dua puluh empat

2K 262 78
                                    




* u/ Ourxvnna yang pingin thornton dukung pak bos *


Sebastian menoleh ke sampingnya. Salah satu teman lamanya, Michelle, menghampirinya sambil tersenyum. Keluarga mereka sudah dekat, bahkan keluarga mereka terkadang pergi berlibur bersama. Michelle hampir sebaya dengan Sebastian dan mereka telah menghabiskan masa kecil bermain bersama, sampai pada titik di mana Michelle hampir seperti saudara perempuan bagi pria itu. Akhir-akhir ini, mereka tidak banyak berhubungan terutama karena Sebastian bekerja membangun 'empire' atau kerajaan bisnisnya sendiri sementara Michelle sibuk terbang ke New York ke Paris ke Tokyo dan entah di mana lagi karena profesinya sebagai model.

"Thanks," akhirnya Sebastian menjawab kemudian meneguk sedikit sampanye. Dirinya telah menjaga diri sepanjang malam, agar tidak mabuk sementara ia mencoba mencari tahu ada apa gerangan dengan keluarganya.

"Pestanya juga menyenangkan," lanjut Michelle, tidak menyadari sikap Sebastian yang agak dingin.

"Thanks," Sebastian mengulangi kata-katanya sebelum menambahkan dengan nada dingin, "Tapi pestanya akan jauh lebih menyenangkan jika aku bisa memahami sikap dingin yang diberikan semua orang pada tunanganku."

Michelle mengerjap. Jelas, wanita itu terkejut dengan ucapan Sebastian tetapi pria itu tidak akan menarik kembali kata-katanya. Sebastian merasa bahwa ia telah membawa Andin ke pesta ini, dan amat tidak adil bahwa gadis itu harus menahan ketidaknyamanan ini.

Michelle tampak kesal akan kritikan Sebastian. "Maaf, Sebastian. Tapi, harus kau akui, gadis itu bukan tipe yang kita semua harapkan untuk kau kencani, apalagi menikah!"

Sebastian mengerutkan kening tatkala ia mencerna kata kata Michelle dengan rasa ingin tahu. "Apa maksudmu?" tanyanya curiga.

"Oh, ayolah! Bahkan jangan berpura-pura bersembunyi di bawah batu. Kita telah melihatmu di beberapa tabloid dengan berbagai macam model dan aktris cantik di pelukanmu. Kita semua tahu tipemu seperti apa dan gadis itu jelas bukan tipe wanita yang kau inginkan," kata Michelle, mengangkat bahu. "Lalu adanya pertunangan cepat ini. Kita bahkan tidak tahu kau berkencan dengan gadis ini, dan sekarang tiba-tiba kau Sudah bertunangan? Apa kah kau tidak sengaja menghamilinya?"

"Tentu saja tidak!" Sebastian bahkan tidak bisa memahami mengapa temannya menganggap hal itu sebagai suatu kemungkinan. "Andin itu wanita terhormat. Mengapa kau bisa-bisanya berpikiran begitu?"

Michelle melemparkan tatapan putus asa pada laki-laki itu. "Tolong jangan bertingkah seolah-olah kau tidak mengetahuinya! Kau ini seorang milyader, You're worth billions of dollars," Michelle menunjukkan seolah-olah itu menjawab pertanyaan Sebastian.

Pria itu baru menyadari bahwa keluarganya mengira Andin adalah gadis yang haus uang yang ingin menikah dengannya karena nama keluarganya yang terkenal dan yang lebih penting, kekayaannya.

Andai saja mereka tahu! Andai mereka tahu betapa sering Andin bersikap dingin dan menolaknya! Bahkan ketika gadis itu baru satu bulan bekerja di Summers Entertainment, gadis itu sudah menolak ajakan makan malamnya!

"Andin dan aku sudah bersama selama lebih dari empat tahun," kata pria itu terus terang. Secara teknis ucapannya tidak salah. Andin memang benar-benar telah menjadi sekretarisnya selama hampir lima tahun. "Rasanya sekarang adalah waktu yang tepat untuk settle down, bertunangan, dan memperkenalkannya kepada keluarga."

"Mungkin," seru Michelle dengan suara yang terdengar tidak yakin sama sekali. "Ngomong-ngomong, kau mesti tahu bahwa dia tidak sama dengan kita semua." Wanita itu menghela nafas saat menangkap pandangan Sebastian yang tidak mengerti. "Dia hanya gadis biasa dari keluarga kelas menengah."

Dari dulu sampai detik itu, Sebastian selalu menghargai Michelle namun setelah apa yang baru saja gadis itu katakan, pria itu tidak bisa tidak menganggap Michelle angkuh.

* * * * * * *

Apakah temannya memang selalu sesombong ini? Sebastian ingin mengatakan tidak tetapi buktinya ada di sana. Keluarganya menilai Andin karena status sosialnya atau kekurangannya. Pria itu begitu ngeri sampai ia tidak bisa berkata kata. Dirinya menatap kosong ke arah Michelle.

"Gadis itu berada di bawah status sosialmu, Sebastian," lanjut Michelle, sama sekali tidak malu dengan kata-kata pedas yang keluar dari mulut merahnya. "Kau bisa menemukan seseorang yang jauh lebih cocok denganmu daripada dia."

Tidak ada orang seperti Miss Andin Kemala Williams. Gadis itu mungkin tidak kaya, tetapi ia bekerja keras, dan ia lebih tulus daripada kebanyakan orang dalam hidup pria itu. Sebastian tidak percaya ia mendengarkan semua ini. Sebastian mundur selangkah, tiba-tiba dirinya merasa jijik.

"Sebastian?" tanya Michelle. "Apakah kau baik-baik saja?"

"Andin adalah tunanganku," katanya, suara dinginnya menyebabkan mata Michelle melebar. "Dia adalah gadis yang aku pilih, terlepas dari status sosial yang dia miliki. Jika kalian semua begitu picik untuk menilai dia hanya berdasarkan uang bahkan sebelum kalian mengenalnya, maka kalian tidak pantas untuk mengenalnya."

Pria itu berbalik dan berjalan pergi. Di dalam hati ia marah. Baik pada dirinya sendiri maupun pada teman dan keluarganya. Saat ini yang ia inginkan hanyalah menemukan Andin dan meminta maaf pada gadis itu karena telah membawanya ke sini. Sebastian sekarang menyadari bahwa ia egois. Ya, memang benar bahwa ia telah membantu Andin, tetapi ia tidak diperlakukan secara tidak adil seperti teman-teman dan keluarganya memperlakukan gadis itu saat ini.

"Hei, Sebastian!" Alexander menyapa ketika laki-laki itu melewatinya tetapi Sebastian tidak membalas senyumnya. Jika Alexander menganggap ini aneh, pria itu tidak mengatakan sepatah apa-apa.

"Apakah kau melihat Andin?" Sebastian hanya bertanya.

Alexander berkedip, tampak bingung sekaligus terkejut. "Aku yakin dia pergi ke luar mencari udara segar. Oh, ngomong-ngomong, selamat atas pertunanganmu." Ucapan 'selamatnya' terdengar sedikit tidak antusias, dan wajah Alexander berubah seolah-olah ia benci mengucapkan kata-kata itu. Tapi Sebastian tidak menggubris ucapan itu. Tidak ada yang lebih penting sekarang baginya melebihi menemukan Andin.

"Thanks," jawabnya singkat dan berjalan pergi.

Sebastian mengitari ruangan, menghindari pengunjung pesta lainnya. Mereka semua minum dan tertawa, sama sekali tidak peduli dengan diskriminasi mereka terhadap wanita yang baru saja ia kenalkan kepada mereka.

Pintu balkon dibiarkan terbuka dan saat Sebastian melangkah keluar, ia melihat Andin berdiri di sana sendirian. Gaun merahnya sedikit berkilauan di bawah sinar rembulan, memancarkan cahaya halus di sekelilingnya. Kemudian ia mulai memperhatikan gelas-gelas kosong yang tadinya berisi sampanye di sekeliling gadis itu dan bertentangan dengan keinginannya sendiri, jantung Sebastian berdetak kencang. Gadis itu pasti merasa sangat kesal sehingga ia mulai minum. Sebastian menutup matanya sebentar tatkala ia menyalahkan dirinya sendiri. Sebastian seharusnya tahu apa yang bakal dihadapi Andin. Saat pria itu membuka kembali matanya, ia perlahan menutup jarak di antara mereka. Sebastian tahu betul bahwa ini sepenuhnya salahnya, dan amat mengerti jika gadis itu marah padanya.

Prioritasnya berubah, sekarang yang ia inginkan hanyalah membawa Andin keluar dari tempat ini. Tidak adil bagi gadis itu untuk tetap tinggal di sini, di antara orang-orang yang bahkan tidak mau mengenalnya. Hal terbaik yang bisa pria itu lakukan untuk Andin saat ini adalah mengantarnya pulang dan berharap gadis itu akan menerima permintaan maafnya atas kejadian malam ini.

"Andin," ujarnya menyapa gadis itu sambil maju selangkah.

Andin berbalik. Ada sebuah gelas sampanye di tangannya sementara tangannya yang lain mencengkeram pagar balkon saat tubuh gadis itu sedikit limbung. Pipinya merona dan wajahnya tampak sedikit memerah. Jelas bahwa gadis itu terlalu banyak minum namun ekspresi sedih di wajah Andin yang menarik perhatian Sebastian dan membuat perut laki-laki itu mengeras.

"Kau!" seru Andin sambil mengarahkan gelas sampanye ke Sebastian. "Kau!"

Sebastian menahan napas karena dirinya hanya bisa berharap bahwa kesalahan ini tidak akan membuat ia kehilangan segalanya.


* * * * * * *


A/N: akhirnya kelar juga kerjaan, boleh lah kasih up lagi ya~~

dear mister summersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang