Dengan sedikit berlari Jaemin pergi meninggalkan Chenle dan teman-temannya, Jeno yang melihat itu segera menyusul Jaemin. Sedangkan Renjun dan Haechan menemani Chenle.
"Udah Le, lo gak salah." Ucap Renjun sambill mengusap bahu Chenle.
Teman sekelas Chenle, Shotaro yang semenjak tadi terdiam ikut mendekatkan diri pada Chenle. Ia memandang Chenle dan nasi goreng yang masih tidak tersentuh itu secara bergantian.
"Sejak kapan lo alergi Udang? Perasaan kemaren lo bekel seafood juga kan?" Tanya Shotaro.
Tidak mendapat jawaban dirinya berniat untuk kembali bertanya pada temannya itu, namun sebuah tangan menutup mulut Shotaro dari belakang. Saat berbalik ia melihat Haechan yang menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Memberinya tanda untuk tetap diam.
Di lain tempat, Jeno masih setia untuk terus mengejar Jaemin. Beberapa kali dirinya mencoba untuk meraih tangan empunya namun di hempas secara kasar. Bukan Jeno jika ia berhenti begitu saja.
Jeno mempercepat langkahnya dan memegang kedua tangan Jaemin erat, walapun Jaemin memberontak ia tetap menahannya.
"Lepas Jen!"
"Na, udah."
"Hiks..., Lo gak ngerti! Gue takut Jen, takut."
"Iya, gue gak ngerti, tapi biarin gue ada di sisi lo Na. Gue cuma mau jadi tempat bersandar buat lo."
Jeno melepas genggamannya pada tangan Jaemin dan merengkuhnya ke dalam sebuah pelukan. Memberikan pelukan terhangatnya dan membisikan banyak kata-kata yang diharapkan bisa membuat Jaemin merasa lebih baik.
"Mungkin Chenle ceroboh, tapi menurut gue, lo juga harus minta maaf sama dia. Mau ya?"
Elusan halus terus Jaemin rasakan, entah mengapa sangat terasa nyaman. Ia mengangguk dalam pelukan Jeno, tangannya terangkat untuk membalas pelukan Jeno, memeluknya sangat erat seolah ingin Jeno merasakan apa yang ia rasakan.
***
Sepanjang kelas, Jaemin tidak banyak bicara, bahkan ketika Haechan dan Renjun mengajaknya bicara ia akan menjawab dengan singkat dan seadanya. Hingga bel pulang sekolah berbunyi, Jaemin menarik ujung seragam Jeno.
"Jen, anter gue ke kelas Chenle." Ucap Jaemin pelan.
"Good Boy." Ucap Jeno sembari menepuk-nepuk kepala Jaemin.
Jaemin akhirnya pergi ke kelas Chenle bersama Jeno, dirinya berdiri di depan pintu kelas, memperhatikan Chenle yang sedang piket. Lima belas menit berlalu sampai Chenle selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kelas.
"Lele maaf, tadi gue keterlaluan."
Jaemin memegang tangan Chenle yang baru keluar dari kelas, Chenle menundukkan kepalanya. Ia juga merasa bersalah, Melihat Chenle yang menunduk Jaemin mengangkat kepalanya dan menatap Chenle.
"Maaf Le, gue janji gak gitu lagi. Sebagai permintaan maaf, Jeno bakal beliin lo jus buah sepuas lo deh."
"Kok jadi gue yang kena sih anjir!" Jeno memprotes tidak terima, namun sepertinya Jaemin dan Chenle berada di dimensi yang berbeda. Mereka mengabaikan perkataan Jeno.
"Chenle juga minta maaf Bang."
Akhirnya mereka saling bermaafan dan berpelukan. Jeno yang berada di sana malah ikut ditarik ke dalam pelukan mereka.
"Ini kenapa gue juga diajak pelukan, kan kalian yang lagi maafan." Ucap Jeno di diantara Jaemin dan Chenle.
"Udah si terima aja, lagian lo yang udah berjasa buat kita maafan." Ucap Jaemin.
"Betul! Oh iya, makasih juga buat jusnya yang Bang Jen." Chenle menyauti perkataan Jaemin.
"Gue rada menyesal ikut Jaemin kesini."
Diantara pelukan itu, rasa kesal Jeno terobati saat melihat senyum manis Jaemin yang terbentuk, membuat empunya terlihat sangat mempesona di mata Jeno
Dalam sebuah pertemanan akan selalu ada saat dimana kita akan saling menjauh dan menyakiti satu sama lain. Namun seberapa jauh pun itu, pasti ada jembatan yang menyatukan kembali mereka, untuk sekarang jembatan itu adalah Jeno.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)
Teen FictionJaemin lelah dengan hidupnya, namun kedatangan seorang murid baru mampu membantunya melewati semua itu. Orang yang membuatnya percaya bahwa ia tidak sendirian.