Ammar pergi menemui Deem yang saat ini tengah menikmati cemilan sorenya bersama beberapa pelayan.
"Pangeran Deem, apa kamu sibuk ?" kata Ammar yang langsung membuat kedua pelayan ini ketak ketir karena tidak seharusnya mereka duduk bersama seorang bangsawan seperti Deem, keduanya menunduk singkat lalu berjalan pergi meninggalkan Ammar dan Deem.
"Mereka pergi" gumam Deem pelan tapi masih bisa di dengar oleh Ammar.
"Um, apa perlu ku panggilkan lagi ?"
"Oh, tidak perlu yang mulia.. ak-aku tidak sibuk, apa yang membuat Anda datang kemari ?" Tanya Deem karena tidak biasanya Ammar datang ke tempat bersantai ini.
"Boleh aku duduk ?" Tanya Ammar.
"Si-silahkan ! Anda tidak perlu meminta ijin karena ini istana mu yang mulia"
Ammar tersenyum.
"Aku sudah menganggu mu jadi aku perlu meminta ijin, baik.. ada hal yang perlu ku katakan" Ammar duduk di dekat Deem."Sebulan lalu kamu mengatakan sangat rindu tanaman tropis di kerajaan mu dulu.. " Ammar menatap Deem.
" ..aku sudah membuat tempatnya untuk mu, tapi tanamannya belum ada .. mau kah kamu bersabar ? Yanza tengah memikirkan cara membawa tanaman itu agar bisa bertahan selama di perjalanan"Deem diam mendengar apa yang Ammar katakan.
"Kamu tidak suka ?" Tanya Ammar.
Deem mengelengkan kepalanya.
"Aku suka tapi tanaman hutan hujan tropis tidak akan bisa hidup di negeri Anda paduka"Ammar menghela nafasnya berat.
"Ya, itu masalah terbesarnya"Deem mengepalkan kedua tangannya.
"Aku akan mencoba menumbuhkannya""Tapi kamu baru saja mengatakan mustahil membawa tanaman beriklim tropis kemari"
"Ya, memang benar yang mulia.. tapi ada 1 cara"
Ammar terlihat antusias ingin mendengar cara yang Deem maksud.
"Katakan pangeran Deem, cara apa yang kamu maksud itu ?"Deem mengajak Ammar pergi ke kamarnya. Setibanya di kamar, Deem membuka kain dari dalam tas besar miliknya lalu memperlihatkannya pada Ammar.
Ammar bisa melihat beberapa biji tanaman berwarna merah.
"Di jaman modern ini, Anda tidak akan mempercayai apa yang akan ku katakan pada Anda sekarang..." Deem menatap Ammar.
" ...tapi biji tanaman ini adalah lambang cinta dari kerajaan ku, kami memang tidak beruntung dalam ekonomi saat jaman modern ini tapi kami masih mempercayai roh leluhur menyertai setiap kelahiran saat pasangan mengharapkannya"
Deg. Deg. Deg.
Dada Ammar berdebar kencang saat mendengar kata 'kelahiran' yang Deem katakan padanya."Aku.. " Deem menyentuh biji tanaman di kain tersebut.
" ..memiliki keajaiban dalam diri ku dengan penyertaan roh leluhur, seperti yang Anda dengar aku bisa mengandung layaknya perempuan.."" ..saat aku menanam biji ini, artinya aku sudah siap di buahi dan roh leluhur akan menyertai hubungan sakral itu, saat tunas muncul keesokan harinya .. itu berarti.." rona merah muda terlihat di kedua pipi Deem.
" ..Anda berhasil membuahi ku"
Ammar tidak bisa berkata-kata karena sejak awal bertemu hingga sebulan lebih ini dia dan Deem tidak pernah membahas masalah seksual bahkan anak.
Pembicaraan ini membuat keduanya malu, semburat merah muda tipis menghiasi wajah Ammar dan Deem.
Ammar melirik tanaman di kain milik Deem, tangannya bergerak menyentuh biji tanaman itu.
"Katakan yang mulia.. apa nama tanaman yang akan tumbuh bersama anak kita nanti ?"
Wajah Deem semakin memerah.
"Ini jenis Anthurium Andraeanum.. ada 7 jenis tapi aku hanya membawa 1 saja.. tapi setelah dia bertunas, berkat dari roh leluhur akan membuat tanaman lain ikut tumbuh di dekatnya"Ammar tersenyum.
"Mari menanamnya bersama, aku ingin melihat tanaman ini tumbuh di istana ini"Deem menutup wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
"Ta-tapi kita belum menikah .. ak-aku takut Anda hanya mempermainkan ku!""Kapan kamu mau melangsungkan pernikahan ? Malam ini ?"
"Eh, apa ?" Deem sangat terkejut karena Ammar mengajak menikah malam ini.
"Tunggu lah sebentar, aku akan bicara dengan Yanza dan para pelayan lain untuk menyiapkan segalanya" Ammar berjalan keluar dari kamar Deem.
'Eh...EHHH!! Secepat itu ?!!' batin Deem tidak percaya.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthurium (TAMAT, Mpreg 18+)
De TodoTakdir.. Apakah ini takdir yang harus Deem jalani ? Atau memang harus seperti ini ?