"Kayak ada yang lain dari Mashaka, woi kau gak bergadang lagi ya? Udah di bilang langsung tidur kalo udah sampai rumah. Ini juga pasti gara-gara ngerjain tugas kelompok kan? Gila kau kok mau di bodoh-bodohin sama mereka!" ucap Jaden yang di buat emosi setelah mengetahui jika Mashaka tetap saja menuruti permintaan teman sekelasnya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Mashaka hanya terdiam, mendengarkan segala argumen Jaden yang memang terkesan emosi. Ais pun tidak membelanya, menatap Jaden yang kalut dalam emosinya sendiri. Kemudian Yadam yang masuk ke dalam kelas di buat kebingungan.
Tapi dia langsung peka jika Jaden sedang memarahi mashaka. Raut wajah anak itu pun tidak tampak sedang baik-baik saja. Bibirnya pucat pasi, dengan kedua matanya yang tercoreng warna kehitaman.
"Udah Jaden, Mashaka gak salah. Yang salah tuh orang-orang yang gak tau diri kayak mereka. Ngakuin Mashaka temen kalo lagi butuh doang," ujar Yadam memberikan tatapan sinis pada teman sekelasnya, yang dia ketahui satu kelompok dengan Mashaka.
"Tapi masalahnya tuh, Dam. Kenapa si Mashaka mau coba? Apa salahnya nolak. Kenapa juga Mashaka malah nurutin mereka yang bukan siapa-siapa ketimbang aku sama Ais, temannya sendiri."
"Mashaka punya alasan. Jangan berusaha buat menilai semua keputusannya kesalahan, dia pun enggak pernah menduga jika yang dirinya pilih kesalahan," sambung Yadam yang mampu membuat Jaden terdiam.
Sedangkan Ais, dia tidak bisa berkata-kata lagi mengenai temannya itu. Segala pembelaan pun tidak berguna.
Bukan karena Ais malas untuk terus membelanya, dia berpikir semuanya tampak sia-sia saja. Karena yang dibela mati-matian pun ternyata tidak membutuhkannya sama sekali.
Setelah di rasa keadaan semakin terasa mencekam, Ais memilih untuk keluar dari kelas. Tidak peduli jika sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai. Dari situ pula, Mashaka baru menyadari jika dia kembali melakukan kesalahan terbesar.
Mashaka benci dirinya, berkali-kali dia terus mencoba untuk lebih membela perasaan teman-temannya itu ketimbang rasa tak enak hatinya. Namun, dia gagal. Dan terus kembali dalam keadaan serupa.
Seharusnya Mashaka menolak segala permintaan teman-temannya yang bahkan tidak menganggap Mashaka ada. Mereka hanya datang di saat benar-benar membutuhkan, kemudian meninggalkan Mashaka jika tidak lagi dibutuhkan.
Yang paling anehnya lagi, Mashaka selalu menyadarinya di akhir saja. Saat Jaden dan Ais memberitahukannya. Mashaka sadar dia benar-benar bersalah di sini.
"Yadam, aku salah kan?"
"Udah-udah jangan dipikirin lagi. Nanti aku bakalan bicarakan baik-baik ke mereka berdua," ucap Yadam mengukir senyumannya, dan mencoba untuk menyakinkan Mashaka.
Karena Mashaka mudah sekali merasa bersalah, maka dari itu Yadam ingin membuat Mashaka tidak merasa bahwa dirinya lah bersalah di sini. Ini hanyalah kesalahpahaman satu sama lain, yang kemudian berakhir pada sebuah pertengkaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekedar Singgah [✓] REVISI
FanfictionHadiah paling terbaik dari Tuhan untuknya adalah kehadiran seorang adik, ketika semua kesepian itu telah di isi oleh tawa riang si kecil. Sampai-sampai mereka juga melupakan perihal mengenai tak ada yang akan kekal abadi. Pejaman matanya terlihat je...