🗣️ L i m a p u l u h t u j u h

7.9K 544 50
                                    

Tulisan 'Happy Family, Happy Kid' tercetak pada baju yang digunakan oleh Hannan, Mbak Ana, dan juga Mas Prima. Baju itu adalah baju seragam yang diberikan oleh panitia sekolah untuk dipakai pada acara study tour. Jujur, aku jadi badmood saat melihat mereka bertiga mengenakannya.

Sudah begitu, Mbak Ana pakai minta aku untuk memfotokan mereka bertiga. Mas Prima juga diam saja enggak menolak, malah kesannya dia ingin aku fotokan juga soalnya dia langsung berpose dengan menunjukkan dua jempolnya.

Sabar, sabar.

"Ini, Key," ucap Mbak Ana sambil menyerahkan ponselnya ke arahku, "tolong ya."

Rasanya aku mau melempar ponsel ini sambil berteriak dengan kencang di depan wajahnya kalau aku cemburu. Namun, aku hanya bisa menarik napas panjang sambil berusaha untuk memendam emosiku sendiri.

"Satu...dua...ti..ga!" ucapku kemudian mengambil foto mereka.

Aku tersenyum miris saat melihat hasilnya.

Potret keluarga bahagia.

"Ini, Mbak," ucapku sambil kembali menyerahkan ponselnya.

"Saya pamit Bee," ucap Mas Prima sambil mendekat ke arahku, dia mengelus puncak kepalaku lantas mengecupnya beberapa kali, "hati-hati ya di rumah, Bee. Nanti saya transferkan uang buat jalan-jalan. Kamu kamu bosan, kamu boleh jalan-jalan sendiri asalkan kabarkan saya ya?"

Aku mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Kalau aku bersuara takutnya yang keluar malah isak tangis soalnya saat ini aku berusaha mati-matian agar aku enggak menangis di depan mereka. Gengsi.

Beberapa saat kemudian, keluarga kecil itu pergi meninggalkan rumah, sedangkan aku berdiri di sini dengan mata yang berkaca-kaca. "Si*l!" umpatku sebelum akhirnya berlari ke dalam rumah dengan air mata yang turun deras.

Aku cemburu. Aku cemburu melihat kedekatan mereka.

Aku sedih. Aku sedih karena Mas Prima seolah enggak menjaga perasaanku.

Aku juga takut. Aku takut Mas Prima berpaling kemudian dia meninggalkanku.

Sesampainya di kamar aku menangis. Mengeluarkan segala emosi negatifku melalui air mata. Berteriak sekencang-kencangnya agar perasaanku lebih lega. Sejam kemudian karena aku kelelahan menangis dan berteriak, aku akhirnya menjatuhkan kepalaku di ranjang lalu tertidur. Biasanya tidur adalah obat efektif ketika perasaan-perasaan negatif menyerang.

Siang harinya aku terbangun dan langsung mengecek ponselku ada tiga pesan dan satu panggilan tidak terjawab.

Mas Prima
Saya sudah sampai vila Key

Mas Prima
Vilanya besar

Mas Prima
Ada hewan-hewan juga di sini

Aku enggak berniat menjawab pesan itu sehingga aku memilih hanya membacanya saja. Mataku tiba-tiba terpaku melihat simbol bergambar telepon. Aku menimbang-nimbang sampai akhirnya aku menekan simbol itu. Tidak lama kemudian panggilan itu diangkat. Aku berharap Mas Prima yang mengangkatnya, tetapi malah Hannan. "Halo, Mama Key," teriak Hannan cempreng.

Aku langsung mengalihkan panggilan telepon menjadi panggilan video. Seketika layarku penuh dengan wajah Hannan. "Mama Key, Hannan sekarang lagi istirahat," ucap Hannan lagi.

Aku mencoba tersenyum. "Iya. Hannan lagi istirahat di mana? Di taman?" tanyaku yang langsung direspons dengan gelengan kepala.

Dia memundurkan wajahnya sehingga background belakangnya langsung terpampang jelas. "Hannan lagi di kamar, Ma."

Aku mengangguk. "Hannan tidur sendirian di kamar itu?"

Hannan menggeleng. "Tidur bertiga. Mommy Ana dan Daddy Prima nanti juga istirahat di kamar ini."

Alisku mendadak bertaut.

Mereka sekamar?

Pihak panitia sekolah memang enggak tahu apa ya kalau Mas Prima dan Mbak Ana bukan suami-istri atau memang sengaja tidak diberitahu?

"Emang enggak sempit kalau tidur bertiga?" tanyaku berusaha memancing.

"Enggak," Hannan semakin menjauhkan wajahnya dari kamera, "teman-teman Hannan yang lainnya juga tidur bertiga sama Ayah Ibunya."

Saat aku ingin kembali berbicara, mulutku mendadak kaku saat tanpa sengaja aku melihat Mbak Ana baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut handuk mini.

Perasaanku mendadak tidak karuan. Kira-kira Mas Prima ada di dalam kamar juga enggak ya? Atau jangan-jangan bisa jadi Mas Prima masih berada di dalam kamar mandi?

Refleks aku mematikan panggilan itu dengan sepihak.

Napasku kian memburu.

Otakku langsung berpikir hal yang tidak-tidak.

Diikuti oleh air mata yang membanjiri wajahku.

Cerita ini Sudah Tersedia Full E-book di Karyakarsa

Pembelian dapat juga melalui whatsapp

Terdiri dari:

- Full E-book (Lengkap)

Total 71 Part ; 329 Halaman

Hanya dengan Rp56.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ My Lecture My Housemate _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp56.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

My Lecture, My HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang