Jangan lupa divomen
****
Pagi yang cerah tidak secerah kelas 10 MIPA 1, baru saja Araya ingin memasuki ruangan sudah tersiur Informasi yang tidak mengenakkan hati. Ada salah satu siswi yang mengatakan jika 4 orang siswi di kelas itu ditemukan tergeletak di tengah jalan dengan banyak luka di sekujur tubuh.
Bukan hanya kebetulan, keempat siswi itu bermasalah pada dirinya kemarin. Ia curiga bahwa Bara berada di balik kejadian tersebut, siapa lagi yang berani nekat seperti itu.
"Gue ke kamar mandi dulu," pamitnya kepada Felly.
Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri, kakinya melangkah cepat. Kedua tangan tidak bisa diam, seperti takut jika tafsiran nya memang benar apa adanya.
"Lo kemana sih," ujarnya pelan
Biasanya jam segini dia sudah sampai di sekolah, ia memeriksa parkiran memang benar Bara sudah di sekolah. Tapi dimana dia sekarang, ketika Araya sangat membutuhkan justru cowok itu hilang ditelan bumi.
Langkah kakinya berhenti di depan kantin, ia lelah mencari kesana kemari ternyata Bara sedang asik mengobrol sambil meminum jus.
Ia mengambil handphone di saku roknya, jemarinya mengetikkan sesuatu. Suara pesan masuk terdengar di sebrang sana, Bara yang baru saja meneguk jusnya langsung melihat notif dari sang pacar untuk bertemu di taman biasa. Setelah jusnya sudah habis ia langsung beranjak menemui Araya.
Matanya yang tadi terbuka sekarang tertutup oleh tangan seseorang, merusak pemandangan saja.
"Lo kangen ya?" tanya Bara dengan pedenya.
"Tangan lo bau sambel, jauhin!" ucapnya menepis tangan berurat itu.
"Perasaan gua gak makan sambel dah," pikir cowok tersebut.
"Gue cuma bercanda, hidup lo serius amat!"
Bara menjauhkan kedua tangannya dari mata sang kekasih, ia merubah posisinya yang tadi berdiri menjadi posisi duduk.
"Kesambet setan mana lagi lo," ucap Bara sambil meletakkan tangannya di kening serta leher Araya.
Gadis itu menatap tajam bagikan elang yang mengincar mangsanya, "Maksud lo?!"
Bara yang tadi ingin memeluknya berpikir dua kali lagi ketika melihat tatapan elang itu. "Jangan natap gua gitu juga kali, gua takut lama-lama itu bola mata bisa keluar!"
"Biarin, bukan urusan lo!"
Bara menghela nafas sejenak, "Kenapa lo nyuruh gua buat kesini?"
Araya terlihat sangat kesal, ia tidak mau emosinya melunjak hanya gara-gara cowok. "Gak jadi, nanti pas pulang gue kasi taunya!"
"Yeh be---"
"APA, HAH. MAU BILANG BEGO?!" teriak Araya yang membuat mereka menjadi sorotan di sekitar.
"Sok tau, gua maunya bilang beautiful" elaknya sambil mencubit pipi mungil nan lucu itu.
Araya hanya bisa diam, mungkin ia akan membicarakan masalah tadi nanti.
****
Sepertinya Tuhan memang memberkati Araya, terdengar pengumuman bahwa sekolah akan dipulangkan lebih awal. Harusnya pulang jam 3 sore, berubah menjadi jam 1 siang.
Sambil menunggu parkiran berangsur untuk sepi, Araya duduk di kursi taman sembari melihat ke kelas 12 MIPA 1. Sungguh siswa-siswi yang rajin, sudah diijinkan pulang mereka justru menambah satu jam pelajaran untuk membahas soal ujian.
Rasa kantuk mulai menghampiri ketika semilir angin mengenai tubuhnya. Baru saja matanya tertutup, kelas itu telah ramai akan siswa yang keluar menuju parkiran.
"Wah pacar lo nungguin noh," tunjuk Mario ke arah taman.
"Mungkin dia nunggu lo kali, Lex."
"Kalau dia nunggu gua, gak mungkin sampai disini palingan di parkiran." jawab Alex sembari membenahi tas di punggungnya
"Bestie, traktir gue SEBLAK!" timpal Adit dari sambil berlari menenteng sepatu yang alasnya telah rusak.
"Lo seblak mulu, noh liat sepatu lo aja udah rusak begono. Kagak ada niatan buat ganti?" celoteh Mario, ia sudah menganggap Adit seperti adiknya sendiri. Motor, dan juga tempat tinggal telah ia berikan padanya. Bisa dibilang ekonomi keluarga Adit kurang mampu.
"Itu perkara gampang, bisa dijarit."
"Yaudah kita beli seblak dulu, baru beli sepatu!" balas Mario merangkul pundak sahabatnya.
Mereka berdua ijin untuk pulang duluan, termasuk Evan. Si wibu ini tidak ingin ketinggalan satupun episode Naruto di TV.
"Gue juga pulang duluan ya, nanti anter adek gue pulang!" pesan Alex.
Kini tinggal Bara yang berada di depan kelas, dan mulai berlari menghampiri Araya. "Mau pulang bareng?"
"Iya," balasnya singkat.
Bara berjongkok di depannya, "Mau saya gendong sampai parkiran, Putri?"
"Gue punya kaki," jawab Araya melangkah pergi meninggalkan Bara.
Bara berdiri dan mengejar sang kekasih, "Lo mau ngomong apa tadi?"
Araya seketika terhenti, tatapan nya kosong. Ia takut jika dugaannya benar, "Tadi pas di kelas gue denger ada 4 siswi yang luka-luka dan tergeletak di tengah jalan."
Wajah Bara yang tadi tersenyum berubah pucat, sebab memang dirinya yang membuat keempat siswi itu terluka karena ia tidak suka ada yang menyakiti Araya.
"Gue ngerasa kalau lo yang ngelakuinnya."
Benar saja kata itu yang terlontar dari bibir Araya, Bara merasa dilema. Apakah ia harus jujur atau berbohong pada pacarnya. Beberapa detik berpikir ia memutuskan untuk berkata jujur apapun akibatnya.
"Tebakan lo emang bener, Ray."
"Gue yang bikin mereka kayak gitu," sambungnya dengan wajah tertunduk diam.
"Berarti waktu itu lo juga yang bikin kak Luna jatuh dari motor, sampai masuk rumah sakit?"
Bara mengangguk pertanda iya, "Gue gak bisa kalo ada yang nyakitin lo!"
"Lo pikir gue anak manja, yang butuh belas kasihan?"
"Salah besar, semenjak gue kehilangan Mama sama Papa. Gue berusaha mandiri, setiap luka gue pendem sendiri, dan lo yang baru masuk kedalam hidup gue berusaha jadi sok pahlawan?!" air matanya mulai menetes bukan karena sedih tapi kecewa. Araya tidak selemah yang Bara kira, ia bisa menjaga dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Bara meraih kedua tangan Araya, ia berjongkok meminta maaf atas kesalahan yang dirinya perbuat. Namun terlambat gadis itu sudah teramat kecewa akan sikapnya. Araya melepaskan pegangan tangan tersebut lalu berlari ke luar sekolah di belakang, Bara mengejar dengan isakan tangis penyesalan.
Di sisi lain mobil dari arah kanan bersiap untuk menabrak, gas yang diinjak begitu keras membuat laju mobil itu begitu cepat dan akhirnya kecelakaan pun tidak dapat terhindarkan. Darah kental mengalir memenuhi aspal, orang sekitar mulai berdatangan menaruh rasa kasihan terhadap remaja yang sudah tergeletak lemas tersebut.
Remaja itu siapa ya?😢
Kepo? tunggu next chapter 😚
Terimakasih yang sudah mau mampir kesini 🙏❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Sebastian [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ‼️ Bara Sebastian, seorang ketua geng motor yang mempunyai jiwa kepemimpinan tegas serta bertanggung jawab, memiliki sifat misterius kadang perhatian kadang cuek, dan ia sangat anti dengan bau-bau percintaan. Namun ia dapat d...