Bangkai Kucing

489 37 1
                                    

          Jangan lupa vomennya

                             ****

Situasi lapangan sekolah banyak dipenuhi oleh siswa-siswi serta guru yang sedang mengadakan pembiasan pagi dengan menyanyikan lagu indonesia raya serta sosialisasi dari kepala sekolah SMA Aksara Bangsa.

Namun di depan pos satpam berdiri dua orang laki-laki yang tidak asing lagi. Mereka adalah Adit dan Mario, sepertinya hari ini adalah hari yang naas bagi mereka berdua. Dilihat oleh seluruh warga sekolah, bukan sebagai panutan namun sebagai seorang yang terlambat.

"Kalian semua jangan mencontoh orang yang berada di sana," ucap Pak Panji selaku kepala sekolah SMA Aksara Bangsa.

"Mereka adalah dua orang yang pertama kali terlambat di sekolah ini, saya mohon untuk Alex dan Bara berikan hukuman agar mereka tidak lagi mengulangi perbuatannya."

Adit hanya tertunduk malu, apalagi Mario ia sangat malu diperhatikan oleh mantan-mantannya. Mungkin mereka bahagia, karena playboy itu mendapatkan karmanya sekarang.

Setelah berselang 30 menit, pembiasaan pagi telah berakhir. Banyak yang menyayangkan dua lekaki super tampan itu harus mendapat hukuman membersihkan semua toilet.

"Gua udah wangi gini, masa harus bersihin toilet!" keluh Adit pada Bara yang memberikan hukuman padanya.

"Siapa suruh terlambat," balas Bara dengan enteng.

Harus bagaimana lagi, hukuman tetap hukuman dan harus dijalani. Walaupun itu harus membersihkan toilet salah satunya.

****

Bel istirahat pertama telah berbunyi, kini saatnya kantin akan diserbu oleh murid yang kelaparan. Kantin maupun koperasi penuh dengan orang yang saling berdesakan untuk mendapatkan satu bungkus nasi ataupun makanan yang lain.

Araya adalah salah satu orang di indonesia yang sangat tidak suka akan kata mengantri, ya antri sama saja membuang waktu. Bukan hanya itu, ia juga membenci desak-desakan. Kesabarannya bisa digambarkan seperti setipis tisu.

Gadis itu mengambil tempat duduk yang berada di ujung, sedangkan keempat sahabatnya sedang mengantri memesan makanan. Kerumunan itu belum berkurang sama sekali, malahan terus bertambah. Seketika membuat kesabaran Araya habis, ia pun menuliskan sesuatu di kertas dan meletakkannya di atas meja tersebut. Lalu pergi meninggalkan satu kertas yang berdiri kokoh itu yang berisi tulisan "Meja ini udah dipesen sama pacarnya Bara Sebastian"

Di sisi lain Bara sedang memperhatikan sahabat nya yang menjalankan hukuman. Dalam hati, sebenarnya ia tidak tega namun mereka berdua juga salah karena terlambat masuk sekolah.

"Ini toilet bau amat," ujar Adit membersihkan lantai.

"Makanya kita disuruh bersihin," balas Mario yang dengan semangat mengosok setiap inci closet. Tidak lupa juga ia mengenakan sarung tangan serta masker.

"Lo mah enak pakai masker, lah gua kagak pakai apa-apa."

"Terima nasib, sapa suruh terlambat lo berdua!" timpal Bara dari depan pintu toilet

"Gara-gara si Mario, udah tau jalan licin malah ngebut. Jadi jatuh mana nyemplung ke got, untung gotnye agak kering." balas Adit menjelaskan kronologisnya

"Lo juga yang salah, nape harus nebeng ama gua!" sahut Mario membela diri.

"Jangan pada nyalahin, lo berdua sama-sama salah. Jadi selesain hukuman lo bareng-bareng juga!" titah Bara kepada keduanya.

****

Suasana gempar menyelimuti kelas 10 Mipa 1, di atas meja milik seorang gadis terdapat cairan berwarna merah kental. Itu adalah darah, darah dari seekor kucing.

Ruangan yang kosong karena jam istirahat dimamfaatkan oleh Eros dan sahabatnya untuk meneror Araya, ia memanjat tembok belakang sekolah untuk sampai di dalam. Setelah urusannya selesai, mereka lalu pergi dari sekolah tersebut. Karena ulah dari geng Alaskar membuat satu kelas merasa takut, baru pertama kalinya ada yang berani meneror di sekolah tersebut.

Bak angin informasi mengenai peneroran itu telah tersebar ke seluruh warga sekolah, tidak terkecuali inti Blasters. Kelimanya yang tadi masih bersantai di taman, langsung pergi ke tempat kejadiaan. Ekspresi terkejut tergambar di wajah Bara melihat Araya yang sedang menenteng bangkai kucing. Darah berceceran di atas meja maupun di lantai, bau amis juga memenuhi ruangan yang cukup luas itu.

"Gua jadi pengen muntah," ujar Adit pergi ke luar kelas.

"Gua ikut," balas Mario menutup hidungnya rapat-rapat.

Semua orang yang disana merasa mual dengan bau amis dari darah tersebut. Namun Araya, Bara, Abi serta Evan hanya bersikap seperti tidak menghirup bau apapun. Ketiga lelaki itu menghampiri meja, Abi menggeledah isi loker Araya dan benar saja di dalamnya terdapat gulungan kertas kecil.

"Ini baru awal, next time bakal tambah ngeri!"

Bara dan Abi merasa bingung siapa dalang di balik teror menyeramkan itu, berbeda dengan Evan apakah ia harus memberitahu kejadiaan semalam pada mereka berdua.

"Sini biar gua yang nanem kucingnya," tawar Evan lalu Araya memberikan bangkai tersebut ke padanya.

"Cuci tangan lo, biarin kita berdua yang lanjut bersihin." ucap Bara mengelus pucuk rambut gadisnya

"Gak, gue juga mau bantu kalian!" seru Araya, wajah sebalnya sudah mulai keluar. Jika sudah seperti ini, maka Bara hanya bisa mengiyakannya saja. Daripada pacarnya itu marah dan tidak ingin berbicara kepadanya.

"Lo berdua bantuin kita," panggil Abi ke arah Adit dan Mario.

"Mohon maaf bro, suruh aja nih buaya yang bantuin." Jarinya menujuk Mario

"Lo kan tau gua paling takut sama kucing" bisik Mario di telinga kanan Adit.

"Kucingnya udah kagak ada bego," balas Adit mentoel dahi mulus si playboy itu.

"Tapi kan darahnya masih ada, ogeb!"

"Lo berdua tunggu di depan aja!" titah Bara terhadap keduanya, pikirannya yang campur aduk dan ditambah oleh perdebatan dua sahabatnya membuat kepalanya pusing. Bara melihat gadis yang sedang sibuk membersihkan bekas darah di lantai. Dari matanya tidak ada rasa takut sama sekali, dia benar-benar gadis yang cocok bersanding dengannya. Tapi ia juga merasa takut, jika rasa cinta ini akan membawanya ke arah masalah yang begitu besar.
































Tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen ❤️

Bara Sebastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang