🗣️ L i m a p u l u h l i m a

8.1K 503 13
                                    

"Besok aku aja yang jemput Hannan di sekolah," ucap Mbak Ana setelah kami mengantar Hannan pulang ke rumahnya.

"Emang tahu sekolahnya?" tanya Mas Prima sambil terus mengemudi.

"Ya kamu antarkan aku dulu sehari. Besok-besok aku pergi sendiri."

Aku yang saat ini berada di sebelah Mas Prima hanya terdiam tanpa ada niat sedikit pun untuk menanggapi.

"Sekarang ada teknologi baru namanya google maps. Nanti saya kirimkan alamatnya lewat itu. Kamu pergi sendiri."

Aku tersenyum tipis. Nice nih suami. Begitu dong, aku kan jadi tenang plus senang.

"Aku takut nyasar, aku kan baru tinggal di tempat ini. Seminggu aja belum."

"Ya kalau nyasar, nanya," Mas Prima melirik ke arahku sekilas kemudian dia melemparkan pandangannya ke arah kaca spion, "saya besok benar-benar enggak bisa. Ada jadwal mengajar sampai sore. Keyra juga ada jadwal mata kuliah. Jadi mau enggak mau kamu sendirian. Atau biar lebih gampang bisa pakai taksi langganan keluarga saya aja."

"Yaudah, pakai taksi aja."

Nah, sip.

Begitu, bagus.

Mandiri.

Beberapa saat kemudian, mobil Mas Prima sudah parkir di pekarangan rumah. Mbak Ana pamit untuk pergi ke rumah depan, sedangkan aku dan Mas Prima masuk ke dalam rumah kami.

Pikiranku yang tadinya kosong mendadak penuh saat teringat KKN yang akan diadakan kurang dari sebulan lagi. Aku harus diskusikan hal ini sama Mas Prima, mungkin dia tahu informasinya.

Sebelum diskusi itu dimulai, aku membersihkan diriku dulu begitu juga dengan Mas Prima. Seperti  malam-malam biasanya aku dan Mas Prima selalu memakai piama sebelum naik ke atas ranjang.

"Mas," panggilku.

Pria dengan piama berwarna biru tua itu menoleh ke arahku. "Berapa ronde, Bee? Saya ayo aja. Kamu kelihatan banget sedari tadi ada yang ditahan."

Aku menggeleng lantas memberikan ponselku kepadanya. "Bukan itu ih. Aku tadi dapat info katanya KKN habis UAS nanti. UAS kan enggak sampai dua minggu lagi, Mas. Berarti enggak lama lagi aku KKN."

Mas Prima mengambil ponselku lantas dia membacanya dengan serius. Beberapa detik kemudian barulah dia menyerahkan ponselku kembali. "Ya KKN emang pada semester 5 atau 6. Kamu kan juga jurusan biologi, pastinya ada KKN. Saya juga dulu begitu, Bee."

"Lihat deh," aku menujuk ke arah ponselku, "tempatnya jauh banget, di Jawa Timur. Mana lama lagi, Mas. Sebulan."

Mas Prima mengangguk-angguk. Ekspresi wajahnya tenang banget. Enggak terlihat bahwa dia sedih atau khawatir aku akan jauh darinya. "KKN emang biasanya di desa-desa terpencil, Bee. Mana mungkin di Jakarta. Waktunya ya memang kira-kira satu bulan. Kok kamu kaget? Selama ini enggak ada dosen yang ngasih tahu?"

Enggak tahu sih, kayanya pernah, tapi aku lupa.

Aku bergumam kemudian menatapnya dengan tatapan penuh harap. "Nanti penanggung jawabnya siapa? Mas Prima bisa nggak ikut ke daerah KKN? Temani aku gitu."

"Saya kan dosen baru mungkin belum dikasih kepercayaan untuk jadi penanggung jawab. Lagian," Mas Prima bersandar di kepala ranjang, "KKN enggak ditemani sama dosen. Paling sesekali dosen ke sana, tapi enggak setiap hari."

Aku mendengus. "Terus aku gimana? Kita gimana? Kita pisah dong sebulan."

"Ya mau gimana lagi," Mas Prima mengambil ponselku lantas dia letakkan di meja sebelahnya, "prosedurnya begitu, Bee. Makanya saya minta setelah UAS kita lakukan tindakan dulu pada penyakit kamu. Biar nanti saat KKN kondisi kamu jadi lebih baik."

Aku enggak memikirkan penyakitku.

Aku lebih memikirkan hubungan Mas Prima dan Mbak Ana ketika aku enggak ada.

"Mas," aku menjatuhkan kepalaku di bahunya, "nanti kalau aku enggak ada gimana? Mas sama Mbak Ana tinggal bersama di rumah ini?"

"Enggak, Bee," tangan Mas Prima mengelus rambutku, "nanti Ana tinggal di rumah Mami."

"Mas juga?"

"Iya, nanti saya bantu jelaskan ke Mami dan ke keluarga saya. Semoga mereka paham dan memperbolehkan Ana untuk tinggal bersama mereka."

Hmm, itu bukan solusi yang baik.

Itu solusi yang membuat aku semakin overthingking.

Kalau tinggal bersama sebulan, kemungkinan Mbak Ana dan keluarga Mas Prima bisa lebih dekat sehingga peluang untuk mereka berdua bersatu pun jadi semakin besar karena restu dari keluarga sudah didapat.

Kepalaku mendadak pening.

Pusing bangetlah memikirkan hubungan Mas Prima dengan masa lalunya. Padahal aku orang baru di dalam hidup pria itu, tetapi aku ikut terlibat terus.

Memang benar kata orang, jangan berhubungan dengan pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya. Ya mungkin jadi begini akibatnya.

Coba kalau aku tahu fakta ini dari awal, pastinya aku akan mempertimbangkan beberapa kali untuk menikah dengan Mas Prima. Salah aku juga karena terlalu ngebet ingin nikah waktu itu.

Kalau dibilang nyesel, ya nyesel.

Tapi ya mau gimana?

Mau cerai pun sulit soalnya aku masih belum siap untuk menjanda di umur dua puluh tahun.

Cerita ini Sudah Tersedia Full E-book di Karyakarsa

Pembelian dapat juga melalui whatsapp

Terdiri dari:

- Full E-book (Lengkap)

Total 71 Part ; 329 Halaman

Hanya dengan Rp56.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ My Lecture My Housemate _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp56.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

My Lecture, My HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang