14 | hidupku sebentar

223 40 0
                                    

Yadam menepati janjinya untuk menjemput Mashaka, dia menunggu di depan gerbang rumah temannya itu. Padahal sudah di minta untuk masuk ke dalam saja oleh satpam yang bekerja di rumah milik keluarga Mashaka, Yadam justru menolak. Dia tidak ingin menunggu di dalam karena malu terhadap Hapten—kakaknya Mashaka.

Beruntungnya juga Mashaka tidak terlalu lama membuat Yadam menunggu. Sembari meminta satpam untuk membuka pintu gerbang, Mashaka langsung mendekat pada Yadam. Keduanya juga bergegas untuk segera pergi, bahkan Mashaka tidak memberikan alasan yang pasti mengenai kepergiannya. Dia berpamitan kepada asiten rumah tangganya saja, karena percuma saja. Kedua orangtuanya juga tidak ada di rumah apalagi kakaknya. Yang dari tadi pagi subuh sudah pergi lebih dulu.

"Dam, kalo semisalnya aku kenapa-kenapa gimana? Aku beneran overthinking sebenarnya nih. Soalnya aku ngerasa beda sama tubuhku sendiri, ngerasain sakit juga di bagian dada. Dan beneran susah buat napas," ucap Mashaka yang mencoba untuk memberitahu Yadam.

Seketika Yadam menghentikan laju motor nya, membuat Mashaka terkejut dan menepuk pundak Yadam sedikit kuat.

"Kau ini kenapa?!" tanya Mashaka yang masih syok akibat ulah Yadam secara tiba-tiba itu.

"Kau tuh yang kenapa? Ngapain coba ngomongnya kayak gitu. Ngomong yang baik-baik dong, jangan asal kayak tadi. Udah pokoknya kita ke rumah sakit niatnya buat kau sembuh, walaupun gak tau luka di dadamu kayak gimana. Yang terpenting semuanya baik-baik aja."

Usai mengatakannya Yadam kembali melajukan motor nya, jantungnya berdebar-debar tak karuan. Dia pun merasakan ketakutan karena ucapan Mashaka padanya. Meskipun dia berharap semuanya tidak akan kenapa-kenapa, tetap saja dia takut. Takut jika kenyataannya justru lebih mengerikan dari sebuah perkiraan.

Karena dia juga melihat sendiri, bagaimana kuatnya Mashaka menghantam ujung meja yang lumayan lancip. Itu sebabnya Yadam terus di hantui oleh perasaan takutnya sendiri. Tapi baiklah, demi Mashaka dia yakinkan jika semuanya hanya perihal ketakutannya belaka.

 Tapi baiklah, demi Mashaka dia yakinkan jika semuanya hanya perihal ketakutannya belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjam-jam lebih mereka menunggu hasil dari pemeriksaan. Dokter bilang, secepatnya akan segera di beritahu. Karena apa yang di rasakan oleh Mashaka harus segera di ketahui, kebetulan hasilnya bisa keluar hari ini juga. Dan mereka hanya perlu menunggu.

Namun, perasaan Mashaka jadi tidak karuan. Dia semakin ketakutan saat dokter memintanya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hasilnya bisa saja tidak membuat kabar baik, karena kabar buruk akan segera di dengar olehnya.

Awalnya juga dokter meminta wali dari Mashaka tapi dia menolaknya untuk mengetahui lebih dulu. Orangtuanya juga sedang sibuk, dia tidak kenapa-kenapa harus mengetahui keadaannya sendiri. Alhasil dokter yang terus di desak juga, terpaksa membiarkan Mashaka mengetahui hasil lab nya sendiri.

Beberapa saat setelahnya, dokter meminta mereka masuk ke dalam ruangan nya. Meminta Yadam dan Mashaka untuk duduk berhadapan dengan nya. Kemudian, Mashaka tidak berhenti menggigit bibir bagian bawahnya itu.

Sekedar Singgah [✓] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang