Bab 11

44.9K 5.3K 151
                                    

Hari ini Yudha mengabari akan pulang sedikit terlambat karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Yudha berpesan agar Mirna menunggu Leona yang nanti akan datang diantar oleh Bundanya. Benar saja, sekitar jam enam sore Leona datang diantar seorang perempuan.

"Mbak Mirna!" teriak Leona begitu turun dari mobil. Tak lama ia turun, Bundanya ikut menyusul turun juga.

Baru kali ini Mirna melihat sosok mantan istri Yudha. Seorang perempuan berwajah oval yang tingginya hampir sama dengannya. Badan Mirna memang kurus, tapi ternyata badan perempuan di depannya lebih kurus lagi.

"Kamu Mirna ya?"

Mirna tersenyum kemudian mengangguk.

"Saya Ranti, Bundanya Leona." Ranti mengulurkan tangan yang langsung dibalas oleh perempuan di hadapannya.

"Mirna, Bu," balas Mirna memperkenalkan dirinya.

"Leona banyak cerita tentang kamu," ucap Ranti. "Baru kali ini saya denger dia cerita soal asisten rumah tangganya Mas Yudha."

Mirna hanya tersenyum menanggapi. "Bu Ranti mau mampir?"

Ranti menggeleng pelan. "Saya biasanya nggak pernah turun dari mobil kalo nganterin Leona. Tapi karena hari ini saya tau Mas Yudha lagi nggak ada di rumah, makanya saya berani turun."

Mirna merasa heran mendengar jawaban dari Ranti.

"Titip Leona ya," pesan Ranti sebelum pergi. Ia menepuk-nepuk pundak kiri Mirna. "Saya nggak bisa lama-lama. Soalnya calon suami saya sudah nunggu."

"Iya, Bu."

Ranti menunduk menatap anak perempuannya. "Leona yang nurut selama di rumah Ayah. Jangan ngerepotin Mbak Mirna. Janji?" Ranti mengulurkan jari kelingking di hadapan Leona.

Leona mengaitkan jari kelingking mungilnya dengan kelingking Bundanya. "Janji, Bunda."

Setelah itu Mirna benar-benar melihat kepergian Ranti yang masuk ke dalan mobil. Mirna menunggu mobil itu pergi karena ia kira Ranti akan membuka jendela dan melambaikan tangan pada Leona. Ternyata dugaannya salah besar. Mobil itu langsung melaju begitu saja tanpa membuka jendela sedikitpun.

"Aku kira Bundanya Leona bakal dadah-dadah sama kamu," ucap Mirna sembari menggandeng Leona memasuki rumah.

"Om Sakti nggak suka ke rumah Ayah," ucap Leona tiba-tiba.

Mirna mengerutkan dahinya. "Kenapa nggak suka?"

Leona mengangkat kedua bahunya. "Om Sakti nggak pernah mau turun kalo nganter. Katanya nggak mau ketemu sama Ayah."

"Tapi tadi Leona sudah pamit sama Om Sakti?"

"Sudah," jawab Leona mengangguk-anggukan kepalanya.

Ada banyak pertanyaan yang saat ini berkeliaran di pikirannya. Jiwa kekepoannya sangat tinggi dan mulutnya gatal ingin bertanya banyak hal. Tapi ia berusaha untuk menahannya.

"Mbak, aku laper."

Mirna mengalihkan pikirannya dan memilih mengajak Leona ke meja makan. "Emangnya kamu belum makan?"

Leona menggeleng. "Tadi Bunda bilang mau makan di luar. Tapi ternyata makan di luarnya berdua aja sama Om Sakti. Aku disuruh makan di rumah Ayah."

Mirna menjatuhkan rahangnya begitu mendengar jawaban dari Leona. Jujur ia cukup kaget dengan jawaban yang diberikan oleh gadis mungil ini. "Yaudah, kamu sekarang makan yang banyak ya. Boleh nambah juga kalo mau." Mirna dengan gesit mengambilkan makanan untuk Leona.

"Mbak Mirna hari ini masak sayur apa?" tanya Leona antusias.

"Hmmm ... cah sawi putih. Ada potongan udang sama ayamnya juga di dalam cah sawinya," ucap Mirna menjelaskan. "Lauknya ada perkedel tahu sama ayam goreng," tambahnya.

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang