Salah satu tempat favorit Mirna selain kamar adalah teras yang langsung menghadap ke halaman belakang. Di sana ada satu kursi rotan yang biasa diduduki oleh Mirna saat ia sedang melamun. Sama seperti yang ia lakukan saat ini. Ia mememuluk lututnya dengan pandangan lurus ke depan. Udara dingin tidak mengganggunya sama sekali karena ia senang menatap kegelapan langit malam.
"Saya cari-cari ternyata kamu di sini."
Kedua kaki Mirna sontak langsung ia turunkan dari kursi begitu mendengar suara Bu Ningsih. "Ada apa cari saya, Bu?"
Bu Ningsih menduduk kursi rotan kosong di samping Mirna. "Nggak papa. Cuma mau bilang makasih aja sama kamu."
"Makasih?" Mirna menatap Bu Ningsih tidak mengerti. "Makasih karena apa, Bu?" tanyanya.
"Makasih karena kamu sudah bikin Leona jadi suka makan sayur," jawab Bu Ningsih.
"Tugas saya kan emang masak, Bu."
"Tapi berkat masakan kamu, Leona jadi suka makan sayur," sela Bu Ningsih dengan tersenyum lembut. Kemudian ia memiringkan tubuhnya sedikit agar bisa menghadap Mirna. "Kamu betah kan kerja di sini?"
"Alhamdulillah ... betah, Bu."
Wajah Bu Ningsih nampak lega mendengar itu. "Kalo ada yang bikin kamu nggak nyaman, kamu bisa bilang ke saya atau Yudha. Saya nggak mau kamu pergi dari sini. Soalnya semenjak ada kamu, cucu saya jadi bisa makan sayur."
Mirna hanya mengangguk kecil.
"Leona itu dari kecil lumayan pilih-pilih makanan. Dia nggak mau makan nasi, mie, kentang, semua makanan saya kasih nggak ada yang mau," cerita Bu Ningsih.
"Terus, maunya makan apa, Bu?" tanya Mirna menanggapi.
"Maunya minum susu sama makan jajan aja," jawab Bu Ningsih. "Jajannya lebih kayak wafer, biskuit, coklat. Pokoknya makanan yang nggak sehat kalo dikonsumi setiap hari."
Mirna diam, masih menyimak kelanjutan cerita dari Bu Ningsih.
"Sampai akhirnya dia masuk sekolah. Itu dia udah lumayan mau makan. Tapi ya gitu, cuma bisa makan dikit aja," ucap Bu Ningsih. "Sudah di bawa ke dokter anak buat cari solusi, tapi tetap aja nggak terlalu berpengaruh. Sudah agak membaik saat Leona mau masuk SD. Dia bisa makan normal dengan menu tertentu. Nggak banyak pilihan menu untuk dia," lanjutnya.
Mirna tidak menyangka anak selucu Leona memiliki masalah dalam makan. Padahal selama ia bekerja di sini, Leona sangat lahap ketika memakan masakannya. Bahkan bisa sampai nambah dua piring kalau dia suka dengan rasanya.
Bu Ningsih memegang tangan Mirna dengan lembut. "Saya nggak pernah nyesel ngasih kamu kerjaan. Saya harap kamu bisa betah kerja di sini."
Lagi-lagi Mirna hanya menganggukkan kepalanya.
***
Salah satu hobi Yudha semenjak ada Mirna di rumah adalah mengecek rekaman CCTV. Ia suka melihat Mirna berjalan mondar-mandir di dalam rumah, entah apa yang dilakukan perempuan itu. Apalagi saat ia dikantor dan sedang suntuk dengan banyaknya pekerjaan. Melihat Mirna menjadi hiburan tersendiri untuknya.
Yang Yudha perhatikan, Mirna sering kali menerima paket. Kadang tukang paket datang dua hari sekali atau bahkan sehari sekali. Yudha tidak pernah menanyakan atau menegur perempuan itu. Lagipula, apa yang dilakukan Mirna tidak pernah mengganggu pekerjaan. Mirna tetap rajin bersih-bersih dan masak setiap hari.
"Lihatin terus ... pelototin terus," decak Gio yang masuk ke ruangannya.
Yudha menoleh ke belakang. Sudah ada Gio berdiri di belakangnya, ikut melihat ke arah layar tablet-nya. "Ketuk pintu dulu kalo masuk," omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Paylater (Completed)
ChickLitMirna Zaira Ranjana, atau akrab dipanggil dengan nama Mirna. Memilih mengadu nasib ditengah kerasnya kehidupan kota Surabaya demi bisa melunasi segala tagihannya yang membengkak di aplikasi belanja online. Alih-alih mendapat pekerjaan di gedung penc...