3 | mereka tidak terima

177 51 3
                                    

Jika biasanya Mashaka selalu merasa kesepian, sekarang kesepian telah di ambil alih oleh kehadiran seekor kucing kecil yang begitu menggemaskan. Mashaka tersenyum saat melihat tingkah lakunya yang mengundang kebahagiaan nya itu.

Kemarin saat dia membawanya pulang sang ayah melarangnya untuk di pelihara, tapi Mashaka terus saja memaksa dan berakhir ayahnya pun terpaksa untuk mengizinkannya. Hapten pun ikut senang karena melihat adiknya tertawa lepas saat bermain bersama kucing tersebut, dia jadi teringat dengan dirinya sendiri sewaktu belum ada Mashaka. Hidupnya yang kesepian karena tidak di hadirkan seorang teman.

Pantas saja jika adiknya pun merasakan hal yang serupa. Dia seharusnya memiliki seorang teman untuk membuatnya di bahagiakan. Seandainya Hapten tidak memiliki banyak kesibukan pasti ia akan menemani hari-hari penuh keheningan milik adiknya itu.

Hapten mungkin bisa saja memberikan apa saja tapi tidak dengan waktunya. Dia sampai lupa janjinya pada Tuhan, jika akan menjaga adiknya agar tidak terluka.

Tidak ada rasa sakit yang cepat menghilang, tapi mana mungkin dia bisa menyerah sekarang. Mashaka hanya menghargai hidupnya, mencoba untuk terus mencari kebahagiaan meskipun dengan cara sederhana. Seperti mentertawakan tarian robot milik Ais, menanggapi ocehan Jaden yang terkesan lucu sampai-sampai dia tertawa lepas saat bersama mereka.

Itu bukan kebahagiaan yang istimewa namun kebahagiaan yang nyaris sempurna.

"Besok aku minta ibuku belikan kucing lah, ini bagus banget iri aku sama kau Mashaka. Nama kucingnya siapa nih?" tanya Jaden mengelus bulu kucing miliknya Mashaka itu.

"Bagusnya siapa?"

"Moza bagus juga," sahut Ais yang tatapan matanya tertuju pada kucing berbulu putih yang membuatnya terpikat untuk terus memperhatikannya. "Atau terserah kau aja Ka."

Mashaka berpikir keras untuk memberikan nama kucing miliknya itu, kemudian dia berpikir kucing nya saja merupakan bentuk kebahagiaan nya juga sama seperti Jaden dan Ais. Jadi dia akan menamakannya Jaischan."

"Namanya Jaischan."

"Wah kenapa gak Sinchan aja?" ledek Jaden dia justru mentertawakan nama pemberian dari Mashaka.

"Lah itu namanya ada nama kalian juga, J berati Jaden dan A itu ya Ais sedangkan Chan nama yang sengaja aku berikan khusus untuk kucingnya," penjelasan yang baru saja terucapkan membuat kedua cowok itu terdiam.

Barangkali mereka terharu, atau mungkin senang di sama-sama kan dengan hewan yang begitu manis seperti kucing itu. Hingga setelahnya pun, Mashaka kembali menjelaskan sesuatu yang sangat berharga lagi untuk kedua orang terbaik dalam hidupnya.

"Kalian itu berharga, dan kucing ini pun juga sama. Makanya aku ingin kalian tetap bersamaku."

"Tanpa kau pinta pun aku gak bakalan kemana-mana. Pasti di sini bareng kau, kalo ada yang sakit bilang ya jangan ragu-ragu. Kita berdua pasti berusaha meringankan bebannya," balas Jaden di angguki oleh Ais.

Di setiap rasa sakit ada kalanya Tuhan menyelipkan sebagian dari kebahagiaan. Tuhan tidak mungkin membiarkannya keterusan dalam pesakitan, kehadiran Jaden, Ais dan juga kucingnya itu adalah sebuah kebahagiaan terbesar dari Tuhan untuknya.

Mashaka bersyukur meskipun dia tidak sekalipun mengatakan apa yang menjadi luka baginya kepada kedua orangtuanya, dan kepada sang egois.

Mashaka bersyukur meskipun dia tidak sekalipun mengatakan apa yang menjadi luka baginya kepada kedua orangtuanya, dan kepada sang egois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekedar Singgah [✓] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang