Bab 16

44.4K 5.1K 122
                                    

Mirna menunduk memperhatikan Leona yang sedang memeluknya. Dulu pertama kali Leona suka memeluknya, jujur Mirna merasa risih. Apalagi pelukan Leona bisa dilakukan secara tiba-tiba. Tapi semakin ke sini, Mirna malah suka dipeluk oleh gadis kecil itu. Menyenangkan rasanya melihat Leona berlari ke arahnya lalu memeluknya erat.

Leona mendongakkan kepalanya tanpa melepaskan pelukannya. "Mbak Mirna aku disuruh Bunda tinggal di sini dulu, lho...."

"Iya, aku udah tau. Ayahnya Leona udah cerita kemarin."

"Jadi aku berangkat sama pulang sekolah dari rumah Ayah. Kata Bunda aku di sini sampe Adik aku lahir. Nanti kalo udah lahir, baru aku balik ke rumah Bunda lagi."

Awalnya Mirna tidak sadar dengan ucapan Leona. Tapi begitu ia sudah membawa Leona duduk di sofa bersamanya, ia baru sadar dengan ucapan Leona. "Adik?" Dahinya berkerut dalam.

Leona mengangguk. "Bunda bilang bentar lagi aku bakal punya Adik."

"Bentar lagi?"

Leona lagi-lagi mengangguk. "Sekarang di perut Bunda sudah ada Adikku. Katanya bakal lahir beberapa bulan lagi."

Mirna meringis ketika sadar apa yang dimaksud oleh Leona. "Leona dikasih tau siapa kalo mau punya Adik?"

"Bunda yang bilang," jawab Leona dengan wajah polos. "Tiap hari Bunda muntah-muntah terus. Om Sakti yang gendong Bunda ke kamar. Aku juga kalo sekolah dianter sama Om Sakti karena Bunda badannya lemas. Tadi aku ke sininya juga dianter sama Om Sakti."

Mirna mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh ya, hari ini Ayahnya Leona mau ngajak belanja," beritahunya berusaha mangganti topik pembicaraan.

"Oh ya?" tanya Leona antusias. "Kapan kita belanja, Mbak?" tanyanya tidak sabaran.

Mirna terkekeh. "Nunggu Ayahnya Leona pulang kerja."

"Yesss!"

Mirna tertawa melihat wajah Leona yang nampak gembira. Tangannya tanpa sadar terangkat mengusap puncak kepala Leona.

***

"Kamu ambil bahan yang sekiranya kamu perlu buat masak," ucap Yudha di sebelah Mirna sambil mendorong troli.

"Pak Yudha nggak mau minta saya masakin apa gitu?" tanya Mirna menoleh ke Yudha.

"Saya makan semua yang kamu masak," jawab Yudha kalem.

"Ayah, aku mau beli snack boleh nggak?" tanya Leona yang berada di dalam troli.

"Boleh," jawab Yudha. "Karena sekarang Leona udah pintar makan sayur. Leona boleh beli snack."

Leona memekik senang.

Mirna memasukkan beberapa sayur ke dalam troli. Tidak lupa ia juga membeli telur, ayam dan juga daging. Ia juga membeli bumbu-bumbu yang sudah pada habis.

Selain membeli keperluan dapur, Yudha juga membeli keperluan pribadinya seperti sabun dan shampo. Ia juga menewari Mirna untuk mengambil apa yang perempuan itu butuhkan.

Mirna yang sibuk memilih snack untuk Leona, tiba-tiba tidak sengaja pantatnya ditabarak troli yang didorong oleh seorang anak kecil dengan keras. Mirna langsung memegangi bokongnya dan meringis pelan.

"Kamu nggak papa?" tanya Yudha khawatir.

Mirna tersenyum sembari mengusap pelan pantatnya. "Nggak papa kok, Pak."

"Maaf, anak saya emang bandel dorong-dorong troli padahal dia nggak kuat. Makanya sampe oleng," ucap seorang Ibu dengan panik.

Mirna melihat seorang Ibu berbaju merah datang menghampirinya dengan menjewer telinga anak yang tadi menabrakkan troli ke pantatnya. Tak lama anak laki-laki itu menangis keras karena jeweran dari Ibunya.

Gara-Gara Paylater (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang