Mirna termasuk mahasiswa yang cukup awal melakukan sidang skirpisi. Ia melakukan sidang di bulan Desember, tepat sebelum libur perayaan natal dan tahun baru. Bisa dibilang hanya lima mahasiswa yang mendapat jadwal sidang di bulan Desember, termasuk Mirna. Banyak dari teman angkatannya yang dijadwalkan sidang bulan Januari atau Februari. Mirna sidang di bulan Desember bukan karena lebih pintar dari temannya yang lain. Dia bisa melakukan sidang skripsi lebih cepat karena skripsi yang dibahas cukup sederhana. Selain itu, terbantu juga dengan dosen pembimbing yang kooperatif, akhirnya ia berhasil sidang di bulan Desember.
Selesai melakukan sidang skripsi, Mirna memutuskan pulang ke rumahnya yang ada di Ponorogo. Niatnya, ia ingin menghabiskan liburan di rumah sembari menyelesaikan revisian skripsi dari dosen penguji. Baru dua hari dia berada di rumah, banyak hal yang membuatnya tidak nyaman. Salah satunya adalah perkataan Ibunya sendiri.
Selama ini Mirna risih mendengar pertanyaan yang datang dari Ibunya setiap ia pulang ke rumah. Saat pertengahan kuliah, sudah ditanya kapan akan mengerjakan skripsi. Saat sudah masuk semester akhir dan sudah selesai mengerjakan skripsi, ditanya kapan akan sidang. Selesai melakukan sidang, ditanya kapan akan revisi. Begitu revisian selesai, ditanya kapan wisuda. Dan yang paling menyebalkan, ia sudah mulai masuk fase ditanya soal kapan mulai melamar pekerjaan, walaupun ia belum melaksanakan wisuda.
"Kamu daripada nganggur mending mulai ngelamar kerja. Kalo nggak mau ngelamar kerja, mending bantu Bapakmu ngurus sawah." Begitulah kata-kata Ibunya dua hari ini.
Yang membuat risih, kata-kata itu bukan hanya diucapkan sekali atau dua kali. Tapi, berulang kali dalam dua hari ini. Saat Mirna sedang santai menonton TV, kata-kata itu langsung keluar. Saat Mirna sedang bermain ponsel, kata-kata itu keluar lagi. Sampai Mirna akhirnya jarang keluar kamar dan berpikir ingin segera kembali ke kosnya yang ada di Surabaya.
Mirna bukan tidak mau membantu Bapaknya bekerja di sawah. Sejujurnya ia memiliki cita-cita bekerja di gedung pencakar langit. Ia ingin bekerja mengenakan baju rapi, memakai lanyard, dan berdandan senatural mungkin agar bisa menarik perhatian lawan jenis. Ia ingin punya pekerjaan yang bisa dibanggakan ke teman atau keluarganya.
"Kamu belanja lagi?" Agung, Kakak Mirna menyerahkan bungkusan paket pada Adiknya.
Mirna langsung tersenyum melihat paketnya. "Iya, belanja heels buat dipake wisuda. Belanjanya udah lama kok, dari sebelum pulang ke rumah. Lagian ini gratis ongkir dan ada cashback-nya juga."
"Jangan keseringan belanja kalo belum bisa ngehasilin duit sendiri," celetuk Ibu yang ada di meja makan.
Mirna langsung mengerut. Salah satu alasan ia ingin kerja di gedung pencakar langit adalah gaji yang didapat pasti akan besar. Salah satu hobinya adalah belanja online. Tentu saja ia perlu gaji yang cukup untuk memenuhi hobinya itu. Sampai saat ini, ia masih mengandalkan duit bulanan dari orang tuanya. Ibu dan Bapaknya tidak pernah pelit saat memberi uang bulanan. Tapi setelah memberi, selalu aja ada "wejangan" yang datang dari Ibunya. Makanya, ia berusaha menebalkan telinganya asal duit bulanan tetap lancar.
Di dalam ponsel Mirna, ada banyak aplikasi belanja online yang ia miliki. Salah satu yang menjadi favoritnya adalah Shopa. Aplikasi belanja online yang memiliki ikon berwarna pink. Ia sudah menjadi pengguna Shopa semenjak awal kuliah. Banyak voucher gratis ongkir bahkan cashback yang tidak pernah ia anggurkan. Semakin hari, voucher gratis ongkir dan cahsback semakin sedikit. Satu-satunya jenis pembayaran yang masih banyak menyediakan voucher gratis ongkir dan cashback adalah dengan menggunakan Shopa-paylater. Dengan sedikit nekat, akhirnya Mirna mengaktifkan Shopa-paylater miilknya. Sampai sekarang, ia bisa membeli banyak barang sekaligus meskipun tidak langsung dibayar. Begitu uang bulanan dari orang tuanya sudah masuk ke rekeningnya, ia akan segera membayar tagihan Shopa-paylater. Menurutnya, penggunaan Shopa-paylater cukup membantu beberapa pembeli, asal bisa digunakan dengan bijak.
***
Sorry for typo and thankyou for reading❤
Author Note:
Ini cerita baru ya...
Kalo ada cerita baru, itu artinya cerita lama sudah mau kelar.Cerita kayak gini mungkin bakal mainstream ya. Tapi semoga aku bisa ngasih yang terbaik buat kalian. Tentu saja dengan minim konflik. Hahaha...
Buat yang punya pengalaman menggunakan paylater bisa sharing dong. Aku pingin tau pengalaman kalian. Thankyou😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Paylater (Completed)
ChickLitMirna Zaira Ranjana, atau akrab dipanggil dengan nama Mirna. Memilih mengadu nasib ditengah kerasnya kehidupan kota Surabaya demi bisa melunasi segala tagihannya yang membengkak di aplikasi belanja online. Alih-alih mendapat pekerjaan di gedung penc...