Bel istirahat kedua berbunyi. Naura yang sudah menahan kantuk sedari tadi, seketika merasa bahwa matanya kembali segar. Dirinya berdiri dengan cepat, namun baru tersadar bahwa teman-temannya belum ada yang beranjak dan guru masih berdiri di depan.
"Naura yang mau bantu? Ya udah kumpulin semua buku catatan teman-temanmu, terus bawa ke ruangan ibu ya?"
Dengan wajah bingung, Naura menatap sekitar meminta penjelasan. Tak ada yang menjawab, tentu saja. Naura yang dulu terkenal tidak suka didekati, jadi semua teman sekelasnya enggan berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut gadis itu.
"Naura?" Panggil Bu Anggie lagi.
"E-eh, iya bu. Nanti Naura yang nganter buku ke ruangan ibu."
Akhirnya Naura benar-benar membawa buku catatan anak kelasnya seperti perintah Bu Anggie. Mungkin saat Naura berdiri dengan semangat tadi, bertepatan dengan pertanyaan Bu Anggie siapa yang mau membantunya.
Ya sudahlah, hanya membawa saja. Tidak berat juga. Hanya saja arah ruang guru dan kantin berlawanan. Jadi sepertinya Naura harus mengandalkan Aiden untuk membeli jajanan untuknya.
'Apa gunanya punya pacar kalo gak dimanfaatkan dengan baik?' batinnya dengan senyum jahat tercipta di bibir tipisnya.
Setelah mengantarkan buku, Naura segera mengirim pesan pada Aiden untuk membelikannya cakwe balado dan cincau selasih sebagai minumannya.
Sampai kantin, suasana benar-benar ramai dan berisik. Naura memperhatikan seluruh penjuru kantin, mencari keberadaan Aiden yang ternyata masih mengantri di tempat penjual cakwe. Untung sudah di paling depan, jadi gak perlu nunggu lama Aiden sudah berjalan mendekatinya.
"Parah banget! Sumpek gue disana." Gerutu Aiden. Keningnya mengernyit kesal, yang justru terlihat lucu bagi Naura.
"Kalo mau jadi pacar yang baik, harus rela ngantri dong. Lagian aku tuh abis melakukan tugas mulia." Balas Naura.
"Tugas apa?"
"Nganterin buku ke ruang Bu Anggie. Kamu tau kan? Itu di gedung ujung, lantai 4! Capek ya ampuuuuunnn!" Keluh Naura jujur. "Lagian sekolah elit, lift sulit. Masa cuma disediain buat para guru doang, padahal siswa tuh juga butuh."
Aiden terkekeh, menyerahkan cakwe juga minuman cincau pesanan gadis itu.
"Mau makan dimana? Disini penuh, berisik lagi."
"Ke taman samping gedung IPA aja, sepi adem."
Naura jalan lebih dulu, diikuti Aiden yang berjalan di sampingnya. Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata yang melihat penasaran. Masih aneh dengan kombinasi Naura dan Aiden yang dulunya tak pernah terlihat akur.
"Nah akhirnya bisa lurusin kaki." Gumam Naura lega. Ia memasukkan sepotong cakwe kedalam mulutnya, lalu mulai mengunyah perlahan.
'Kita liat, bakal ada drama yang tayang apa gak.'
Sekitar 10 menit mereka disana, Naura mulai merasa gelisah. Sesuatu yang ditunggunya tak kunjung datang.
"Kenapa? Kok kayak orang nahan BAB gitu?" Tanya Aiden heran.
"Gak. Diem dulu deh, jangan ajak aku ngomong."
'Masa gak berhasil?'
"Itu pacarnya Ken bukan sih?"
Pertanyaan dari Aiden menyadarkan Naura kembali. Matanya mengikuti arah yang ditunjuk Aiden, lalu melihat seseorang diseret paksa ke dalam toilet.
'Yash! Berhasil! Ceritanya berubah. Pemeran female antagonis berubah. Aku berhasil? Aku berhasil! Yuhuuuu aku berhasil keluar dari lingkaran cerita itu!'
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTE ANTAGONIST
Teen FictionHidup memang terkadang tidak masuk akal. Apa kalian pernah berpikir kalau suatu saat akan berpindah ke dalam dunia novel? Tidak, kan? Bahkan itu hal yang mustahil. Namun apa yang disebut sebagai hal mustahil itu kini sungguhan terjadi saat seorang g...