Bazar Blaster

586 41 4
                                    

   Jangan lupa divomen ya kawan

                             And

                      Dibaca juga

                             ****

Seorang pria sedang membaringkan tubuhnya di sebuah ranjang, salah satu kaki bertumpu pada lutut dan tangan yang dilipat ke belakang kepala. Bola matanya yang coklat menghadap ke arah atap kamar, sembari memikirkan pesan yang terkirim ke handphone nya tadi.

"Kau dari mana saja?" tiba - tiba seseorang masuk membuyarkan lamunan Bara, dengan cepat pria itu bangkit dari ranjang.

"Memang ada masalah dengan anda?" ujar Bara membuang mukanya ke arah sudut kamar.

"Kau adalah anak saya, dan saya yang memberikan kau segalanya. Jadi apapun perintah dari saya harus kau ikuti!" tegas Arga mengangkat jari telunjuknya

"Jadi, saya harus menjadi babu anda?"

"Jika seperti mohon maaf, saya tidak bisa. Saya juga mempunyai jalan hidup sendiri." sambung Bara dengan santainya

Arga yang mendengar ucapan anak semata wayangnya, seketika tangan nya mulai mengepal dan hampir ingin memukul Bara. Namun dengan cepat ia menggenggam tangan ayahnya dan lalu berkata, "Saya bukan seperti Mama yang akan selalu menuruti perintah anda, saya merasa kasian mengapa Mama memilih anda sebagai suaminya."

Plak

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Bara, ia memegangi bekas tamparan tersebut. Karena saking kerasnya, sudut bibir kanannya mengeluarkan darah.

"Jika kamu menjelekkan ayahmu lagi Mama tidak akan segan-segan menampar kamu lebih keras lagi, Bara!" ancamnya, entah sejak kapan Kinan sudah berada di sana.

"Jadi sekarang Mama lebih mentingin lelaki ini daripada anak sendiri?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca, ia baru pertama kali merasakan tamparan begitu keras dari sang ibu. Apakah itu karena ucapannya atau Kinan yang sudah lelah dengan sifat keras kepala Bara.

"Kalau iya, kamu mau apa? Mau mukul Mama, seperti musuh kamu?"

"Aku minta maaf, Ma. Karena Bara belum bisa jadi anak yang baik, tapi aku juga ingin menjalani hidup dengan caraku sendiri." balasnya dan langsung mengambil jaket serta kunci motor di meja belajar. Sepertinya malam ini ia akan tidur di markas.

"Inilah akibat jika kau terlalu memanjakan putramu itu!" ujar Arga melenggang pergi dari sana

****

BBG [Bazar Blasters Gratis], nama tersebut tertulis pada spanduk yang sudah terpasang di atas pintu masuk markas milik Blasters. Ya seperti yang sudah direncanakan oleh Bara dan Abi, hari ini adalah hari dimulainya bazar gratis. Dalam bazar kali ini, terdapat bazar makanan, pakaian, buku, dan lain sebagainya. Setiap tahun geng motor ini mengadakan bazar gratis bagi orang yang membutuhkan, serta pada hari Minggu mereka akan mengadakan bimbel gratis bagi anak - anak yang kurang mampu.

"Silakan masuk Pak," ujar Adit yang sedang mempersilakan orang untuk masuk ke dalam.

Beberapa menit kemudian bazar sudah dipenuhi oleh banyak orang yang terdiri dari pria maupun wanita, selain itu juga ada anak-anak. Mereka sangat antusias untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.

"Rasanya adem bener, kalau ngebantu orang yang lagi kesusahan kayak gini," ucap Mario menyenderkan sikunya ke pundak Adit.

"Ngemeng - ngemeng, si Bara kemana?"

"Ngomong - ngomong, anying!" Mario menampol mulut Adit

Pria yang bermarga Pratama tersebut langsung mengeluh kesakitan di area bibirnya, "Bangke lo, vario. Bibir gue sakit nih tanggung jawab!"

"Sorry, Dit. Gue gak doyan terong bengkok lo, plus gue gak pernah ngamilin lo jadi kenapa gue harus tanggung jawab?" balasnya dengan santuy tanpa dosa sama sekali

"Gue jadi gemes sama lo, gemes sampai - sampai pengen gue penggal itu kepala!"

"Kata ortu, gue emang gemesin dari lahir," kata Mario menyombongkan diri sendiri.

"Lo berdua ribut mulu, udah kayak tom jerry," Abi menyela perdebatan kedua sahabat yang tiada hari tanpa saling adu bacot.

Evan yang sedari tadi memandangi jalannya bazar, tidak sengaja menjatuhkan padangan ke arah ketiga sahabatnya. Lalu ia berjalan dengan cara khasnya, yaitu memasukan kedua tangan ke saku celana.
"Daripada ribut mending lo berdua bangunin Bara!"

Tanpa basa-basi lagi, Mario dan Adit masuk ke dalam ruangan yang terlihat besar dan megah itu. Tepat di ujung sana letak kamar milik Bara, dalam ruangan tersebut berisi lima kamar yang hanya dikhususkan untuk para inti, selain kamar disana juga menjadi tempat rapat Blasters. Jangan remehkan keamanannya, di setiap sudut berisi cctv serta robot pemindai yang terletak di depan pintu. Pintu hanya terbuka jika kata kunci sudah diucapkan.

"Silakan masukkan kata kunci, anda!"
Dengan cepat Adit memasukkan kata kunci, "1BAEMD" 1 adalah hari tanggal dimana Blasters didirikan, sedangkan BAEMD merupakan huruf depan dari nama para inti Blasters.

"Sepeda,"

"Spada bego, pantes nilai bahasa Inggris lu jelek," balas Mario mentoel dahi Adit cukup keras dan dibalas dengan tatapan mata yang tajam dari pria tersebut.

Tok, tok, tok, cekrek

Terlihat dengan mata kepala sendiri, kamar yang awalnya bersih sekarang menjadi seperti kandang sapi.

"Astoge, macam kapal pecah ini kamar."

"Diem lo Dit, kita kesini buat bangunin si Bara bukan ngomentarin kamarnya!"

"Bar, bangun bazar gratis kita udah mulai," ujar Mario menggoyangkan tubuh pria yang menjabat sebagai ketua Blasters.

Bara mengucek mata sebelah kanannya, pertanda Mario berhasil membangunkannya. Suara khas bangun tidur keluar dari mulut yang terlihat mempesona itu, "30 menit lagi gue bakal siap."

Kedua pria itu mengangguk dan dengan cepat keluar dari kamar milik Bara.

Ting, satu notifikasi dari handphone nya muncul disana telah tertera nama "My love" dengan pesan "gue bakal dateng ke sana ya...." Senyum manis terukir di wajahnya yang dulu terkesan kaku dalam hal percintaan.





















Next 👇

Bara Sebastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang