Bab 20

46K 5.6K 253
                                    

Hari Minggu ini Yudha tidak berencana pergi kemana-mana. Ia memutuskan menghabiskan waktu lebih banyak di rumah bersama dengan Leona dan Mirna. Ia duduk di sofa memperhatikan Leona yang sedang bermain game di ponselnya. Di sebelah Leona ada Mirna yang menemani Leona bermain.

"Mbak Mirna kalo main ini harus bisa cepet biar menang."

"Tapi Mbak Mirna nggak pernah main."

"Nggak papa, nanti aku ajari."

Yudha mengulum senyum melihat interaksi Mirna dengan Leona. Hal itu membuat hatinya menghangat. Interaksi yang pasti tidak pernah dirasakan Leona di rumah Ranti.

Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. Mirna yang hendak berdiri untuk melihat siapa yang datang, langsung dicegah oleh Yudha.

"Biar saya yang buka. Kamu nemenin Leona main aja."

Mirna mengangguk, memilih tidak membantah perintah Yudha.

Lantas Yudha berdiri dari sofa dan berjalan keluar. Ketika ingin membukakan pagar, ia kaget melihat Ranti yang berdiri di depan pagar. Perempuan itu tidak datang sendiri. Mulanya ia kira Ranti datang bersama dengan Sakti, tapi ternyata Ranti datang bersama dengan Caca.

"Aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu, Mas," ucap Ranti dengan tatapan mata tajam.

Yudha membuka pagar, membiarkan Ranti dan Caca untuk masuk duluan. Tak lama ia menyusul dan melihat Ranti sudah marah-marah dengan Mirna.

"Oh, kamu sengaja kan mau ngerebut perhatian Leona?" teriak Ranti di depan wajah Mirna. "Kamu itu asisten rumah tangga. Nggak seharusnya kamu bersikap sedekat ini sama Leona."

"Bunda kenapa? Kok marah-marah sama Mbak Mirna," ucap Leona ketakutan. Ia bersembunyi di belakang tubuh Mirna.

Yudha yang melihat itu langsung menarik Ranti menjauh dari hadapan Mirna dan Leona. "Kamu dateng-dateng ngapain marahin Mirna?"

"Aku nggak suka Leona lebih deket sama Mirna. Ona itu anakku. Aku yang ngelahirin Ona."

"Tapi kamu nggak pernah perhatian sama Leona. Selama ini kamu nggak pernah punya waktu buat anak kita!" sentak Yudha.

"Maaf Pak, Bu, apa nggak sebaiknya Leona disuruh masuk ke kamar dulu?" sela Mirna dengan suara pelan.

Caca yang mendengar itu sontak menarik tangan Mirna, membuat Leona yang berada di belakang Mirna ikut ketarik maju. "Biang keroknya itu kamu. Coba kalo kamu nggak berusaha ngerebut perhatian Ona dari Mbak Ranti. Pasti semua nggak akan kayak gini."

Mirna memejamkan matanya mendengar suara keras dari Caca. "Tapi seenggaknya Leona disuruh masuk ke kamar dulu. Nggak baik kalo dia harus dengerin pertengkaran orang tuanya."

Yudha langsung menghampiri Leona yang masih menyembunyikan badannya di belakang Mirna. Ia menekuk kakinya, menayamakan tingginya dengan Leona. "Kamu masuk ke kamar dulu ya. Ayah sama Bunda mau ngobrol sebentar."

Leona mengangguk ketakutan. Tanpa diminta dua kali, ia segera berlari naik ke lantai atas menuju kamarnya.

"Kalo bukan karena kamu, Ona nggak akan mungkin ngerengek minta dianter ke rumah Ayahnya terus. Selama ini dia nggak pernah kayak gitu." Ranti menunjuk-nunjuk tepat di depan wajah Mirna. "Kamu harusnya sadar, nggak seharunya kamu sedekat itu sama Ona. Kamu bikin Ona ketergantungan sama kamu," lanjutnya dengan wajah memerah.

Mirna merasa bingung sekarang. "Saya tugasnya cuma jaga Leona, Bu," jawabnya dengan sopan.

"Aku udah mutusin buat ngambil hak asuh Leona dari kamu."

Perkataan Yudha berhasil membuat Ranti mengalihkan pandangannya dari Mirna. Kini ia berdiri menatap Yudha dengan tatapan tidak percaya. "Apa Mas? Kamu mau ngambil hak asuh Ona?"

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang