Deem mengali tanah yang ada di green house, Deem mengeluarkan kain pembungkus biji bunga itu dari saku pakaiannya.
Deem menaruh beberapa biji tadi di kedua telapak tangannya.
"Yang mulia, tolong letakkan kedua tangan mu di bawah tangan ku" ujar Deem, Ammar langsung menuruti kata-kata Deem."Sekarang buka perlahan kedua tangan Anda mengikuti ku" perlahan kedua tangan mereka berdua terbuka yang membuat beberapa biji tanaman tadi jatuh tepat di lubang tanah yang tadi Deem gali.
"Berikutnya tuntun tangan ku di bawah tangan mu yang mulia untuk menutup lubang ini"
"Hm, seperti ini ?"
"Ya, seperti itu yang mulia" jawab Deem.
Ammar menyentuh kedua tangan Deem lalu menutup biji tanaman tadi dengan tanah.
"Jangan tarik tangan Anda dulu, mari berikan energi positif pada biji tanaman ini yang mulia"
Deem membuka mulutnya mengucapkan beberapa kata yang tidak Ammar pahami. Ammar melirik sekitarnya padahal tempat ini belum di tumbuhi satu pun tanaman tapi entah kenapa rasanya sangat sejuk.
Perlahan Deem menyandarkan kepalanya di dada Ammar.
"Yang mulia.. " panggil Deem."Ah, iya ?"
Deg!
Ammar sedikit terkejut saat melihat wajah Deem yang saat ini bersandar di dadanya dengan rona merah muda menghiasi kedua pipi Deem.Deem terlihat ragu mengatakan hal ini tapi kalau tidak di lakukan ritualnya tidak akan selesai dengan baik.
Deem mendekatkan wajahnya ke Ammar.
"Bisakah Anda memberi ku kecupan singkat di bibir ?"Ammar terdiam beberapa detik hingga akhirnya dia tersadar.
Blush!
Wajah Ammar memerah.
"Ugh.. ap-apa ?! Ka-kamu mau aku mencium mu se-sekarang ?!""Hm, ini hal terakhir yang harus di lakukan agar tanamannya mendapat energi positif dari pasangan yang menginginkan dia tumbuh terlebih negeri ini bukan lah habitat aslinya"
Glup.
Ammar menela salivanya berat.Ammar menatap bibir Deem.
'Ha-hanya ku kecup saja kan ? Ta-tapi .. Akh! Bagaimana ini ? Bibirnya terlihat sangat menggoda!' batin Ammar, karena terlalu lama menunggu akhirnya Deem mengambil inisiatif untuk mencium Ammar lebih dulu.Chu.
"Ugh!!" Wajah Ammar semakin memerah saat bibir tipis Deem mendarat singkat di bibir Ammar.
Deem langsung membelakangi Ammar.
"Ri-ritualnya sudah selesai" kata Deem pelan yang masih bisa di dengar oleh Ammar.Ammar menarik juga menghembuskan nafasnya beberapa kali agar jantungnya bisa sedikit tenang, perlahan Ammar menggenggam kedua tangan Deem yang kotor akibat menyentuh tanah tadi.
Ammar berbisik pelan di telinga Deem.
"Mari cuci tangan kita di kamar ku.. yang mulia Deem"Jantung Deem semakin kencang berdebar, Deem menundukkan kepalanya karena merasa sangat malu.
"Kamu tidak mau ?" Tanya Ammar.
Deem mengelengkan kepalanya.
"Bukan.. aku hanya merasa gugup jadi kaki ku terasa lemah untuk berdiri"Ammar terkekeh pelan.
"Mari ku bantu""Eh...apa ? Uah!" Ammar langsung mengendong Deem, dia tersenyum saat melihat wajah Deem.
"Ya-yang mulia .. pa-pakaian Anda kotor !" Deem merasa bersalah sudah membuat noda di pakaian Ammar tapi Ammar menanggapi dengan santai.
"Jangan khawatir .. para pelayan akan mencucinya nanti, mari pergi ke kemar ku untuk membersihkan tangan mu"
Deem mengangguk pelan.
"Hm, mari pergi ke kamar mu yang mulia".
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthurium (TAMAT, Mpreg 18+)
RandomTakdir.. Apakah ini takdir yang harus Deem jalani ? Atau memang harus seperti ini ?