2 | Tuhan menghiburnya

231 53 0
                                    

Untuk mensyukuri apapun yang telah di milikinya, apalagi tentang kepintarannya yang nyaris sempurna itu. Mashaka tidak sempat bahkan dia tidak mau bersyukur sama sekali, bukan karena dia tidak ingin berterimakasih pada Tuhan, alasannya karena kepintarannya itu sekedar di jadikan peluang untuk di manfaatkan.

Mashaka tidak pernah benar-benar memiliki seseorang yang tulus dalam hidupnya, selain Ais dan juga Jaden. Mereka berdua sosoknya teman yang paling Mashaka jadikan panutan.

Panutan dalam segala kebaikan, karena walaupun mereka menyebalkan tetap saja mereka berdua itu membawa dirinya dalam kebahagiaan yang luar biasa. Meskipun terkadang, dia sendiri yang tidak memperlakukan dengan cara yang sama. Mungkin karena terlalu gengsi atau memang belum sempat untuk melakukannya.

Namun, mereka berdua bahkan tidak mempermasalahkannya. Jaden dan Ais bukan seseorang yang bersifat egois, mereka akan memilih menghargai Mashaka ketimbang memilih untuk berdebat.

"Dek, udah makan belum?" tanya Hapten yang kebetulan lewat di depan kamar sang adik.

"Gak kak mau langsung berangkat. Itu si Ais untuk nungguin di depan. Bilang sama ibu ya aku gak sempat makan rotinya," sahutnya dengan sangat terburu-buru.

Sudah biasa untuk melihat keadaan seperti ini dari adiknya, dia jarang sekali makan di rumahnya sendiri. Dikarenakan waktu untuk pergi ke sekolah lebih penting dari pada dia terlambat, lebih baik tidak menyempatkan waktunya untuk makan di rumah.

Hapten yang selalu mengantarkan beberapa makanan untuk adiknya ke sekolah. Padahal Mashaka sudah berkali-kali menolaknya. Kasih sayang Hapten pada Mashaka itu luar biasa, maka dari itu dia selalu memberikan yang terbaik agar adiknya tetap baik-baik saja.

"Kau gak ada ngeliat chat grub kelas kan?" saat Mashaka sudah masuk ke dalam mobil Ais, anak itu terpaksa untuk mempertanyakan hal semacam itu padanya.

"Belum sempat liat apa-apa aku. Hp aja ku matiin nih daya nya."

"Kalo bisa jangan dulu ya Ka. Aku gak mau kau sakit hati nanti," sambungnya lagi.

Namun, Mashaka tidak memperdulikannya. Dia membuka buku pelajarannya yang kebetulan terdapat tugas yang belum sepenuhnya selesai. Dia beranggapan apa yang Ais katakan tidak seharusnya di dengarkan. Palingan juga tentang anak-anak kelas yang memperdebatkan kelompok presentasi kemarin.

Tapi ada yang benar-benar penting juga, dia malas untuk memikirkannya. Semua yang terjadi membuat keadaannya berubah seketika, itu sebabnya juga Mashaka lebih memilih untuk tidak tahu.

 Semua yang terjadi membuat keadaannya berubah seketika, itu sebabnya juga Mashaka lebih memilih untuk tidak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mashaka gak tau kan?" tanya Jaden ketika dia sudah melihat Mashaka masuk ke dalam kelas bersama Ais.

Ais menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak ingin Mashaka kenapa-kenapa karena mengetahui pembahasan di grub. Yang mungkin mereka mengira sebagai keberuntungan sedangkan Mashaka, menganggapnya sebagai malapetaka.

Sekedar Singgah [✓] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang