau apa pun nama pacar yang Andin perkenalkan padanya minggu lalu. Sebastian memutuskan untuk perlahan mendekati meja dimana Andin dan pria misterius ini berada.

"Aku minta maaf. Sebenarnya aku tidak ingin memberitahuku tapi Nampaknya aku memang harus berterus terang padamu. Aku sudah bertunangan."

Sebastian tiba-tiba membeku. Pria itu merasakan kengerian sesaat. Apakah itu sebabnya Andin menolaknya? Apakah dirinya secara tidak sengaja telah merayu seorang wanita yang sudah bertunangan? Brengsek. Ia harus segera meminta maaf pada Andin.

Andin menoleh ke arahnya dan untuk sesaat, mereka saling menatap. Kemudian detik berikutnya, tangan gadis itu terulur dan menunjuk ke arahnya. "Dengan dia."

Sebastian membeku di tempat dimana ia berdiri ketika pria misterius di hadapan Andin itu berbalik dan menatap Sebastian.

* * * * * * *

A/N: lagi pusing bet jadi mending nulis ngedit dan up ya kan yaa~ bab ini lebih ke pov dari sisi si pak bos daripada tambahan plot benernya~ btw, mending pak bos panggilan sayangnya apa ya? pingin kasih 'seb' tapi keinget bapak yang anter surat panggilannya juga sep (usep), kalo panggil bas tapi ingat mas ubas yang bikin kzl. enaknya apa? mintol kasih ide~~~

dear mister summersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang