Berbeda dari sebelumnya, kali ini Renata bertahan lebih lama di 'dunia Sam'. Beberapa jam berlalu hingga si kembar selesai makan malam dan bersiap tidur di kamar masing-masing. Namun, tidak ada tanda-tanda gadis berambut pendek itu akan kembali ke perpustakaan kampusnya lagi. Jika diingat-ingat, kali ini dia juga tidak perlu tersandung lagi untuk datang kemari.
Kayaknya aku harus menginap, semoga Naomi nggak panik karena aku tiba-tiba hilang.
Renata tak tahu cara kembali, dan karena hal ajaib itu tidak kunjung terjadi lagi, ia pun memutuskan untuk tidur di ruang tamu. Meski sebenarnya ia dapat menyelinap ke kamar Dewi untuk tidur tanpa terlihat dan tersentuh, melakukan hal itu rasanya melampaui batas privasi seseorang.
"Akan lebih baik kalau mereka punya kamar tamu," gumam Renata sebelum terlelap dalam hitungan detik.
***
Malam berlalu begitu saja. Meski suhu udara terus turun terutama saat subuh, tubuh Renata sedikit mati rasa. Ia tidak merasa kedinginan atau bahkan kelaparan meski makanan terakhirnya adalah soto ayam kemarin siang.
Paginya Dewi bangun lebih dulu. Gadis jelita itu melakukan berbagai rutinitas layaknya mahasiswi normal, ia juga memasak sarapan untuk disantap bersama saudara kembarnya. Kesibukan tersebut berhasil membangunkan Renata yang tidur sambil memeluk sebuah buku di ruang tamu. Tak lama kemudian, Sam juga bangun dan ikut sibuk di dapur.
Menu sarapan pagi itu adalah telur dadar, beberapa iris tempe goreng, dan sayur bening. Renata tak merasa lapar, tetapi makanan dan sayur yang masih hangat tersebut berhasil membuat si tamu menelan ludah.
"Hari ini kuliahnya sampai sore. Lalu Dewi mampir sebentar di rumah teman," ujar Dewi.
Kini Sam dan saudarinya sarapan di meja makan kecil yang terletak di ujung dapur. Sam mengenakan kaus putih dan celana santai karena tidak perlu ke kampus hari ini, sementara Dewi sudah berpakaian rapi.
Ucapan Dewi tidak segera mendapat respons, sementara lelaki yang duduk di hadapannya sedang berpikir cukup lama, hingga akhirnya buka suara.
"Mau jalan dengan Angga, ya?" Nada bicaranya normal, tidak tinggi atau terdengar marah.
Relasi Dewi dengan kekasihnya selalu menjadi diskusi alot bersama Sam. Atmosfer rumah yang damai selalu berubah tegang dan tidak menyenangkan begitu nama tersebut tereja dari bibir Sam. Sebagai keluarga satu-satunya, tentu saja Sam sangat menyayangi sang adik. Ia merasa tidak tenang setiap kali Dewi didekati lelaki. Sialnya, kecantikan dan kharisma gadis itu selalu berhasil membuat banyak orang terpikat. Yang artinya Sam harus lebih sering merasa khawatir.
"Tidak, hanya mau mampir ke rumah teman," jawab Dewi, tak berani menatap mata kakaknya.
Lelaki di hadapannya mendengkus kecil. "Baiklah, boleh." Sam tak sepenuhnya percaya, tetapi ia jelas tak ingin merusak suasana hati adik terkasihnya di hari ulang tahun mereka.
Kalimat tersebut sukses mengundang senyum di bibir Dewi, juga mengembalikan suasanya sejuk di rumah sederhana tersebut.
Seusai makan, Dewi bersiap-siap untuk pergi ke kampus, sedangkan Sam masih sibuk membersihkan dapur. Begitulah setiap harinya. Keduanya seolah membuat perjanjian tak tertulis mengenai pembagian kerja rumah. Memang tidak jelas giliran siapa yang memasak atau menyapu setiap harinya, tetapi pekerjaan tersebut tetap dikerjakan secara adil.
Jika Dewi memasak sarapan, maka giliran saudara lelakinya untuk mencuci piring dan membersihkan dapur. Lalu jika salah satu menyapu rumah, lainnya bertugas mencuci pakaian. Bergantian, terus seperti itu dengan inisiatif masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah di Perpustakaan (END)
Mystery / ThrillerHari Jumat adalah jadwal Renata menghabiskan waktu di perpustakaan. Awalnya tidak ada yang lebih spesial daripada buku-buku itu sendiri, hingga ia bertemu seorang lelaki yang dalam sekejap menjadi teman duduknya setiap hari Jumat. Dua bulan berlalu...