🗣️ L i m a p u l u h s e m b i l a n

8.7K 574 35
                                    

Karena besok kuliahku libur, aku memutuskan untuk enggak pulang ke rumah hari ini. Tanpa memikirkan motorku yang masih terparkir di jalan Braga, aku langsung bergegas untuk menyewa mobil melalui aplikasi online untuk pergi ke area camp. Jaraknya lumayan jauh kira-kira dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam.

Aku mau healing dan kebetulan aku sedang ingin camping jadinya tanpa pikir panjang, tanpa persiapan yang matang aku langsung on the way ke sana. Soal baju dan barang-barang nanti bisa aku bisa beli di jalan yang penting aku harus segera ke sana saat ini juga.

Sesampainya di tempat camping yang aku tuju. Aku langsung reservasi dan mendapatkan cabin dengan view sungai di depannya. Cabin yang berkapasitas empat sampai enam orang, kini aku isi sendirian.

Habisnya mau ngajak siapa lagi? Hidupku kan sesepi itu.

Orang tua enggak punya. 

Abang-abang pada jauh.

Teman dekat enggak punya.

Pasangan lagi sibuk sama yang lain.

Anak belum punya, bahkan terancam enggak akan punya.

Aku menarik napas berusaha tidak memikirkan hal itu. Pokoknya hari ini sampai besok aku mau healing. Aku mau happy-happy. Aku mau menyegarkan kepalaku.

Aku mengambil pakaian baruku yang tadi sempat aku beli kemudian aku berganti baju. Aku juga tidak lupa memakai jaket super tebal karena suasana di sini dingin. Setelah itu aku menyewa peralatan BBQ beserta makanannya kemudian aku memanggangnya di depan tenda sambil ditemani dengan gemericik air sungai.

Di area camping ini ramai. Cabin-nya  juga saling berdekatan. Dari sisi kananku ada satu keluarga yang sedang berbincang-bincang sambil menikmati jagung bakar, dari sisi kiriku ada sepasang kekasih yang sedang berbincang-bincang sambil menatap ke arah langit, sedangkan aku berada di tengah-tengah mereka hanya duduk sendirian.

Kelihatan anak hilang banget ya?

Mana enggak ada satu pun orang yang mencari keberadaanku.

Sad.

Aku mengerutkan jaket yang membalut tubuhku kemudian kembali sibuk memanggang daging di pemanggang. Aku berusaha sibuk dengan duniaku sendiri tanpa membanding-bandingkan lagi duniaku dengan dunia orang-orang di sekitarku.

Kayanya mereka lebih beruntung sih dibandingkan aku.

Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk. Kontak Mas Prima terpampang di sana. Aku tersenyum miring, masih ingat aku ternyata. Aku diamkan panggilan itu sampai akhirnya panggilan ketiga aku baru mengangkatnya.

"Saya dapat kabar dari ART di rumah, katanya kamu belum pulang. Kamu ke mana? Ini sudah hampir malam, Key. Tadi kuliah cuma satu matkul kan? Terus dilanjut jalan-jalan. Kamu jalan-jalan ke mana kok lama banget pulangnya?" tanyanya tanpa henti.

Aku memindahkan ponselku dari telinga kanan ke telinga kiri. "Tadi jalan-jalan ke jalan Braga terus lanjut ke jalan Asia Afrika."

"Itu kan enggak jauh dari rumah. Kenapa belum pulang? Pulang sekarang ya."

"Enggak, aku enggak mau pulang. Sehabis dari jalan Asia Afrika aku lanjut lagi, Mas. Ke area camping, aku udah reservasi sampai besok. Sebentar aku kirim alamatnya."

Aku share location ke Mas Prima, tanpa lama pria itu langsung membukanya.

"Bee, itu jauh loh."

Aku bergumam singkat. "Iya, tapi lebih jauh tempat yang Mas datangi sekarang. Enggak apa-apa kan aku di sini? Aman, Mas. Ramai di sini. Keamanan terjaga."

"Bee," panggil Mas Prima,

"Mas, Mbak Ana, dan Hannan kan lagi happy-happy di sana. Aku juga mau happy-happy, tapi kan aku enggak bisa berada di antara kalian. Jadinya aku mencari kesenanganku sendiri."

"Bee," panggil Mas Prima lagi.

"Gapapa ya? Kita sama-sama mencari kesenangan. Aku enggak menghalang kalian untuk bahagia, sebagai balasannya jangan halangi aku untuk bahagia juga ya? Boleh kan?" tanyaku dengan bibir yang bergetar. Aku menahan tangisku susah payah.

Terdengar helaan napas dari sana. "Iya, boleh, Sayang. Hati-hati ya di sana."

"Iya," jeda beberapa saat, "Mas enggak ada yang mau diceritakan? Jangan ada yang ditutup-tutupi ya dari aku selama Mas di sana."

"Iya, enggak ada. Di sini baik-baik aja, Bee."

"Di sana seru?"

"Iya, seru. Tadi ada lomba terus kita menang."

Aku mengusap air mataku yang tiba-tiba terjatuh. "Bukan kita, aku kan enggak diajak. Jadinya kalian yang menang."

Mas Prima bergumam. "Iya. Kami menang."

"Terus selama di sana, Mas tidur di mana? Pisah kamar kan?"

Tidak ada jawaban.

Aku menunggu sampai beberapa saat, tetapi hanya keheningan di sana.

"Mas?" panggilku lagi.

Dan tiba-tiba panggilan terputus.

Cerita ini Sudah Tersedia Full E-book di Karyakarsa

Pembelian dapat juga melalui whatsapp

Terdiri dari:

- Full E-book (Lengkap)

Total 71 Part ; 329 Halaman

Hanya dengan Rp56.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ My Lecture My Housemate _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp56.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

My Lecture, My HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang