16.

6.4K 940 31
                                    

Semua memang sudah selesai antara Ammar dan Deem tapi tidak dengan urusan politik kerajaan.

Entah apa yang terjadi tapi salah satu putri dari daftar calon selir raja tiba-tiba datang bersama rombongannya ke kerajaan Kathar.

Sebagai pemimpin, Ammar harus menyambut mereka dengan baik walau pun dia tidak mengundang putri ini untuk datang.

Dengan gaun ala baratnya, putri Vivian memberi hormat pada Ammar.
"Terima kasih sudah mengijinkan saya masuk ke dalam istana Anda paduka, saya putri Vivian Luqsuin Borwn dari kerajaan Eroda, anak terakhir dari raja Borwn ke III" ujarnya.

"Ya, ini sangat lah mendadak tuan putri.. aku pun tidak mendapat kabar kalau Anda akan mampir kemari, apakah ada sesuatu yang terjadi ?" Tanya Ammar.

Putri Vivian tersenyum.
"Saya mendapat kabar kalau saya masuk ke dalam daftar calon selir raja, itu sebabnya saya datang untuk memantaskan diri.. ini memang lancang tapi saya ingin Anda mengenal saya dan memilih saya paduka"

Deg.
Deem yang memang berdiri di sisi kanan Ammar perlahan menyentuh tangan Ammar. Tanpa melihat Deem, Ammar bergerak menggenggam erat tangan permaisurinya.

Ammar tersenyum simpul.
"Terima kasih atas kedatangan mu putri Vivian, tapi aku belum memutuskan bersedia mengambil selir.. itu hanya daftar sementara sampai aku bersedia memiliki selir dan untuk saat ini aku belum memikirkan kearah sana" kata Ammar.

Putri Vivian menatap Ammar.
"Hanya belum kan yang mulia ? Jadi sebelum Anda berubah pikiran maka saya sudah mengambil langkah untuk memantaskan diri"

Raut wajah Deem terlihat sendu dan Ammar menyadari hal itu tapi dia tidak mungkin mengusir Vivian yang memang memiliki ikatan politik dengan kerajaan Kathar.

Ammar melepas genggaman tangannya dari Deem lalu beralih menarik pinggang Deem agar lebih dekat lagi dengannya.
"Baik, nikmati waktu mu di istana kecil ku ini.. tapi seperti yang Anda lihat, permaisuri ku tak begitu sehat sebab dia tengah mengandung anak dari ku jadi kami permisi dulu"

Ammar menunduk singkat yang langsung di balas Vivian dengan salam hormat seraya mengangkat gaunnya sedikit.

Sebelum pergi, Ammar meminta Yanza untuk menjamu putri Vivian dengan baik dan mempersilahkan dia serta rombongannya tidur di beberapa kamar di istana.

Ammar membawa Deem pergi dari tempat itu, sembari berjalan perlahan Deem menyandarkan kepalanya di dada Ammar.
"Ada apa yang mulia ?" Tanya Ammar.

Deem melihat green house yang Ammar buat untuknya.
"Bisakah kita pergi ke tempat itu ?"

"Hm, tentu"

Setibanya di green house, Deem merasa hidup kembali karena tempat ini sangat sejuk dan penuh dengan tanaman. Di tengah green house, tanaman sakral dari kerajaan Deem terlihat tumbuh dengan baik terlihat dari beberapa daun yang mulai muncul.

Deem duduk di dekatnya begitu pula dengan Ammar.
"Aku tidak sabar ingin melihat bunganya" ujar Ammar.

Deem tersenyum.
"Ya, aku pun sama yang mulia.. saat bunganya mekar nanti anak kita pun akan lahir"

Ammar menyentuh pundak Deem lalu menarik Deem agar bersandar di dadanya, Ammar mengecup singkat pucuk kepala Deem.
"Dia akan lahir semanis diri mu kekasih hati ku yang mulia Deem Abhiyoda"

Blush.
Rona merah muda terlihat menghiasi kedua pipi Deem.

Deem mendongakkan kepalanya menatap Ammar, Ammar tidak lah sekuat itu menahan diri untuk tidak mencium permaisurinya ini.

Bagi Ammar Deem sama manisnya saat pertama kali mereka bertemu 20 tahun lalu, saat itu Deem masih sangat lah kecil.

Deem kemungkinan tidak mengingat Ammar yang saat itu masih berstatus putra mahkota terlebih usia mereka berbeda 12 tahun, dimana Deem saat ini berusia 26 tahun dan Ammar 38 tahun.

Sejak awal Ammar memang sudah mengincar Deem, keinginan Ammar untuk menjadikan Deem permaisurinya mendapat tentangan dari banyak pihak karena kerajaan Deem tidak memiliki apa yang kerajaan Kathar butuhkan tapi bagi Ammar, seorang pangeran yang ada di kerajaan Abhiyoda adalah orang yang dia inginkan.

.
.

Bersambung ...

Anthurium (TAMAT, Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang