DUA PULUH SATU

505 87 6
                                    


Ebook ready utk yg gak sabar pengen baca  epat sampai tamat

****

Yoris sedikit kaget melihat kedatangan Vega. Yoris juga sedikit bingung, bagaimana bisa Vega membuka pintu ruangannya yang sudah ayah  kunci dari luar.

“Kamu nggak suka dengan kedatanganku?”ucap Vega dengan nada sedihnya, membuat Yoris menegang kaku, lalu dua detik kemudian, laki-laki itu menggeleng tegas.
“Enggak. Kata siapa aku nggak suka? Jangan ngaco kamu, Vega…”bantah Yoris tegas.
Tapi, sial. Wajah Vega tetap terlihat sedih saat ini.
Yoris menghela nafas lelah.
Menatap Vega dengan tatapan capeknya.
“Gini, aku diam. Aku sedikit bingung, nggak mungkin ayah memberikan kunci ruanganku begitu saja  padamu. Ya, papa mengunciku dari luar.”ucap Yoris pelan.
Mendapat anggukan dari Vega, dan Vega juga sudah tersenyum saat ini, membuat Yoris sangat senang dan bersyukur. Perempuan malang yang Lyra fitnah dengan kejam, sudah terlihat kembali bahagia dan ceria saat ini.
“Ya, memang di kunci, aku meminta kunci serep pada petugas…. Maaf, kalau aku lancang…”ucap Vega lembut, menatap Yoris dengan tatapan bersalahnya.
Lagi dan lagi, mendapat gelengan kuat dari Yoris.
“Nggak lancang, aku malah senang dan berterimah kasih sama kamu. Aku tidak jadi sendirian. Ada kamu yang menemani…’’dusta Yoris lancar.
Padahal, dalam hati, Yoris merutuk kedatangan Vega di waktu yang tidak tepat. Yoris memang kasian sama Vega. Tapi, Yoris lebih cemas akan keadaan Lyra dan sangat ingin melihat Lyra secara langsung, tapi karena ada Vega, membuat semuanya menjadi rumit.
“Ya, tapi, Lyra kemana? Tumben dia tidak ada. Biasanya dia selalu menemani kamu.”ucap Vega dengan nada yang terdengar tidak enak. Ketus. Tapi, Yoris mencoba mengabaikannya.
“Lyra sedang pulang ke rumah. Dia ingin istrahat dengan tenang di sana… aish. Jangan membahas Lyra. Membuat moodku rusak tahu.”ucap Yoris dengan nada yang di buat kesal.
Entah lah. Hati Yoris tidak mau mulutnya jujur tentang Lyra yang sedang di rawat saat ini.
“Yoris….”
“Ya, Vega. Ada apa? Apa yang kamu pegang? Aku baru sadar kalau kamu memegang sesuatu saat ini?”
Yoris yang sedang menatap kearah tangan Vega, tidak bisa menebak. Kitra-kira, apa bingkisan yang ada di tangan Vega saat ini.
Vega yang tersenyum dengan sangat hangat dan manis sambil memberikan bingkisan itu padanya, yang di terima Yoris dengan agak bingung. Tapi, walau bingung. Yoris menerima pemberian Vega dengan senyum yang di buat bahagia.
“Hadiah untuk ayahmu, sebagai permintaan maafku, karena sudah membuatnya selalu kesal dan marah. Karena sudah membuat anak laki-lakinya membangkang. Intinya, aku sangat bersalah pada ayahmu Yoris. Semoga saja, dengan hadiah kecil dariku, Om Gamma ya… kamu tahu…”ucap Vega yang di buat terdengar sangat sendu.
Membuat hati Yoris sakit mendengarnya di salam sana. Yoris merutuk. Kenapa papa tidak mengerti. Vega… masa depannya rusak itu semua karena dirinya.
“Ya, akan aku sampaikan hadiahmu pada ayahku, ku jamin, kali ini, ayah pasti akan menyukai kamu, Vega…”
Nggak masalah ayahmu tidak menyukaiku, toh, setelah dia membaca buku dariku, yang kamu pegang saat ini, dia akan meninggal bahkan hanya dalam waktu 5 menit, Yoris. Ucap batin Vega bahagia di dalam sana.

******    

“Ya, tetap awasi di luar saja, aku yakin, perempuan licik itu tidak akan melakukan apa-apa pada anak tololku…”
“Dia menerima bingkisan yang berisi malaikat maut untuk kematian ayahnya, sangat tolol bukan  anakku Yoris, Randy?”ucap Gamma dengan nada geli sekaligus miris.
Perasaan dirinya dan istrinya tidak setolol anaknya. Tapi, mau bagaimanapun anak tetap lah anak, dan ketolollan anaknya yang di manfaatkan oleh Vega dan keluarganya akan Gamma maafkan.
Gamma yang harusnya ada bersama dokter Amanda dalam ruangan Lyra.
Tapi, baru dua menit melihat Lyra. Ponselnya tiba-tiba bordering. Panggilan masuk dari Farah. Sang mata-mata yang ia kirim untuk masuk ke rumah Vega. Mengatakan kalau Vega akan membawa buku yang sudah ujungnya olesi dengan racun.
Tanpa Farah memberitahu juga. Gamma sudah mengetahui semuanya lewat ponselnya.
“Ya, maaf. Tuan benar. Anak Tuan memang agak bodoh hehehe…”ucap Randy tidak enak. Takut, bosnya akan marah. Ia mengatai teman sekaligus sahabatnya bodoh.
“Ya, Yoris bahkan sudah kelewat bodoh. Sudah dulu, ada hal penting yang ingin aku lakukan. Tetap awasi dengan cermat dan teliti pergerakan rubah betina yang sedang bersama Yoris saat ini, Randy…”
Tanpa menunggu jawaban atau sahutan dari Randy. Gamma segera memutuskan sepihak panggilan mereka.
Gamma juga tanpa membuang waktu, segera masuk ke dalam ruangan Lyra.
Lyra yang nyatanya masih tidur dengan sangat pulas.
“seperti kata saya pagi tadi, Lyra memang akan tidur dalam waktu yang lumayan lama, dan tidak apa-apa, Pak Gamma…”ucap Dokter Amanda dengan nada hangatnya. Mendapat anggukan lega dan penuh syukur dari Gamma.
“Anda belum memberi jawaban atas permintaan tolong saya tadi, Dokter Amanda…”
Ya, Dokter Amanda belum mengiyakan, permintaan Gamma yang meminta agar  dokter Manda merahasiakan kalau Lyra pernah hamil lalu keguguran.
“Ya, tidak mungkin saya menolak permintaan tolong anda, Tuan Gamma. Tapi, masalahnya… apakah menantu anda sebelumnya, sudah tahu kalau dirinya tengah hamil atau tidak?”ucap Dokter Amanda serius, membuat tubuh Gamma seketika tegang. Bahkan wajahnya sudah pucat pasih dalam sekejap.
Takut…. Gamma takut, Lyra sudah mengetahui kehamilannya, dan apabila hal itu terjadi, mampus lah Yoris dan dirinya, bisa saja, Lyra kali ini akan meninggalkan anak tololnya. Sialan!


**

Yoris menghembuskan nafasnya lega, Ayah  datang di waktu yang tepat. Ya, tepat, karena Vega sudah pergi lebih dulu. Yoris takut, di saat ayahnya datang dan ia memberikan hadiah dari Vega, ayah akan langsung membuangnya di depan Vega, dan itu akan membuat sakit hati Vega.
Dan agar mood Ayahnya tidak rusak. Yoris menyimpan hadiah dari Vega di samping kiri tubuhnya dan sudah ia tutupi dengan selimut. Intinya tidak akan terlihat oleh ayahnya.
“Yah, mana Lyra? Kenapa ia tidak melihat dan menjagaku? Nggak mungkin kan, Lyra pingsannya lama banget hanya karena jatuh sendiri di depan pintu…”
Plak
Ucapan dengan nada yang di buat kesal Yoris, terpotong telak oleh tamparan yang sangat kuat, yang Gamma layangkan pada pipi kiri anaknya.
Anaknya yang menatapnya dengan tatapan bingung bercampur marah yang besar.
“Jangan menatapku seperti itu, Yoris. Aku lah yang harusnya marah besar pada kamu saat ini, karena kamu… pasti kamu yang sudah membuat Lyra kehilangan…”Gamma menggantung ucapannya, nafas laki-laki itu terlihat tersengal. Dengan Yoris di tengah rasa sakit melanda hebat pipinya, Yoris penasaran bukan main.
Lyra kehilangan apa? Perempuan itu sakit apa? Apakah karena dorongannya tadi? Lyra jadi sakit?
“Tatap mata ayah Yoris. Cepat, tatap mata Ayah!”ucap Gamma tegas.
Yoris entah kenapa dengan perasaan yang tiba-tiba tidak enak, menatap kearah ayahnya. ayahnya yang menatap dirinya dengan tatapan dalam dan sangat tajam saat ini. Membuat Yoris semakin tak enak. Ini ada apa?
“Yoris, katakana… katakana dengan jujur, apa yang sudah kamu lakukan pada Lyra?”
Tubuh Yoris menegang kaku dengan kepala yang reflek menggeleng tegas.
“Apa maksud papa? Aku untuk berdiri saja, masih membutuhkan bantuan Lyra. Apalagi untuk menyakitinya seperti yang ayah tuduh padaku. Sialan. perempuan itu memfitnah Yoris pada ayah?”
“Terbuat dari apa hati, Lyra. Berani sekali ia memfitnah orang sakit sepertiku…”
“Tutup mulutmu, bagaimana bisa Lyra memfitnahmu, sedikitpun Lyra belum sadar sejak 4 jam yang lalu, Yoris, dan semuanya pasti karena kamu…”
“Katakan, apa yang sudah kamu lakukan pada, Lyra!!!”bentak Gamma tertahan.
Yoris? Laki-laki itu terlihat shock. Tidak percaya, dengan perkataan ayahnya yang mengatakan Lyra belum sadar sedikitpun sejak 4 jam yang lalu. Ini pasti papa bohong padanya.
“Jangan membohongiku, Pa. mana mungkin Lyra belum sadar…”
“Kapan aku pernah berbohong padamu, Yoris? Katakana, apa yang sudah kamu lakukan sama, Lyra. Jangan membuatku murka!?”ucap Gamma kali ini sudah menggenggam kasar kaki Yoris yang tidak patah, membuat Yoris seketika meringis sakit.
Dan sudah cukup, mendapat tatapan serius ayahnya saat ini, Yoris tidak bisa mengelak lagi.
“Lebih tepatnya, 4 jam yang lalu. Lyra lah yang salah, yah. Dia menyulut emosiku. Lyra harusnya tidak marah, aku meminta tolong untuk mengambil ponselku. Aku ingin menghubungi Vega, tapi Lyra tidak menurut, dan mengatakan Vega… Vega orang jahat, keluarganya sudah membunuh mama….”
“Terus?”desis Gamma dingin dengan kedua tangan yang terlihat mengepal erat saat ini di bawah sana.
Sedang Yoris? Laki-laki itu terlihat menelan ludahnya kasar, merasa ngeri melihat…. Melihat wajah ayah yang sangat merah padam saat ini. Menandakan ayahnya sedang marah besar.
“Ada apa? Salah kah aku membela Vega? Aku tidak sengaja mendorongnya. Ya, hanya mendorong, dan dengan lemahnya Lyra, dia pingsan bahkan sampai hitungan jam…”ucap Yoris dengan nada yang di buat jengkel.
Jengkel dengan Lyra yang memang benar kan? Sangat lemah dan payah.
Padahal, Lyra lemah. Karena capek merawat dirinya yang bahkan melebihi bayi selama 1 bulan berlalu.
“Yoris. Pintar sekali mulut kamu, ya, Nak. Ayah salut. Dan dengar baik-baik. Nyatanya, apa yang di katakana Lyra istrimu, benar. Kalau Vega dan keluarganya adalah orang yang sudah membunuh mamamu, ayah Lyra dan hampir membunuh kamu belasan tahun yang lalu….”
“Yah, fitnahnya jangan kejam-kejam amat, Yah. Hanya karena Lyra, ayah sampai segininya memfitnah orang…”potong Yoris tak habis piker akan ucapan ayahnya barusan.
“Ingin sekali, tanganku membogem wajah dan mulut pintarmu, Yoris . tapi, karena kamu mengalami geger otak, membuatku menahan sebisa mungkin amarahku, tapi…. Brak, nonton video yang ada dalam ponselku, supaya kamu tahu betapa bejat perempuan yang kamu lindungi dengan tolol selama ini…’’

Tbc

Satu kata untuk yoris apa? Wkwkw

Bastard Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang