Sudah sesuai dengan dugaan Mashaka dia pasti akan di andalkan oleh Bara akan banyak hal. Terutama dalam mendata beberapa siswa dan siswi yang terlambat seminggu terakhir ini, Mashaka mengerjakannya sendirian sampai-sampai terpaksa meninggalkan ulangan harian bahasa Inggris. Dia tidak memberitahu ketiga temannya, dengan alasan dirinya sendiri yang harus mengerjakannya.
Padahalkan itu bagian seksi sosial, mereka harus menjadi bagian untuk mendata beberapa siswa dan siswi yang terlambat setiap harinya. Kemudian di berikan hukuman pada hari senin, tapi dikarenakan daftar tugas-tugas yang harus diberikan pada mereka belum di buat oleh Bara. Mashaka harus turun tangan, dan itu semua terjadi karena kelalaiannya Bara.
"Catat namaku," ucap Jaden saat dirinya berada di depan pintu gerbang sekolah.
Mashaka tersentak kaget di buatnya, karena ini pertama kalinya bagi Jaden terlambat. Entah apa yang akan dijadikan alasan oleh temannya itu. Tapi ini adalah perihal yang sangat di pertanyaan Mashaka, hanya saja belum saatnya untuk mengajukan pertanyaan tersebut sekarang.
Setelah mencatat nama Jaden dengan terpaksa ia pun mempersilahkan Jaden untuk masuk. Langkah kakinya terus di tatap oleh Mashaka, dia benar-benar penasaran dan seusai tugasnya selesai dia pasti akan menemui Jaden lagi.
"Udah selesai semuanya kan? Sini biar aku rekap nama-nama mereka. Sekalian hukuman apa yang harus dikasih, biasa ngebahasnya bareng pembina. Kau masuk sana ke kelas. Lagian kau rugi banget kalo gak belajar," tutur Bara mengambil paksa buku berukuran panjang pada Mashaka.
Bara selalu begitu, menyerahkan segala tugas-tugasnya pada Mashaka. Kemudian mengakui jika dia yang mengerjakannya, dan sudah dipastikan Mashaka akan di anggap terlalu santai serta tidak bertanggung jawab.
Namun, Mashaka hanya selalu diam. Dia malas untuk memperdebatkan sesuatu yang bahkan jika di alami oleh orang lain. Mereka pasti tidak akan tetap diam sepertinya, mereka lebih tahu caranya membela diri. Bukan untuk membiarkan seluruh hidupnya berantakan.
Kebetulan saat Mashaka berjalan melewati koridor kelas, dia bertemu Jaden. Menepuk pundaknya sembari tersenyum lebar. Senyuman itu merupakan senyuman yang paling Jaden benci, bisa-bisanya Mashaka terus seperti itu. Padahal dia tahu dirinya diperlakukan tidak adil.
"Kau bohong selama ini."
"Bohong tentang?" tanya Mashaka seakan-akan dia tidak mengetahui maksud dari ucapan Jaden.
Lantas langkah kaki itu dihentikan, menatap Mashaka dengan intens di barengi deru napasnya yang tak beraturan. Jaden sudah di buat kecewa, dia tidak paham akan perlakuan Mashaka yang selalu saja membiarkan dirinya terluka. Dia mengerjakan banyak hal sampai kelelahan, tapi di abadikan karena yang mereka tahu Mashaka tidak melakukan apapun.
Menyebalkan? Sudah pasti iya. Sayangnya Mashaka tidak berkeinginan menganggap dirinya sebagai seseorang yang bodoh. Dan tidak bisa melakukan hal yang serupa.
"Oke aku paham apa yang kau maksud, tapi Jaden. Aku gak pernah tau kenapa aku selalu kayak gini. Setiap mau nolak, aku selalu kepikiran buat terus melakukan apa yang aku bisa lakukan dan malah jadi su---"
"Kau sebenarnya kasihan sama dirimu sendiri atau orang lain? Selama OSIS berjalan aku gak pernah ngelihat Bara ngejalani tugasnya sebagai wakil ketua OSIS. Tapi dia selalu dibanggakan, bukan seperti itu caramu untuk diam. Sudah semestinya kau mengatakan kau yang melakukan semuanya, apa salahnya mengatakan kalimat pendek itu? Kau memang gak pernah berubah," sahut Jaden mengepalkan tangannya karena menahan emosi.
Perkataan tersebut nyaris tidak dapat Mashaka bantah. Dia pun sadar tidak bisa membela dirinya sendiri, lebih memilih diam tanpa pembelaan. Kemudian menyebabkan kekecewaan teman-temannya. Benar, tidak seharusnya dia seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekedar Singgah [✓] REVISI
FanfictionHadiah paling terbaik dari Tuhan untuknya adalah kehadiran seorang adik, ketika semua kesepian itu telah di isi oleh tawa riang si kecil. Sampai-sampai mereka juga melupakan perihal mengenai tak ada yang akan kekal abadi. Pejaman matanya terlihat je...