Bab 19

43.3K 4.9K 227
                                    

Begitu Yudha melihat Mirna keluar dari kamar, buru-buru ia langsung menghampirinya. "Bisa ngobrol sebentar nggak?"

Mirna mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

"Kita ngobrol di teras belakang aja. Kamu duduk dulu di sana, saya mau ke kamar mandi sebentar."

Lagi-lagi Mirna mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Kemudian ia duduk di salah satu kursi menunggu kehadiran Yudha. Setelah pulang dari acara nikahan Ranti dan Sakti, Mirna meminta izin untuk langsung masuk ke kamar. Untung saja Leona juga sudah tertidur selama perjalanan pulang. Jadi ia punya waktu untuk beristirahat. Selain lelah fisik, tentu saja Mirna juga lelah batin. Baru kali ini ia dianggap sebagai penggoda. Padahal ia bekerja di rumah ini murni karena ingin mendapatkan uang untuk membayar tagihan paylater-nya.

"Maaf lama. Saya buat teh dulu tadi." Yudha meletakkan dua cangkir teh di meja yang ada di antara kursi yang mereka duduki.

"Kalo Pak Yudha mau teh, harusnya biar saya aja yang buat, Pak."

"Nggak papa. Sekalian aja." Yudha langsung duduk dan memandang lurus ke hamparan rumput yang ada di hadapannya. "Saya minta maaf, Mirna."

Mirna menoleh dan langsung bertemu pandang dengan Yudha. "Minta maaf kenapa, Pak?"

"Nggak seharusnya saya ngajak kamu ke nikahan mantan istri saya," jawab Yudha dengan tatapan menyesal. "Maafin saya ya, Mirna."

Mirna tersenyum tipis. "Saya memang agak kaget, Pak."

"Kamu boleh lho kalo mau marah sama saya."

Mirna menggeleng. "Buat apa, Pak? Lagian udah kejadian juga."

"Kata-kata Caca emang nyakitin. Dari dulu emang kata-kata dia selalu tajam," ucap Yudha. "Saya nggak tau kalo dia berani ngomong kayak gitu ke kamu. Saya harap kata-kata tadi nggak kamu masukin ke hati."

Mirna diam agak lama, sebelum akhirnya ia mengeluarkan suara. "Saya kerja buat cari uang, Pak. Nggak ada niatan buat godain siapapun," ucapnya lirih.

"Saya tau," sahut Yudha.

"Mungkin kalo ada kerjaan lain, mungkin saya nggak akan ada di sini," gumam Mirna.

Yudha tahu betapa sakit hatinya Mirna mendengar tuduhan dari Caca. Perempuan mana yang tidak sakit hati saat dituduh sebagai penggoda. Apalagi dengan orang yang baru pertama kali bertemu.

"Kamu bukan penggoda Mirna. Itu yang harus kamu ingat."

Mirna menarik napas panjang, berusaha meredakan gemuruh jantungnya. "Saya pacaran aja nggak pernah, Pak. Gimana mau jadi penggoda?"

Yudha yang mendengar itu sontak membelalak kaget. "Kamu nggak pernah pacaran?"

Mirna menggeleng.

"Selama 24 tahun hidup belum pernah pacaran?" tanya Yudha tak percaya.

Lagi-lagi Mirna menggeleng. "Saya emang nggak pernah pacaran, Pak."

"Pantesan kamu nggak peka," gumam Yudha lirih.

"Hah?"

"Kamu nggak sadar ya kalo selama ini saya berusaha menarik perhatian kamu?" Yudha merubah raut wajahnya menjadi serius.

Mirna diam. Ternyata apa yang dikatakan Jini memang benar. Laki-laki yang duduk di sebelahnya, memang tertarik padanya. "Kenapa saya, Pak? Saya kan cuma asisten rumah tangga."

Yudha mengalihkan pandangannya dari wajah Mirna ke halaman belakang. "Nggak tau. Pertama lihat kamu, saya merasa biasa aja."

"Terus, kenapa Pak Yudha suka sama saya?"

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang