LUJ 018

166 18 0
                                    


Flashback


(Jaemin dan Jisung)

.

.

.

-I will take care of you-


Jisung, adik satu-satunya Jaemin. Manusia yang dengan lancangnya lahir dan mengganti posisinya sebagai anak tunggal, Tetapi ia tidak peduli, tinggal bersama setiap hari membuatnya terbiasa dengan kehadiran sosok sang adik. Bahkan sempat terpikir olehnya bahwa situasi ini akan berjalan untuk selamanya.


Ia sangat menyayangi Jisung.


Pernah suatu ketika, Jaemin mendapati adiknya pulang dengan beberapa lebam dan luka di ujung bibirnya. Satu kenyataan pahit yang orang tua mereka tidak ketahui hingga ajal menjemput, anak bungsunya mendapatkan kekerasan fisik di tempatnya menuntut ilmu.


Hatinya mencelos saat ia melihat tubuh adiknya yang bertelanjang dada, rupanya ada banyak luka lain yang selama ini adiknya sembunyikan. Jaemin mengusap wajahnya kasar, tangannya membekap mulutnya sendiri saat suara isakan berlomba untuk keluar dari kedua bibirnya.


"Bang, tolong jangan bilang ayah sama ibu ya."


Jaemin yang sedang mengobati Jisung menghentikan kegiatannya, ia membalik posisi adiknya yang semula memunggunginya menjadi saling berhadapan. Ia menatap mata Jisung lekat-lekat.


"Siapa?"


Jisung hanya menggeleng tidak mengatakan sepatah katapun, justru air mata yang jatuh dari matanya. Jisung takut, hanya untuk menyebutkan namanya.


"Jie, kamu percaya sama abang kan?" Tanya Jaemin sembari memegang kedua bahu adiknya.


Tanpa ba bi bu lagi ia tarik pelan tubuh rapuh adiknya, membawanya ke dalam pelukan hangat. Ia tidak menyangka, adiknya yang selama ini terlihat ceria dan usil ternyata menyimpan masalahnya sendiri. Tangannya tidak berhenti mengelus punggung adiknya, merapalkan kata-kata penenang.


"Everything's gonna be okay, you have me as your brother, remember?"



***

Lagi-lagi Jisung mengalami kejadian yang sama, dirinya ditarik ke gudang belakang sekolah, dengan tiga orang sudah menunggunya di sana. Masing-masing dari mereka membawa benda tumpul seperti tongkat kasti dan balok kayu.


Saat itu tubuhnya belum setinggi sekarang, perawakannya pun terbilang kurus. Wajar tidak sebanding dengan mereka. saat mereka mulai mendekat ke arahnya, tiba-tiba terdengar suara pintu gudang yang terbuka.


Di sana berdiri Jaemin dengan napas yang terengah-engah, ia langsung berlari memeluk Jisung. Menyebabkan segala pukulan yang harusnya diterima Jisung beralih padanya.


"ABANG!!!" Teriak Jisung yang terkejut.


"Sshhh, Jie gak apa-apa?" Tanya jaemin, tubuhnya sekuat tenaga menahan agak tidak ada satu pukulan pun yang menyentuh Adiknya.


Sementara empat orang itu awalnya terkejut dengan kedatangan Jaemin, namun setelahnya mereka tidak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya . Jaemin merasakan pergerakan Jisung yang hendak melawan memberontak, tetapi berhasil ia tahan, walaupun kini tubuhnya berasa remuk karena dipukul membabi buta.


"Jie, percaya sama abang. Jangan ngelawan lima menit aja, tahan amarah kamu." Ucap Jaemin yang semakin memeluk erat Jisung.


Benar saja, dalam beberapa menit, pintu kembali di dobrak. Kali ini para guru melihat kejadian yang sangat tidak pantas itu dengan mata kepalanya sendiri. Jaemin ambruk seketika setelah mengetahui kedatangan yang ia tunggu-tunggu.


Inilah rencana Jaemin yang sebenarnya, jika ia melaporkannya hanya dengan kata-kata sudah pasti mereka tidak akan mengaku, orang-orang yang memukuli adiknya akan beralibi itu hanya candaan semata.


Maka dari itu, ia akan membuat para guru untuk menilai sendiri, apakah ini hanya sebatas lelucon antar siswa atau lebih parah lagi.


Jisung yang melihat Jaemin pingsan tidak bisa menahan tangisnya, ia meraung-raung memanggil nama kakaknya. Di sini Jaemin berhutang maaf, karena ia hanya berpura-pura. Tentu untuk membuat skenarionya menjadi sempurna.


Dari kejadian itu, Jisung menjadi lebih sering berolahraga. Ia tak mau terjadi sesuatu pada kakak kesayangannya. Ia berubah banyak dalam setahun, tingginya kini melebihi Jaemin. Itu membuat Jaemin terlihat mungil jika disandingkan dengannya.


"Untuk kedepannya biarin Jisung yang lindungin abang ya!" Ucapnya dengan semangat.


Jaemin tersadar, kata-kata itu bukan sekedar candaan. Karena saat kecelakaan terjadi, adiknya tanpa ragu memeluk Jaemin dengan erat, melindunginya dari segala benturan. Walau dirinya tetap mendapatkan luka namun tidak ada yang fatal, malah Jisung yang mengalami banyak benturan.


Lebih dari itu, ia kehilangan nyawanya untuk melindungi Jaemin.




tbc




Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang