18. GANGGUAN

10.2K 1K 32
                                    

Dua hari lalu Naura izin untuk menenangkan diri, tentu saja Aiden juga ikut meliburkan diri. Sekarang dia sudah mulai berangkat ke sekolah lagi setelah menata hati dan pikiran, berharap hari akan berjalan dengan baik setelah semua kesedihan beberapa hari lalu.

Namun sepertinya harapan tinggal harapan. Baru saja Naura hendak menaiki tangga menuju kelasnya, dia malah bertemu dengan seseorang yang sangat tidak ingin dia lihat di dunia ini.

"Eh ada Kak Naura. Kenalin guys ini kakak aku." Ucap Andine.

Gemelatuk gigi terdengar ketika Naura mengeraskan rahangnya. Gadis itu menatap Andine penuh permusuhan, dengan deru nafas yang mulai tak beraturan.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Naura ketus.

"Yah ngapain lagi? Kakak gak liat aku make seragam sekolah ini?" Jawab Andine dengan senyuman kecil.

"Kenapa sekolah disini? Kenapa harus disini?!"

"Emangnya salah kalo aku mau satu sekolah sama kakakku sendiri?" Raut wajah Andine berubah menjadi sedih dalam sekejap. Naura sampai dibuat takjub melihatnya.

Tatapan mencibir Naura dapatkan dari tiga siswi yang tadi bersama dengan Andine. Sudah bisa ditebak apa yang mereka pikirkan tentang sosok Naura.

'Ternyata aku bakal tetep dianggap sebagai antagonis.'

"Ay, ayo pergi aja. Gak guna lama-lama disini." Aiden menggenggam tangan Naura. Ia paham kalau semakin lama berhadapan dengan Andine, pasti keadaan semakin tidak baik untuk Naura.

Adik baru pacarnya itu, sepertinya sangat manipulatif. Aiden harus berhati-hati dalam menghadapinya.

"Eh kak Aiden mau kemana? Aku belum selesai ngajak kak Naura ngomong." Ucap Andine, menghalangi jalan Naura dan Aiden dengan merentangkan kedua tangannya.

"Minggir." Ucap Aiden dengan melirik Andine tajam.

Tubuh gadis itu sedikit tersentak mendapatkan tatapan mengerikan yang baru pertama kali dia lihat dari Aiden. Segera kakinya bergeser, memberi jalan untuk sepasang kekasih itu melanjutkan langkahnya.

"Andine, kamu gak papa?" Tanya Ara, salah satu dari tiga siswi tadi.

"A-aku gak papa. Cuma sedikit kaget aja." Jawab Andine dengan senyuman lemah ia tunjukkan di wajahnya.

"Kak Naura itu gak berubah ya ternyata, tetep aja suka nindas orang lain. Padahal ini adeknya sendiri loh." Sahut Abel, teman Andine yang lain.

"Iya. Aku denger dari kakak kelas katanya kak Naura itu udah berubah. Tapi nyatanya, sama aja tuh." Orin, siswi yang kini merangkul lengan Andine ikutan mencibir Naura. Ia merasa geram karena melihat teman barunya yang baik hati ini ditindas oleh keluarganya sendiri.

"Udah, gak papa. Ayo kita ke kelas sekarang, lima menit lagi bel masuk loh. Nanti kita telat kalo kelamaan disini." Ajak Andine yang disetujui ketiga temannya itu. Mereka segera pergi menuju kelasnya dengan batin yang masih terus menjelek-jelekan Naura.

🐥 🐥 🐥

Kesialan Naura tadi pagi nyatanya berlanjut sampai siang ini. Ketika gadis itu sedang berada di toilet, tiba-tiba Andine datang seorang diri mendekatinya yang berdiri di depan wastafel.

"Halo kakakku yang manis."

Naura hanya melirik Andine dari pantulan cermin, malas menatap wajah menjijikan itu secara langsung.

"Kalo ada orang ngomong itu, harus liat ke mukanya dong." Ucap Andine dengan senyuman yang makin lebar di bibirnya.

"To the point mau ngomong apa."

CUTE ANTAGONIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang