Di saat sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja, suara ketukan pintu ruangan mengalihkan perhatian Yudha. Tanpa mengangkat pandangan dari berkas yang ada di hadapannya, ia menyahut menyuruh untuk masuk.
"Pak, besok ada jadwal interview pegawai baru. Saya dapat info kalo Pak Yudha jadi salah satu yang akan nge-interview."
"Iya." Yudha mengangkat pandangannya. Ia mendapati Gio berdiri di hadapannya.
"Mau cuci mata lihat cewek-cewek bening ya, Pak?" tanya Gio terkekeh.
Yudha berdecak. Sepupunya ini memang suka kurang ajar. Kalau ngomong selalu nggak pernah ada filternya. "Berkas lamaran tolong kamu kirim ke email," pintanya.
Gio tersenyum lebar. "Sudah saya kirim ke email dari kemarin. Mungkin Pak Yudha aja yang belum lihat."
"Oh ya?" Yudha menggaruk kepalanya.
"Makanya Pak, cari istri. Biar ada yang ngurusin."
"Nggak ada hubungannya buka email sama cari istri, Gio," desis Yudha menahan kesal. "Kamu udah lihat berkas lamaran kandidat yang akan di-interview besok?"
Gio menggeleng. "Saya kan nggak ngikut nge-interview, Pak. Ngapain juga saya lihat-lihat data pribadi mereka. Apalagi saya bukan HRD."
Yudha mengedikkan bahunya. "Siapa tau aja," sahutnya. "Kamu kan biasanya suka iseng," lanjutnya.
Gio menggerutu pelan. Tapi ia tidak bisa membalas karena posisi saat ini Yudha adalah atasannya, bukan sepupunya. "Oh ya Pak, besok saya ada meeting di luar. Jadi nggak bisa jemput Leona di sekolahnya."
"Oh, aku lupa bilang." Yudha diam sebentar mempehatikan perubahan ekspresi Gio. "Ternyata Leona tinggal di rumahku mulai minggu depan." lanjutnya.
Gio menahan diri untuk tidak memekik kesal. "Lah, waktu itu bilangnya besok."
"Nggak jadi," sahut Yudha sekenannya. "Udah, sana keluar," usirnya kemudian.
Gio mengangguk. "Jangan lupa dicek email-nya, Pak," ucapnya sebelum benar-benar keluar dari ruangan.
Yudha langsung membuka email-nya begitu Gio keluar dari ruangannya. Ada sekitar lima belas kandidat yang akan di-interview besok. Matanya tiba-tiba terbelalak kaget saat melihat ada satu nama yang muncul di layar komputernya. Mirna Zaira Ranjana. Entah kenapa tangannya bergerak melihat foto yang ada di dalam file. Seketika ia terkejut saat mendapati foto itu sama persis dengan perempuan yang saat ini tinggal di rumahnya.
"Dia lulusan psikilogi," gumam Yudha saat membaca riwayat pendidikan Mirna. "Dia lulus dengan IPK yang lumayan," lanjutnya.
Yudha membaca semua data diri Mirna yang ada di depan matanya. "Hmmm ... dia nggak pernah ikut organisasi apapun. Dia juga nggak punya pengalaman kerja sebelumnya."
Yudha memutar kursinya, memandang kaca besar yang mengarah ke jalanan kota Surabaya. "Apa Mama salah sangka waktu Mirna minta kerjaan?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Tapi kenapa dia nggak jujur kalo dia lulusan psikologi?"
Saat tengah sibuk dengan pikirannya, Yudha langsung teringat akan sesuatu. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Gio.
"Besok aku nggak jadi nge-interview," ucap Yudha begitu panggilan tersambung.
"Hah?"
"Bilang sama Pak Simon, suruh dia aja yang nge-interview besok."
"Tapi Pak Simo ada meeting. Paling baru bisa interview habis makan siang."
"Nggak papa. Yang mau interview suruh nunggu aja."
"Gila!"
"Pokoknya aku besok nggak jadi nge-interview."
"Kenapa, Pak?"
"Nggak papa." Yudha langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. Pasti di seberang sana, Gio sedang memaki-maki dirinya.
Yudha bernapas lega setelah menutup telepon. Kalau saja besok ia muncul di hadapan Mirna, sudah dipastikan perempuan itu akan malu karena sudah ketahuan berbohong. Dan ketika Mirna sudah malu, sudah bisa dipastikan perempuan itu akan keluar dari rumahnya. Dan Yudha tidak mau Mirna keluar dari rumahnya.
Biarlah Yudha menyimpan ini sendiri. Dia tidak akan bertanya apapun sampai Mirna yang menceritakan langsung padanya.
***
Sorry for typo and thankyou for reading❤
Author Note:
Sudah pada tidur belum?
Maaf update-nya malem, hehe...Seperti biasa, mau nanya pendapat kalian soal cerita ini dong? Bagus atau nggak? Gimana karakternya menurut kalian?
Maaf ya kalo cerita ini masih banyak kekurangan. Penulis cuma manusia biasa yang pasti bikin kesalahan. Wkwkwk...
Oh ya, buat yang belum tau, aku ada cerita baru judulnya Undesirable Wife. Siapa tau sesuai sama selera bacaan kalian, jangan lupa mampir ya.
Naresh Vijaya Radhika didesak oleh orang tua dan Kakeknya untuk segera menikah diusianya yang 33 tahun. Karena ia cucu laki-laki dan satu-satunya dalam keluarga Radhika, mau tidak mau ia harus melaksanakan permintaan itu. Tapi sayang, perempuan yang ia harapkan untuk menjadi pendamping hidupnya, tidak bersedia untuk menikah dengannya. Keluarganya malah menyuruhnya menikah dengan Ciara, sahabat masa kecilnya.
Menikah dengan sahabatnya sendiri, tidak pernah ada dibayangan Ciara Olivia Permana. Apalagi pernikahan ini didasari atas permintaan orang tua Naresh, bukan kehendak sahabatnya sendiri. Hubungan persahabatan yang semula baik-baik saja, kini berubah menjadi aneh saat mereka mulai mengarungi bahtera rumah tangga bersama
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Paylater (Completed)
ChickLitMirna Zaira Ranjana, atau akrab dipanggil dengan nama Mirna. Memilih mengadu nasib ditengah kerasnya kehidupan kota Surabaya demi bisa melunasi segala tagihannya yang membengkak di aplikasi belanja online. Alih-alih mendapat pekerjaan di gedung penc...