Bab 27

44.7K 5K 136
                                    

Sudah dua hari Mirna menginap di rumah Yudha. Ia berangkat kuliah langsung dari rumah Yudha dan pulang masih ke rumah Yudha. Alasan terbesarnya menginapnya bukan karena Yudha, tapi karena khawatir Leona akan sendirian. Walaupun bisa dibilang sebenarnya ia juga khawatir dengan kondisi Yudha.

Dalam dua hari ini, kondisi Yudha sudah jauh lebih baik. Wajahnya lebih cerah dan bibirnya tidak sepucat waktu itu. Meskipun sudah nampak sehat, Mirna belum mengizinkan Yudha untuk masuk kerja. Yudha masih harus banyak istirahat untuk memulihkan kesehatannya.

Karena hari ini Mirna tidak ada jadwal kuliah, ia memutuskan untuk mengantarkan Leona ke sekolah. Anak itu terlihat senang saat diantar menggunakan sepeda motor. Awalnya Yudha menyuruhnya mengantar menggunakan mobil milik laki-laki itu. Tapi Mirna langsung menolak. Bukan karena dia tidak bisa menyetir, tapi karena ia tidak biasa menyetir mobil yang berukuran besar. Selama ini mobil yang biasa dikendarai oleh Mirna adalah mobil kecil.

"Mas, udah bangun?" tanya Mirna sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

"Leona sudah berangkat ke sekolah?"

"Sudah."

"Harusnya kalo kamu bisa nyetir, kamu bawa mobil saya aja tadi."

"Aku biasa nyetir mobil kecil. Takut kalo nyetir mobil besar," jawab Mirna.

"Yaudah, nanti kalo saya sudah sembuh, temenin ke showroom mobil."

Mirna menoleh. "Ngapain?"

"Katanya kamu nggak biasa nyetir mobil besar. Yaudah saya beliin yang kecil aja," jawab Yudha tanpa beban.

Mirna menepuk keningnya pelan. "Nggak harus dibeliin juga, Mas."

"Kan biar kamu kemana-mananya nyaman."

"Aku nyaman naik motor," sahut Mirna. "Udah, jangan bahas mobil dulu. Mas Yudha harus makan."

Yudha mengikuti langkah Mirna menuju ruang makan. Senyumnya langsung keluar saat melihat makanan yang terhidang di atas meja makan. Sudah lama rasanya tidak memakan masakan Mirna. Saat melihat masakan Mirna lagi, membuat hatinya membuncah senang.

"Mas makan dulu. Terus minum obat," titah Mirna.

Yudha mengangguk. Lalu ia mulai makan ditemani oleh Mirna di sampingnya.

"Hari ini aku harus balik ke kontrakan."

"Kenapa?" tanya Yudha dengan wajah sedih. "Kamu bisa tinggal di sini aja kalo mau."

Mirna menggeleng. "Kalo Ibu tau aku di sini, yang ada Ibu malah makin nggak suka sama Mas Yudha."

Yudha membenarkan ucapan Mirna. "Setelah sehat, saya akan berjuang kembali."

Mirna mengangguk kecil. "Sehat aja dulu. Karena berjuang juga butuh tenaga."

Yudha terkekeh dan melanjutkan makannya.

***

Dua bulan berlalu, sepertinya hubungan Mirna dan Yudha belum menemukan titik terang. Meski begitu, Mirna tetap berusaha untuk selalu menceritakan soal Yudha dan Leona setiap kali Ibu meneleponnya.

Pertama kali membahas soal Yudha dan Leona, respon Ibu selalu berusaha mengalihkan pembicaraan. Sepertinya Ibu belum terlalu suka membahas soal Yudha dan Leona. Tapi Mirna tidak menyerah begitu saja. Hampir tiap hari ia teleponan dengan Ibunya, dan hampir tiap hari juga Mirna membicarakan soal Yudha dan Leona. Usahanya terbukti tidak sia-sia. Ibu akhirnya mau menanggapi dan sedikit-sedikit bertanya soal Yudha dan Leona.

Tiba pada hari Kamis, Ibu tiba-tiba menyuruh Mirna untuk pulang. Salah satu sepupu yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, akan melangsungkan acara penikahan. Akhirnya Mirna pulang ke Ponorogo dan seperti biasa dijemput oleh Agung di stasiun Madiun. Begitu sampai di rumah, Ibu langsung masuk ke kamarnya.

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang