LUJ 019

156 13 6
                                    


Semenjak dirinya ditemukan kekurangan gizi tiga hari yang lalu, Tiffany atau maminya Jeno tidak lagi membiarkan Jaemin untuk tinggal sendirian. Jaemin pun sudah mencoba meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja, namun manusia bernama Jeno itu sangat pintar menyudutkannya.


"Terima aja kali Na, lo segitu gak maunya ya tinggal sama kita." Tatapan Jeno menyendu.


"Ish, bukan gitu. Bunda denger dulu." Jaemin menggenggam tangan Tiffany yang duduk di sebelahnya.


Ia tatap mata Tiffany dalam-dalam, mencoba menjelaskan alasannya tanpa menyinggung, "Nana, gak enak Bun. Bunda sama Jeno udah baik banget mau ngerawat Nana beberapa hari ini, tapi Nana juga punya rumah, apa kata ayah kalau dia pulang nanti tapi Nana gak ada."


Mendengar Jaemin menyebut tentang ayahnya membuat Tiffany mengeratkan genggamannya pada tangan jaemin.


"Nana tetep disini, Bunda gak nerima penolakan." Ucap Tiffany sebelum meninggalkan ruangan


Jeno mendekatkan badannya pada Jaemin, "Gila, si Mami bisa tegas juga ya." Jeno menggelengkan kepala tak percaya.


"Hahh..." Jaemin menghembuskan napas lelah.



***


Rumah yang ditinggalkannya selama beberapa hari terlihat berdebu juga berantakan, Jaemin yang ingin mengambil barang-barangnya ditemani Jeno tampak memasuki kamarnya. Ia mengambil koper dan segera memasukkan baju-bajunya yang berada di lemari.


Sedangkan Jeno, ia tampak melihat-lihat sekitar, baru kali ini ia memasuki rumah dari teman sebangkunya itu. tatapannya berhenti pada suatu foto anak kecil yang terpajang di ruang tamu.


Jeno mengulum senyumnya, "Ternyata Jaemin udah manis dari kecil ya."


Matanya kini melirik pada foto keluarga Jaemin, "Pantesan cakep, Ibu sama ayahnya juga cakep banget."


"Lah ini adeknya?" Ucapnya saat melihat seorang pemuda yang berdiri di sebelah ayah Jaemin.


Jeno terdiam memikirkan sesuatu sembari memandang sosok adik Jaemin. Setelah beberapa menit kemudian.


"Gantengan gue sih." 


Perhatiannya teralihkan pada Jaemin yang keluar dari kamarnya dengan menyeret satu buah koper besar dan boneka plushie kuning di rangkulan tangan kirinya.


'Gemasnya.' Batin Jeno.


"Udah selesai?" Tanyanya pada Jaemin.


"Eung!" Jaemin bersemangat.


'ARGHH!! GILA JAEMIN GILA. Tahan Jen, tarik napas buang, tarik napas buang. Stay cool.' Jeno memejamkan matanya sejenak.


"Ekhm, oke. Sini kopernya biar gue aja yang bawa." Tangannya mengambil alih koper Jaemin.


Jaemin tidak menolak, ia berjalan mengikuti Jeno keluar dari rumahnya. Semua barangnya dimasukkan ke dalam mobil milik keluarga Jeno, ternyata Jeno sudah mahir dalam mengendarai mobil dan Jaemin baru tahu itu.


Jarak rumahnya dan rumah Jaemin tidak sejauh itu, itu alasannya Tiffany mengijinkan Jeno untuk membantu kepindahan Jaemin ke rumahnya walaupun sebenarnya Jeno belum memiliki surat izin.


"Langsung pulang?" Jaemin memecah keheningan.


"Iya, kita kan harus atur-atur kamar dulu." Ucap Jeno tanpa mengalihkan fokusnya.


Jaemin menghela napas, "Jen, jujur. Gue nyusahin banget ya?"


Mendengar perkataan Jaemin, Jeno dengan segera menepikan mobilnya. Ia menoleh ke arah pemuda di sebelahnya yang kini menunduk. Menangkup pipi Jaemin dan membawanya untuk saling bertatapan.


"No, siapa yang bilang kaya gitu. Gue sama mami gak merasa di repotin, begitu juga sama Echan dan Renjun. Kita semua sayang sama lo Na, lagi pula keluarga itu harus saling melindungi kan?"


"Tapi gue bukan keluarga kalian." Jaemin melepaskan tangan Jeno dari pipinya.


Jeno menahan tangan Jaemin, "Keluarga itu gak harus sedarah Na, keluarga itu orang-orang yang siap buat ngebantu kita di saat kita susah dan senang melihat kita bahagia. Tapi kalau lo mau bener-bener jadi keluarga gue juga bisa kok Na."


Kening Jaemin menyerengit bingung.


"Ya kalau kita nikah kan kita jadi keluarga." Jeno menaik turunkan alisnya.


Jaemin menarik tangannya dari genggaman Jeno, "Buka pintunya Jen, gue pulang sendiri aja."


"Lah, janganlah Na." Jeno menahan Jaemin.


Mereka kembali berdebat, Jeno yang tidak mengijinkan Jaemin turun dan Jaemin yang memaksa ingin pulang sendiri. Sedangkan Tiffany yang sedang menyapu halaman kebingungan melihat Jeno dan Jaemin yang bertengkar di dalam mobil yang berhenti beberapa blok dari rumahnya.



tbc

Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang