ANDINPada hari Senin, Andin kembali dari makan siang sedikit lebih lama dari biasanya. Dirinya dan Damon ada janji makan siang dan mereka pergi ke suatu tempat yang agak jauh dari kantornya. Andin mengira bosnya masih berada di luar dan terkejut saat memasuki kantor dan melihat bayangan di sekat kaca antara ruangannya dan Sebastian. Andin berjalan melintasi dan membuka pintu hanya untuk menemukan pria itu tidak sendirian. Berdiri dekat di samping pria itu dengan lengan kurus melingkari leher Sebastian seolah-olah dirinya baru saja menarik diri dari ciuman penuh gairah yang mereka lakukan tidak lain adalah London Starr. Entah bagaimana London berhasil menyeret Sebastian kembali ke tempat tidurnya atau sebaliknya.
Andin menelan sedikit rasa pahit yang ia rasakan di lidahnya dan menyapa mereka.
"Halo, Ann Deen! Aku baru saja menandatangani kontrakku. Sepertinya aku tidak bisa melepaskan diri dari Sebastian," kata London, menoleh ke arah Sebastian ketika gadis itu mengucapkan kalimat terakhir. "Your magnet is positively vigorous, Sebastian."
Andin tersenyum sopan dan menelan semua kekesalannya. "Saya senang bisa meyakinkanmu untuk tetap bersama kami, London," kata gadis itu, mengabaikan tatapan sinis Sebastian. "Saya pikir Anda akan datang nanti malam."
"Aku berhasil membujuk Sebastian untuk membelikanku makan siang," kata London, menarik turun sweternya yang minim. Jeans yang wanita itu kenakan terlalu ketat, tetapi tubuhnya yang ramping memiliki gaya sensual yang agresif saat ia berjalan ke pintu. "Sampai jumpa, Sebastian," kata London, melambai saat ia beranjak keluar dari pintu.
Sebastian bersandar ke mejanya, menatap sekretarisnya dengan rasa ingin tahu. "Sangat disayangkan bahwa tidak semua talenta (aktor/model) kita dapat ditangani semudah London."
"Tapi kau berhasil menangani sebagian besar dari mereka," jawab Andin tajam.
Pria itu memyerigai masam. "Apakah itu sarkasme yang aku dengar, Miss Williams?" Di bawah bulu matanya yang tebal dan gelap, mata pria itu tampak mengamati Andin dengan serius. "Apakah kau menikmati makan siangmu?"
"Ya, Sir. Terima kasih. Saya minta maaf karena kembali agak terlambat."
Sebastian melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh. "Jangan khawatir."
"Apakah ada sesuatu yang perlu saya tangani segera, Sir?" Dengan gugup Andin membasahi bibirnya. Mendongak, ia melihat mata Sebastian yang menyipit dan tajam itu tertuju padanya.
Tangan Sebastian mengambil sebuah map dan mengalihkan pandangannya kemudian mulai membaca isinya. "Jam berapa penerbangannya besok?" Pria itu bertanya tentang perjalanan dadakan ke Eropa yang harus mereka lakukan besok. Sebastian telah memberitahu Andin pagi ini dan gadis itu menghabiskan sepanjang pagi hingga sore untuk mengaturnya.
"Jam delapan pagi, Sir," kata Andin.
"Aku akan menjemputmu pukul enam tiga puluh kalau begitu," katanya. "Bagaimana dengan akomodasinya?"
"Saya telah mengatur semuanya," jawab Andin sopan.
Mata biru tua itu mengejeknya. "Tentu saja kau sudah. Kau seefisien biasanya, Miss Williams."
"Apakah ada hal lain yang ingin Bapak ketahui, Sir?" Gadis itu menahan lidahnya mengatakan sesuatu yang sarkastik, marah dengan ekspresi dan nada pria itu.
"Tidak. Kau boleh pergi," jawab Sebastian tanpa meliriknya.
* * * * * * *
Setelah sinar matahari dan hujan di Washington D.C, Trapani, Sisilia tampak begitu tidak nyata dan indah - seperti kartu pos berwarna. Jalan-jalan ditumbuhi pohon palem yang daunnya hijau dan berkilau, hotel-hotel putih bersih dan berkilauan di bawah sinar matahari, deretan rumah berlapis-lapis yang dikuas lembut dengan warna-warna pastel, di seluruh kota langit biru cerah membuatnya lebih terlihat seperti film daripada apa pun yang bisa diingat Andin.
![](https://img.wattpad.com/cover/328825929-288-k65822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
dear mister summers
RomanceSemuanya berawal dari sebuah gaun merah dan secarik surat pengunduran diri ... ******* Selama lima tahun Andin menjadi sekretaris Tuan Sebastian Summers, dan ha...