Bab 17

44.8K 4.9K 80
                                    

Dengan secepat kilat Mirna memandikan dan memakaikan seragam untuk Leona. Selagi Leona memasukkan buku pelajar ke dalam tas, Mirna turun ke dapur untuk mengambil makanan dan kembali naik lagi ke kamar Leona untuk menyuapi anak itu. Selesai menyiapkan keperluan sekolah, Mirna langsung mengajak Leona untuk turun dan menyuruh duduk di sofa ruang tengah.

Yudha yang sudah selesai sarapan, melihat melihat Mirna masih menyuapi Leona. Ia menghampiri Mirna dan mengambil alih piring dari tangan Mirna. "Biar saya aja yang suapi Leona."

Mirna mengangguk.

Leona memakai kaos kakinya sembari menonton kartun yang ada di TV. Mulutnya masih senantiasa mengunyah makanan dengan gerakan lamabat.

"Leona makannya dipercepat," ucap Yudha mengingatkan. "Jangan sibuk nonton TV dulu. Kamu jadi lama pake kaos kakinya."

Mirna hendak menunduk untuk membantu Leona memasang kaos kaki agar lebih cepat, tapi langsung dicegah oleh Yudha.

Yudha menggelengkan kepalanya. "Biar dia pasang sendiri kaos kakinya."

"Ayah, siapa yang jemput aku waktu pulang sekolah?" tanya Leona menatap Ayahnya.

"Ayah minta tolong Om Gio buat jemput. Nanti biar Om Gio nganterin kamu ke rumah."

"Kenapa bukan Mbak Mirna yang jemput?"

"Di rumah nggak ada kendaraan buat jemput kamu. Terus Mbak Mirna mau naik apa buat jemput kamu?"

Leona sontak cemberut.

"Nanti kalo pulang sekolah kita bisa main," ucap Mirna berusaha menghibur Leona. "Sekarang Leona berangkat dulu. Nanti keburu terlambat."

Piring yang ada di tangan Yudha sudah kosong. Leona juga sudah selesai mengenakan kaos kakinya. Lalu ia menggandeng anaknya, masuk ke dalam mobil.

Setelah kepergian Yudha dan Leona, Mirna langsung merebahkan tubuhnya ke sofa. Padahal hanya membantu Leona bersiap untuk sekolah, tapi rasanya capeknya berkali-kali lipat. Melihat Leona yang susah bangun untuk berangkat sekolah, mengingatkan Mirna akan dirinya sendiri. Dulu ia juga tipe anak yang susah dibangunkan. Terutama saat bangun pagi untuk berangkat sekolah. Ada saja drama sebelum pergi sekolah. Mungkin seperti ini yang dirasakan oleh Ibunya saat ia susah dibangunkan untuk berangkat sekolah. Memang sangat melelahkan dan menguras energi.

***

Mirna mengernyit bingung saat Yudha memberikan sebuah paper bag padanya. Ia tidak langsung menerima itu membuat tangan Yudha menggantung di udara dengan memegang paper bag. "Ini apa, Pak?"

"Buat kamu."

"Apa isinya, Pak?"

"Ambil dulu, Mirna. Tangan saya pegel."

Mirna mengambil paper bag itu dari tangan Yudha dengan penuh keraguan. Ia berusaha mengintip isinya, tapi tidak terlihat apapun.

Yudha menghempaskan tubuhnya ke sofa. Saat ia sadar Mirna masih berdiri kaku dengan memegang paper bag, ia menarik pelan tangan Mirna untuk duduk di sebelahnya. "Kamu bisa buka kalo penasaran apa isinya," ucapnya. 

Mirna membuka paper bag yang ternyata berisi sebuah kotak. Begitu ia membuka kotak tersebut, matanya terbelalak kaget. Ada sebuah dress biru di dalam kotak itu.

"Itu buat kamu. Semoga ukurannya cocok."

Mirna menatap Yudha tanpa berkedip. "Tapi saya nggak butuh, Pak. Emang saya mau kemana pake dress kayak gini?"

"Pernikahan mantan istri saya. Kamu nggak lupa kan?"

"Tapi ... Pak Yudha nggak perlu beliin saya dress kayak gini. Saya bisa pake baju batik aja."

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang