Murid baru itu, Jeno, duduk tepat di sebelah Jaemin. Memang biasanya Jaemin duduk sendiri karena siswa di kelas itu berjumlah ganjil, kedua temannya, yaitu Haechan dan Renjun duduk berdua di depannya.
"Hai Jeno, gue Haechan dan sebelah gue ini Renjun. Kita temen dari sebangku lo." Haechan berbalik badan dan mengangkat tangannya untuk berkenalan dengan Jeno.
"Hai gue Jeno, kalau lo?" Jeno kini menatap Jaemin yang semenjak tadi hanya diam tanpa niat untuk mengenalkan dirinya.
"Gue Jaemin, tapi orang-orang sering panggil Nana sih." Ucap Jaemin.
"Gemes amat panggilannya."
Jaemin tidak mengubris perkataan Jeno, ia kembali pada kegiatannya. Haechan dan Renjun yang masih penasaran dengan si anak baru itu terus menanyakan pertanyaan-pertanyaan random yang mereka ingin ketahui.
"Udah woy nanya-nanyanya kaya wawancara aja, lagian kalian gak liat tuh muka bu Eli udah sepet banget ngeliat kalian."
Jeno bernapas lega, ia sangat berterimakasih pada Jaemin karena akhirnya ia bisa bebas dari pertanyaan-pertanyaan aneh dari dua orang di depannya. Sedangkan dua orang yang duduk di depan mereka segera kembali membalikkan tubuh mereka menghadap papan tulis.
"Makasih Bro." Jeno menepuk bahu teman sebangkunya.
"Ya."
Kelas kembali menjadi kondusif, semua murid fokus pada materi yang sedang dijelaskan oleh guru mereka, bu Eli. Sesekali Jaemin melirik ke arah teman barunya itu, ia dibuat menggeleng saat melihat Jeno yang malah tidur di hari pertamanya.
***
Jeno yang sedang terlelap terganggu dengan guncangan-guncangan kecil yang dilakukan oleh Jaemin. Ia mengerjapkan matanya, dan terkejut melihat kelas yang sudah sepi. Dirinya menguap dan melihat Jaemin yang sedang memegang sapu melanjutkan kegiatan menyapunya.
"Loh, kelas bu Eli udah selesai? Tapi kok sepi?" Jeno bertanya pada Jaemin.
"Bukan cuma kelasnya bu Eli, kelasnya pa Joni, pa Tian, sama pa Yohan juga udah selesai." Jawab Jaemin tanpa melihat kearah lawan bicaranya.
"Lo kok gak bangunin gue sih Na. Gue ketiduran, semalem abis nonton bola."
"Daripada lo misuh-misuh, mending lo cepet beresin barang lo dan keluar, kelasnya mau gue kunci nih." Jaemin berkata sambil menggoyang-goyangkan kunci yang berada di tangannya.
Jeno membereskan barangnya dengan tergesa-gesa dan keluar dari ruang kelas, disusul Jaemin yang langsung menutup pintu ruangan itu dan mengguncinya. Kebetulan hari ini adalah jadwalnya piket sehingga pada saat Haechan dan Renjun ingin membangunkan Jeno, Jaemin melarang mereka dan membiarkan Jeno tidur dengan lelap.
Kedua orang itu berjalan beriringan dikoridor, melewati kelas-kelas yang sudah hampir sepenuhnya kosong. Jaemin yang merasa kesal karena terus diikuti pun menghentikan langkahnya dan menatap Jeno kesal.
"Pulang, jangan ngikut mulu."
"Hmm, oke."
Jaemin kembali berjalan, namun ia tetap mendapati Jeno yang terus mengikuti, tetapi sekarang dengan jarak satu meter dibelakangnya. Karena semakin kesal dengan kelakuan Jeno ia berlari secepat mungkin untuk menghindari Jeno.
Tidak kehabisan akal, Jeno malah ikut berlari mengejar Jaemin. Saat Jaemin menjauh, ia akan mempercepat larinya. Namun saat dirinya sudah mulai dekat, Jeno akan mengatur jarak sejauh satu meter dari Jaemin.
"PULANG JENO, Anjing! Jangan ngejar gue!" Jaemin berteriak sambil terus berlari.
"Iyaaa Na..."
Kegiatan saling kejar-mengejar itu terus berlangsung hingga mereka sampai di parkiran. Chenle yang melihat Jaemin datang dengan orang asing mengerutkan dahinya bingung. Ia mendatangi Jaemin yang sedang mengatur napasnya.
"Kenapa Bang?"
"Hah...hah...hah..., Jen-o lo... nga-pain ngikutin gue- mulu."
Jeno tidak menjawab, dirinya juga sibuk mengatur napasnya yang masih terengah-engah. Chenle yang berada diantara mereka semakin bingung dengan apa yang terjadi ia kembali bertanya pada Jaemin.
"Dia siapa Bang?"
"Anak baru di kelas gue le. Sekarang jawab gue jujur, kenapa lo ngutin gue sampe sini?"
Chenle yang ikut penasaran menatap lelaki yang sedang berdiri di depan mereka. Hening diantara mereka sampai akhirnya Jeno membuka mulutnya.
"Sebenernyaguelupajalanpulang." Jeno berkata cepat.
"Hah? Ngomong yang jelas njir?" Balas Jaemin.
"Ish gue lupa jalan pulang."
Jawaban Jeno membuat dua orang di depannya, Jaemin dan Chenle menganga, mereka tak habis pikir dengan alasan Jeno. Di tempat itu, parkiran sekolah, menjadi saksi bisu atas kebingungan yang terjadi di antara mereka.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)
Roman pour AdolescentsJaemin lelah dengan hidupnya, namun kedatangan seorang murid baru mampu membantunya melewati semua itu. Orang yang membuatnya percaya bahwa ia tidak sendirian.