12 pahami sebelum mengahikimi

179 41 0
                                    

"Antara yang perlahan kemudian hilang. Aku yang tidak bisa menghentikan waktu dan sosoknya yang tetap diam tanpa perjuangan."

Perkataan itu pernah Hapten ucapan pada Mashaka, saat mereka berdua menghabiskan waktu bersama duduk di depan teras sembari meneguk wedang jahe. Hubungan kakak beradik itu selalu baik-baik saja, selalu ada cerita yang semakin menguatkan ikatan batin keduanya.

Hapten menceritakan jika dia mempunyai seorang teman dekat, seseorang yang kini tidak bisa lagi dirinya temukan. Terakhir kali saat mendapatkan kabar darinya, adalah ketika dia akan berlibur ke luar negri. Dan ternyata kabar yang lebih mengejutkan lagi adalah saat, teman terbaiknya itu meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Entah apa yang menjadi penyebab kematiannya, namun kejadian itu membuat Hapten kehilangan sebagian dari hidupnya. Dia kehilangan sosoknya yang terus membantunya dalam berjuang, sosoknya yang nyaris sempurna dalam segala hal.

Maka dari itu Hapten terus meminta untuk dihadirkan seorang adik. Tanpa Hapten sadari semua manusia di dunia ini pun sekedar singgah, tidak benar-benar menetap sesuai yang diharapkan.

"Udah lama banget dek gak duduk di teras. Semuanya cepat berlalu, dan gak bisa ke ulang ya. Cuma kenangannya yang masih tertinggal di sini," ucap Hapten saat mendapati Mashaka duduk di teras rumahnya, tepat di malam hari.

"Sebenarnya aku kangen kita yang dulu, kak. Tapi aku nggak bisa memaksakan semuanya terjadi lagi. Karena kakak udah kerja bukan kakak yang dulunya selalu ngeluh tentang dunia persekolahan. Di tambah lagi bunda sama ayah, juga terlalu sibuk sama pekerjaannya masing-masing. Aku nggak berharap kalian menatap ke arahku, aku cuma berharap kalian tetap bahagia."

Penuturan dari Mashaka terdengar begitu memilukan. Hapten mengerti, dia pernah merasakan di posisi Mashaka. Ketika dirinya kesepian karena ditinggalkan demi pekerjaan, tapi Hapten mencoba memahami. Maka dari itu dia tidak berkeinginan Mashaka memiliki keadaan yang sama dengannya.

Dan sangat di sayangkan, itu bahkan tidak bisa dirinya lakukan. Pekerjaannya selalu menjadi penghalang, dia yang berusaha pulang cepat waktu pun selalu gagal. Membuat Mashaka enggan menatapnya seperti dulu.

"Kakak tau, adek kecewa kan?" Tanya Hapten tidak enak perasaan melihat ekspresi sedih adiknya.

"Banyak yang aku lalui kak. Nyesel rasanya cepat-cepat dewasa. Karena di titik seperti ini, Mashaka merindukan masa-masa kecil Mashaka," jawab Mashaka yang langsung masuk ke dalam rumahnya.

Beberapa detik setelahnya, kedua orang mereka pulang. Hapten yang berniat mengejar sang adik pun teralihkan untuk menyambut kedua orangtuanya. Lagi-lagi Hapten menyia-nyiakan kesempatan, yang bahkan Tuhan berikan padanya berulangkali untuk mengetahui apa yang Mashaka rasakan.

Bukankah itu kesalahan? Sementara Mashaka sudah secara terang-terangan mengatakan dunianya berantakan. Tapi Hapten masih belum mengerti, dan memilih untuk tidak berpikir semuanya berat untuk di jalani sang adik.

 Tapi Hapten masih belum mengerti, dan memilih untuk tidak berpikir semuanya berat untuk di jalani sang adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekedar Singgah [✓] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang