* untuk semua yang masih melek dan bawa tiket jalur vip express, ini untuk kalian semua *SEBASTIAN
Mau tak mau Sebastian memperhatikan keterkejutan dan keheranan di wajah Andin dan langsung merasa tidak enak karena menjadi penyebab hal tersebut. "Sudahlah." Pria itu menggelengkan kepalanya sambil menggumam pada saat yang sama. Ini bodoh. Tidak peduli seberapa kesalnya dia pada Michelle dan keluarganya, ia tidak seharusnya membuat Andin merasa tidak nyaman. Ya, pria itu sudah muak dengan keluarganya malam ini dan hal terakhir yang ia inginkan adalah kembali ke rumahnya dan menghadapi mereka semua, tapi tetap saja, ia tidak boleh menginap di sini. Sebastian seharusnya pergi ke salah satu hotel -sebaiknya hotel yang tidak dimiliki dan dikelola oleh saudaranya, Declan Summers. Lebih pentingnya lagi, dengan keadaannya yang amat sangat tertarik pada Andin, bermalam di rumah gadis itu adalah ide yang buruk.
"Apakah ada yang salah?"
Pria itu mendengar Andin bertanya dan berbalik menghadapnya. "Maaf?"
"Mengapa kau ingin bermalam di sini? Apakah kau tidak ingin kembali ke pesta?" gadis itu bertanya penuh rasa ingin tahu, memiringkan kepalanya ke satu sisi.
"Setelah apa yang mereka lakukan padamu?" Pria itu menatap Andin dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya. "Tentu saja tidak."
"Tapi, Sir-"
Sebelum Andin bisa melanjutkan kalimatnya, pria itu meletakkan satu jari di bibir ranum gadis itu dan Andin pun sontak tersentak ke belakang saking kagetnya. Pria itu bergerak cepat, satu tangan meraih pinggangnya dengan aman sementara yang lain menempel di dinding lift di sebelah wajah Andin. "Aku bukan Sir untukmu malam ini," Sebastian mengulangi kalimatnya sebelumnya. Kemudian dirinya mencondongkan tubuh ke depan, begitu dekat sehingga ia hampir bisa mendengar gadis itu bernapas menderu. "Apakah sesulit itu bagimu untuk menganggapku sebagai orang lain selain bosmu?"
"Maafkan aku," sembur Andin buru-buru.
"Apakah sangat sulit untuk melihatku sebagai kekasihmu?" pria itu bertanya dengan nada yang setengah berbisik.
Mata gadis itu melebar dan ia memiringkan kepalanya. Bibirnya sangat dekat dengan bibir Sebastian hampir membuat pria itu tidak bisa mengendalikan diri. Yang pria itu inginkan hanyalah menciumnya, menggendong Andin, dan membawanya ke tempat di mana ia bisa merayunya habis-habisan. Sebastian segera menyingkirkan pikiran berbahaya itu dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa Andin telah menghadapi cukup banyak penghinaan malam itu.
"A-a aku rasa siapa pun akan merasa sulit untuk menganggap bos mereka sebagai kekasih mereka, Sir."
Untuk sepersekian detik, Sebastian hampir kehilangan kendali. Sebastian hampir mengenyahkan pikiran buruknya dan menarik tubuh gadis itu erat-erat ke tubuhnya. Ia ingin menunjukkan pada Andin semua hal yang bisa membuktikan sebaliknya, semua hal yang bisa membuatnya menjadi kekasihnya. Sebelum ia bisa melakukan apa pun, lift berhenti dengan bunyi ding dan pria itu menegakkan tubuhnya.
"Kalau begitu, untungnya aku tidak lagi menjadi bosmu dalam waktu dua bulan," gumam Sebastian pelan sambil mundur selangkah, menjauh dari gadis itu.
Jarinya menekan tombol lift untuk menjaga pintu tetap terbuka dan setelah gadis itu keluar, Sebastian mengikutinya. Mereka berjalan menyusuri lorong dalam keheningan karena mereka berdua tampaknya sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
"Dengar, aku minta maaf," kata sosok mungil di sebelah pria itu saat mereka berhenti di depan pintu kayu. "Aku tidak keberatan kau menginap malam ini." Andin mengeluarkan kuncinya dan membuka pintu depan lalu berbalik ke arah Sebastian sembari memegang kenop pintu. "Hanya saja tempatku sangat kecil dan aku cukup mengenalmu untuk mengetahui bahwa kau tidak akan senang tidur di sofa bekas yang kubeli seharga lima puluh dolar beberapa bulan yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
dear mister summers
RomanceSemuanya berawal dari sebuah gaun merah dan secarik surat pengunduran diri ... ******* Selama lima tahun Andin menjadi sekretaris Tuan Sebastian Summers, dan ha...