"Ngapain lo disini?"
Naura mendongak, menatap wajah pria yang kini menatapnya sengit.
"Ai--den?" Cicitnya ragu. Harusnya pria ini benar yang bernama Aiden, jika mengingat dari deskripsi novel.
Garis matanya yang tajam bagai elang sedang mengawasi mangsanya, hidung mancung terlihat sangat menawan, garis rahang tegas, lalu rambut yang di cat menjadi warna biru tua berperan sebagai penyempurna visualnya.
'Gak salah lagi, cowok ini pasti Aiden.'
"Gue tanya, gimana bisa lo disini Naura?"
Aura intimidasi begitu terasa. Naura merasa menciut berhadapan dengan pria yang di katakan sebagai pemeran pria bertubuh paling tinggi dalam novel.
"Tadi abis dari salon. Terus jalan jalan jalan, gak tau kenapa tiba-tiba sampe sini." Suara Naura makin mengecil di akhir ucapannya.
Baju bagian bahu di tarik Aiden. Pria itu seakan sedang menilai penampilan gadis mungil di hadapannya dengan seksama.
"Cute."
Naura mengerjapkan matanya dua kali, bingung harus merespon bagaimana ucapan Aiden barusan. Dulu, ia adalah gadis yang memiliki tinggi di atas rata-rata anak gadis seusianya. Mendengar kata ia imut, menggemaskan, ataupun mungil adalah hal yang hampir mustahil.
"Ayo pergi. Disini terlalu bahaya buat anak kecil kayak lo."
Aiden menarik tangan Naura menuju kelompok pria yang baru datang. Tanpa berbicara apapun, tubuh Naura di naikkan ke atas motor, lalu sebuah helm terpasang di kepalanya.
"Alen, lo bisakan handle anak-anak dulu? Gue ada urusan." Matanya melirik ke arah Naura yang sudah duduk anteng, "Nanti gue panggil yang lain kesini."
Yang di sebut Alen mengangguk, "Tenang aja bos! Cuma lawan anak kucing kayak mereka mah, kecil!"
Merasa tugasnya selesai, Aiden kembali mendekati Naura. Matanya kembali menelisik penampilan gadis itu yang jauh berbeda dari biasanya.
"Aku laper, belum sarapan." Adu Naura ketika Aiden sudah siap melajukan motornya. Matanya melirik ke arah kelompok lawan Aiden, memperhatikan bendera dengan serigala abu-abu sebagai lambang geng mereka.
"Salah lo sendiri kenapa gak sarapan. Gak mungkin kan di rumah lo gak disediain makan?"
Naura berdecak, matanya memicing tajam menatap Aiden dari kaca spion. "Mereka Dark Hunter ya?"
"Hm."
Jawab singkat dari Aiden membuat Naura yakin tentang scene yang akan terjadi selanjutnya di dalam novel. Tetapi karena sekarang Aiden sudah ia bawa pergi, harusnya ada sedikit perubahan pada alur kan?
Sepertinya ia bisa merasa sedikit tenang. Aiden tidak akan terlibat hal berbahaya hari ini.
"Cari tukang bubur ayam di pinggir jalan dong. Nanti kalo aku pingsan karena kelaperan kan gak lucu."
"Pinggir jalan?"
Kening Aiden kembali mengernyit. Naura tidak mungkin melakukan hal itu. Makan di pinggir jalan menurutnya adalah hal yang menjijikkan. Minimalnya, ia mau makan di restoran bintang 3. Itupun jika sudah tidak ada pilihan lain yang lebih baik.
"Iya. Ayo cepet, aku udah laper banget."
Menuruti permintaan Naura, Aiden mulai melajukan motornya menuju tukang bubur langganannya yang berada tak jauh dari sekolah mereka.
"Yakin mau makan disini?" Tanya Aiden ketika mereka sudah tiba di tempat.
"Nanya mulu dari tadi. Mang, bubur ayam satu gak pake kacang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTE ANTAGONIST
Teen FictionHidup memang terkadang tidak masuk akal. Apa kalian pernah berpikir kalau suatu saat akan berpindah ke dalam dunia novel? Tidak, kan? Bahkan itu hal yang mustahil. Namun apa yang disebut sebagai hal mustahil itu kini sungguhan terjadi saat seorang g...