🗣️ T i g a p u l u h e m p a t

10.3K 751 26
                                    

Saat aku dan Mas Prima melangkah ke area taman dari kejauhan aku melihat Tante Dilla keluar dari mobil yang terlihat asing di mataku. Aku coba perhatikan dan tidak lama kemudian seorang pria paruh baya keluar dari mobil yang sama.

Mereka saling berpandangan sambil melemparkan senyum. Tangan pria itu bergerak untuk menggenggam tangan Ibu mertuaku. Dari gerak-geriknya mereka seperti seorang kekasih. Cepat banget ya berarti Tante Dilla move on dari Ayah.

"Siapa?" tanyaku sambil melemparkan tatapan ke arah Mas Prima, pria itu menggeleng dengan tatapan mata yang masih menatap lurus ke Maminya, "pacarnya?"

"Saya enggak tahu."

Mas Prima berjalan lebih cepat, sedangkan aku masih berdiri di sini mengamati kepergiannya. Ketika Mas Prima menghampiri mereka, Tante Dilla seolah memperkenalkan pria di sebelahnya.

"Om Bagus yang dulu sering Mama ceritakan," suara Tante Dilla.

Mas Prima menarik Ibunya ke arah dalam rumah. "Siapa, Mih?"  tanyanya. Sepasang Ibu dan Anak itu berdiri tidak jauh dariku sehingga aku masih bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Om Bagus."

"Iya, dia siapa?" tanya Mas Prima mengulang.

"Ah kamu, pura-pura enggak tahu. Pacar Mami itu. Dari tiga tahun yang lalu."

Ekspresi wajah Mas Prima terlihat bingung. "Emang masih berhubungan?"

"Masihlah, enggak pernah putus. Sudahlah, Prima. Kita sudah pernah berdiskusi tentang masalah ini," Tante Dilla menarik tangannya dari genggaman tangan Mas Prima, "Mami ajak Om Bagus ke sini, mau memperkenalkan ke keluarga besar. Sekalian ingin meminta restu."

Lah? Kok? Gimana dah konsepnya.

Dulu Ayah dan Tante Dilla punya hubungan spesial nggak sih?

Atau kebaikan dan sifat ramah Tante Dilla, Ayah salah artikan?

°•°

Acara ini dihadirkan begitu banyak keluarga dan kerabat, tetapi aku merasa asing di sini. Mereka berbincang membuat kubu. Padahal satu keluarga besar, tapi terlihat berkubu-kubu.

Aku enggak berniat untuk memasuki salah satu kubu itu karena aku juga enggak nyambung jika berbincang dengan mereka plus aku takut salah berbicara.

Mas Prima sudah mengajakku untuk bergabung dengan kubu para sepupu, tetapi aku menolaknya. Pria itu hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapanku.

Saat ini, aku hanya duduk di kursi taman melihat mereka yang asyik berbincang-bincang, sedangkan aku duduk termenung sendirian. Entah kenapa aku merasa, keluarga Mas Prima dengan diriku berbeda dalam banyak aspek. Derajat sosial, perekonomian, tingkat pendidikan, pola pikir, dan masih banyak lagi. Aku jadi bingung, kok bisa ya aku dan Mas Prima bersatu padahal latar belakang keluarga kami berbeda.

"Aunty Key," Hannan berjalan mendekatiku lantas dia memberikan aku sepotong kue, "buat Aunty. Hannan satu, Aunty satu."

Dia duduk di sebelahku kemudian kami memakan kue bersama-sama. "Kenapa Aunty enggak ikut ngobrol sama yang lain?"

Aku memasukkan sepotong kecil kue itu ke mulutku lantas menggeleng. "Enggak apa-apa," jawabku.

"Hannan di sini aja ya, temani Aunty. Boleh nggak?"

"Boleh. Hannan ada yang mau diceritain nggak? Biasanya Hannan suka cerita-cerita sama Aunty."

Selanjutnya Hannan bercerita dan aku mendengarkannya. "Begitu doang sih Aunty, ceritanya," Hannan menyentuh tenggorokannya, "Hannan haus karena ngomong terus. Hannan mau ambil minum dulu ya?"

"Mau Aunty ambilkan?"

"Hannan bisa sendiri."

"Oke," ucapku kemudian Hannan turun dari kursi taman dan berjalan ke arah dalam rumah.

"Istrinya Prima," baru saja aku ingin membuka ponselku, ada suara yang mengintrupsi. Aku menoleh ke arah sumber suara, pria paruh baya mendekatiku, "Primanya lagi ngobrol, kok enggak ikut?"

"Enggak apa-apa, Om. Aku di sini aja."

Om yang tidak aku ketahui namanya duduk di sebelahku kemudian dia bersandar di sandaran kursi. "Sebelumnya maaf ya acara pernikahan kamu dan Prima kemarin, om enggak sempat hadir. Omong-omong nama kamu siapa?"

"Keyra, Om."

"Kalau Om namanya Om Hadi."

"Oh, iya, iya."

Aku kikuk banget ngomong sama Om-om begini.

"Kamu hebat ya, Keyra. Kamu perempuan yang hebat bisa menerima masa lalu Prima," ucapnya tiba-tiba.

Kedua alisku mendadak menukik. "Masa lalu?" ulangku.

Wajah Om Hadi seketika gelagapan. "Eh, Prima belum bilang apa-apa ya? Dilla juga belum cerita? Masa lalu," Om Hadi bergumam sebentar, "masa lalu enggak penting sih."

"Masa lalu apa, Om?"

"Enggak, enggak," Om Hadi bangun dari duduknya, "sudah ya, Om tinggal. Semoga bahagia dengan keluarga kecil kamu."

Ada apa sih?

Dari gelagatnya misterius banget.

Aku jadi penasaran.

Masa lalu apa sih? Kayanya Mas Prima enggak pernah cerita apa-apa soal masa lalu.

Cerita ini Sudah Tersedia Full E-book di Karyakarsa

Pembelian dapat juga melalui whatsapp

Terdiri dari:

- Full E-book (Lengkap)

Total 71 Part ; 329 Halaman

Hanya dengan Rp56.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ My Lecture My Housemate _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp56.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

My Lecture, My HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang