15

6.3K 929 22
                                    

Setelah selesai melihat-lihat daftar calon selir Ammar, Deem pergi menemui ibunya yang masih ada di istana Ammar.

"Ada apa nak ?" Tanya ibunya saat melihat raut wajah sendu Deem.

Keduanya duduk berhadapan di tempat bersantai dimana Deem sering duduk mengobrol bersama para pelayan.

"Aku tidak tau harus bercerita pada siapa ibunda"

Ibu Deem menyentuh tangan putranya ini.
"Katakan, ada masalah apa ?"

Deem menatap ibunya.
"Kultur negara ini sangat jauh berbeda dengan negara kita dimana kesetiaan itu nomor satu tapi tempat ini.. tempat dimana cinta rajanya harus terbagi untuk urusan politik"

Ibu Deem tersenyum kecil.
"Ini adalah negara ketimuran yang melimpah akan kekayaan tentu berbeda dengan kerajaan kecil kita, gaya hidup serta adatnya pun berbeda nak.. apa kamu sudah membicarakan hal ini bersamanya ?" Tanya ibu Deem.

Deem mengelus pelan tangan ibunya.
"Belum tapi aku ingin mendukung yang mulia Ammar, aku tidak mau menghambat pekerjaannya ibunda"

Ibu Deem menarik pelan tangan anaknya agar dia mendekat lalu memeluk Deem sembari mengelus pelan punggung anaknya.
"Ajak lah dia bicara, kamu perlu mendengar kata-kata suami mu.. bicara lah antar pasangan, saat kalian berdua di dalam kamar dia bukan lagi raja mu yang harus kamu turuti apapun yang dia katakan tapi kalian adalah pasangan untuk bertukar pendapat serta nasehat yang tak orang lain tau"

Deem memeluk ibunya balik.
"Terima kasih ibunda"

"Ya, baik-baik lah nak tinggal di negeri orang.. doa ku terbaik untuk mu"

"Hm, sehat lah selalu"
Sore harinya, keluarga Deem kembali berlayar pulang ke kerajaan Abhiyoda diantar memakai kapal milik kerajaan Kathar.

Saat malam tiba, Deem mengajak Ammar bicara berdua.

Deem meremas celananya sembari menundukkan kepala, dia tidak berani melihat Ammar yang saat ini duduk di hadapannya.
"Maaf menganggu mu paduka, tapi bisakah kita bicara antar pasangan ?"

Ammar menyentuh tangan Deem.
"Kalau begitu lihat wajah ku Deem"

Deg!
Deem langsung melihat wajah Ammar, untuk pertama kalinya Ammar menyebut nama Deem tanpa embel-embel 'yang mulia' .

"Mau kah kamu menyebut nama ku juga ?"

Deem mengigit bibirnya lalu memalingkan wajahnya kearah lain.
"I-itu sangat tidak sopan yang mulia"

Ammar menarik pelan dagu Deem.
"Sekarang hanya ada kita berdua di kamar ini.. kalau pun ada yang mendengar tidak akan ada seorang pun yang berani menghukum mu selain aku, jadi coba sebut nama ku Deem" wajah Ammar semakin dekat.

"A-Ammar.." suara Deem bergetar.

Ammar tersenyum lalu mengecup singkat bibir Deem.
"Terima kasih, untuk sekarang aku tidak akan menyentuh mu walau pun aku menginginkan mu kekasih hati ku.. aku tidak ingin membahayakan bayi kita"

Deem tersipu malu, Ammar sangat lah baik dan penuh perhatian padanya tapi seperti yang ibu Deem katakan dia harus bicara berdua dengan Ammar.

"Ammar.. " panggil Deem pelan.

"Ya, katakan apa yang mau kamu katakan"  Ammar tak bisa berhenti tersenyum mendengar Deem menyebut namanya.

Deem menyentuh tangan Ammar.
"Sejujurnya apakah kamu menginginkan selir ?"

Ammar terdiam mendengar pertanyaan Deem tapi setelahnya Ammar menarik tangan Deem lalu mengecupnya singkat.
"Deem, aku tidak memiliki banyak pintu di lubuk hati ku .. hanya ada satu dan orang ini .. " Ammar berkali-kali mengecup tangan Deem.

" ..memiliki kuncinya, hanya dia yang bisa membuka dan menutupnya jadi orang lain tak akan bisa masuk tanpa seijinnya.. apakah semua itu sudah menjawab rasa gelisah mu kekasih hati ku Deem Abhiyoda ?"

Wajah Deem bersemu merah, Ammar sangat lah romantis yang berhasil membuat Deem luluh walau pun tak terucap kata cinta di antara mereka tapi sikap Ammar menggambarkan seberapa besar dia mencintai permaisurinya ini.

.
.

Bersambung ...

Anthurium (TAMAT, Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang