Kejadian itu?

542 39 1
                                    

Jangan lupa divomen ya

                               ****

Setelah beberapa menit berkendara, kini mereka berdua sudah tiba di sebuah rumah yang terkesan mewah. Bara memarkirkan motornya di depan halaman, lalu melepas helm. Araya tercengang melihat tanaman bunga yang bermekaran dan mengundang banyak kupu - kupu kesana.

"Semuanya mama gue yang nanem," ujar Bara melepaskan helm dari kepala cewek tersebut dan mengenggam tangannya dengan lembut

"Mau kemana?"

"Ke pelaminan," balas Bara sambil tertawa kecil

"Ish, yang bener aja lo!" sebal Araya, tanpa banyak bicara Bara langsung menarik tangannya menuju ke dalam rumah.

"Coba liat kesana," ucap Bara menunjuk ruang dapur. Seorang wanita sedang berdiri, sembari memotong sayuran untuk dimasak.

"Ma, Bara pulang."

Kinan menoleh ke arah sumber suara dan ternyata benar itu adalah anak laki - laki kesayanganya. Ia dengan cepat memeluk dan sedikit mencubit pipinya. Di luar Bara memang terlihat tegas dan cuek, berbading terbalik jika ia dihadapkan oleh mamanya jiwa manja yang Bara punya seketika keluar.

"Kamu dari mana saja?"

"Sudah makan?

"Kamu baik - baik saja kan?

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari bibir Kinan, rasa khawatirnya sangat besar kepada Bara. Apalagi ia hanya anak semata wayang.

"Mama, gak usah khawatir. Bara udah gede, bisa jaga diri."

"Di mata Mama, kamu ini masih kecil sayang!" balas Kinan lalu memeluk putranya yang lebih tinggi darinya.

Di sisi lain Araya merasa bingung ia harus senang atau sedih. Rasa senang karena melihat Bara mempunyai ibu yang sangat menyayangi putranya, dan rasa sedih karena ia mengingat ibunya yang sudah lama meninggal. Satu air mata menetes, rasa sesak itu kembali lagi. Hari ini seharusnya ia senang, bukannya sedih seperti ini.

"Gadis itu siapa?" tanya Kinan sambil melepas pelukan ke anaknya

Bara menghampiri Araya dan membawanya ke hadapan Kinan

"Dia Araya, pacar Bara."

"Kenapa Araya tadi nangis?" Kinan kembali bertanya, sebab ia melihat gadis tersebut meneteskan air mata. Kinan adalah seorang ibu yang sangat peka.

"Enggak apa - apa kok tante," jawab Araya dengan sedikit senyuman yang terukir dari bibirnya.

"Kalau kamu ada masalah curhat saja, anggap Tante itu Mama kedua kamu."

Araya dengan cepat memeluk Kinan, lalu menceritakan tentang kedua orang tuanya yang sudah lama meninggalkan dirinya.

"Jangan sedih lagi, sekarang Tante itu Mama kamu!"

"Makasi Ma," balas Araya kembali memeluk Kinan dengan sangat erat.

****

Setelah beberapa jam Araya mengelilingi rumah tersebut, perutnya sudah mulai keroncongan menandakan waktu untuk makan malam. Aroma makanan yang sangat enak tercium dari arah ujung sana.

"Sayang, ayo makan." ajak Kinan

Araya mengangguk lalu mengambil tempat duduk yang nyaman.

"Ma, Bara belum turun?"

Kinan menggeleng, "Mama ke kamar dulu, mau ganti baju."

Kinan pun pergi meninggalkan Araya di ruang makan, sesaat kemudian bel pintu depan berbunyi. Ia sedikit terkejut, lalu berjalan dan melihat siapa yang berada di balik pintu.

"Anda siapa? Berani - beraninya masuk ke dalam rumah saya!"

"Dia temannya Bara, pa." balas Kinan dari ruang makan yang tidak begitu jauh dari pintu depan.

Arga langsung masuk tanpa melihat wajah Araya, lalu menaruh tas kerjanya di sofa. "Anak itu sudah kembali, dimana dia?"

"Bara lagi mandi di atas," jawab Kinan membawa nampan berisi kopi susu kesukaan suaminya itu.

"Araya sini sayang," panggil Kinan lalu memperkenalkan Arga padanya.

"Kamu ngapain kesini?" Arga kembali bertanya, namun sebelum Araya ingin menjawab. Kinan langsung menjawabnya bahwa ia kesana untuk meminjam buku paket kelas 12.

Arga merasa seperti pernah melihat gadis tersebut, "Nama ayah kamu, siapa?"

"Wiranto Kusuma Negara, om."

Arga sangat terkejut, ternyata ia adalah anak temannya yang sudah lama meninggal. Kejadian yang mengenaskan itu sudah lama dilupakan olehnya. Tapi sekarang ia teringat kembali, akankah masa lalu itu akan menghantuinya lagi. Dengan cepat ia melenggang pergi tanpa menghabiskan kopinya.

Araya berpikir apakah Arga tidak menyukai dirinya, karena itu ia pergi tanpa menghabiskan kopi serta tidak ingin makan malam bersama.

"Mungkin papa lagi capek jadi dia langsung ke kamar," ujar Kinan menenangkan Araya.

****

"Tau gak perbedaan lo sama pencuri?"

"Gak, emangnya apa?"

"Kalau pencuri itu dibawa ke penjara, kalau lo cocoknya di bawa ke KUA."

"Bisa aja lo jamal."

Muda mudi itu saling bercengkrama di taman, setelah selesai makan mereka memutuskan untuk pergi ke luar mencari udara sejuk. Untung saja Arga sudah tertidur pulas, setelah selesai mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 10, saatnya Bara mengantarkan pacarnya pulang dengan selamat.

"Pulang, yuk?" Ajak Bara seraya mengelus pucuk rambut Araya.

"Ish, gak mau!"

"Udah malem, nanti abang lo nyariin."

Araya seketika menjauh dari pelukannya, wajahnya cemberut menandakan ia sedang sebal terhadap Bara.

"Lo itu gak pantes cemberut gitu, cocoknya senyum." bujuk Bara dengan nada suara yang lembut

"Biarin, emang masalah buat lo?"

"Gue denger - denger kalau orang gampang cemberut, nanti jodohnya setan."

Araya merinding ngeri, "Jadi lo itu setan?"

"Kalau iya?" balas Bara menaikkan alisnya

Araya langsung berdiri dan mengarahkan jari tengah ke arah Bara, "Jangan nakutin gue!"

"Bercanda. Ya kali cowok setampan gue ini setan," jawabnya sambil mengusap rambutnya

Araya yang sudah sangat merasa kesal oleh sikap cowoknya itu, dengan cepat pergi ke arah tempat parkir dimana Bara memarkirkan motornya.

"Sayang, mau kemana?"

"Back to home."

"Katanya gak mau, tapi sekarang mau."

Araya mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu disana.

Bara Bere❤️

Anterin gue pulang, atau gue
pulang sendiri aja!!? ☺
22.25

Emang situ berani?🗿
22.25

Nantangin?
22.26

Lo mah gak bisa diajak
bercanda
22.26

Yaudah cepet anterin
22.26

Siap sayanggg........
22.27



















Udah mulai bucin nih wkwk, tapi nanti bakal ada kejutan yang buat hubungan mereka agak renggang:(

Apaan tuh?

Tungguin aja next chapter 🤩🙌

Bara Sebastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang